Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Mother's Day" Bukan Sekadar Setangkai Bunga

14 Mei 2017   18:41 Diperbarui: 14 Mei 2017   20:05 845
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Psikolog:  “Pada malam hari apa yang anda kerjakan?”

Suami:  “Pulang kantor saya sudah cape, tinggal makan malam dan istirahat.   Istri saya menyiapkan makan malam untuk saya dan anak-anak, memberreskan penggantian popok anak, menyiapkan pelajaran untuk anak .  Ini semua dikerjakan oleh istri karena dia TIDAK BEKERJA.”

Psikolog: “Apakah mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga itu bukan suatu pekerjaan?  Jika suatu hari Anda berganti profesi  untuk menggantikan istri dan istri bekerja di kantor, bagaimana?”

Suami:  “Boleh juga.  Saya sudah lelah bekerja di kantor!”

Lalu, hari pertama suami mulai mengerjakan semua pekerjaan . Awalnya mengganti popok anak. Dia tidak tahu caranya, sulit luar biasa sering terbalik. Bayi yang merasakan tidak nyaman mengenakan popok berteriak-teriak keras.   Dia tidak mengerti kenapa bayi itu menangis. Diambilnya minum susu, ditumpakan oleh si bayi.  Dia makin bingung. Dia gendong, masih menangis.  Anak yang besar harus di antar ke sekolah sementara bayi belum berhenti menangis. Dia sangat bingung bagaimana mengatur anak bayi dan anak yang mau sekolah. AKhirnya dia menitipkan bayinya ke tetangga.  Terlambat dalam mengantar anak ke sekolah.

Selesai mengantar anak , dia melihat halaman depannya penuh dengan es yang berterbaran. Dia harus mengambil alat untuk  menggali butiran-butiran es yang menggunung.  Sementara , terdengar tangis bayi dari dalam rumah.

Begitulah hari itu banyak hal yang membuatnya memahami bahwa pekerjaan sebagai ibu rumah tangga itu ternyata bukan hal yang sepele, berat sekali. Dia menyadarinya dan mulai saat itu dia menghargai pekerjaan istrinya sebagai suatu pekerjaan yang mulia.

Ada cerita yang lainnya yang sangat menyentuh pada hari ibu.  Seseorang lelaki sedang masuk ke toko bunga untuk membeli bunga untuk dikirimkan kepada ibunya yang berada jauh dari tempat tinggalnya.  Lalu, dilihatnya seorang anak perempuan usia sekitar 6 tahun ynag sedang menangis di sebuah bangku. DIhampirinya anak itu dengan suara yang sangat halus ditanya:  “Nak  ada apa gerangan kamu menangis?”

Anak:  “Saya ingin membeli bunga untuk ibu saya, tetapi saya tidak punya uang!”

Lelaki: “OK, ayo masuk ke toko bunga, pilih bunga untuk ibumu.”

Setelah membeli bunga, anak itu masih berdiam diri tanpa berkata sepatah kata pun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun