Saat generasi millenial menginjak puber dan dewasa, dunianya dipenuhi dengan teknologi digital yang canggih. Berbagai macam perkembangan digital sangat diikutinya bahkan selalu maju ke depan dalam segala teknologi utamanya teknologi di komputer atau gadget. Mereka tak lagi melihat tv atau buku-buku yang tradisional dibawa dan dibeli secara manual.
Sementara, orang tua yang ingin agar anaknya tak tergoda dengan berbagai teknologi yang terus berkembang, mencoba untuk mempengaruhi hidup anak milieal dengan berbagai isu pengajaran agama atau spiritual. Agaknya walaupun mereka sudah dididik sejak kecil untuk mematuhi hal itu di rumahnya maupu di lingkungan, tapi dunia teknologi jauh lebih kuat mempengaruhi naluri maupun obsesi dirinya untuk lebih kuat mengandalkan teknologi dalam berbagai kebutuhan hidupnya.
4. Instan dan proses panjang
Karakter yang dibentuk dari teknologi membuat generasi millneal merasa hidupnya perlu sesuatu yang instan untuk mencapainya. Sementara orang tua ingin agar anaknya dapat mengenali bahwa setiap fase kehidupan tentu ada proses panjang untuk mencapainya.
Buat generasi millenial proses panjang itu sebenarnya bisa dipercepat dengan teknologi yang canggih dan yang lebih mempermudah dalam mencapai kenikmatan kehidupan.
Sayangnya, teknologi tidak berkolerasi dengan fase kehidupan yang butuh sekali proses panjang. Itulah sebabnya, karakter yang sudah terbentuk itu perlu dibenahi sebelum terbentur oleh idealisme dari suatu pemikiran yang mudah dan instan itu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H