Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Money

Menata Pemukiman dari Penuhnya Tempat Usaha

10 April 2017   14:57 Diperbarui: 10 April 2017   22:30 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.rumahdijual.com

Pada saat saya menempati rumah yang baru dibeli pada tahun 1985 an,  saya menyukai lingkungan yang sangat asri untuk pulang ke rumah.  Melewati  pematang dan sawah di kanan kiri jalan, begitu masuk ke Perumahan yang merupakan real estate masih tampak rapi .   Di kanan kiri jalan utama, terlihat rumah yang tidak berimpitan, masih ada ruang antar satu rumah dengan rumah yang lainnya.

Tahun berganti tahun, pembangunan rumah makin masif.   Semua tanah yang dulunya masih dalam bentuk sawah telah berubah jadi ruko.   Yang sangat mencengangkan saya adalah tempat yang dulunya merupakan gundukan sampah karena orang tidak berani untuk menguruk dengan batu-batuan karena tanah yang labil karena dibawahnya bekas pengairan, kini telah berubah total menjadi sebuah tempat ruko.  

Selain rumah-rumah yang makin berdesakkan,  rumah-rumah terutama di jalan utama sudah berubah alih fungsi dari tempat tinggal jadi tempat jualan baik itu untuk restoran, minimarket, atau café atau  jualan roti /bakery.

Jalan menyempit karena di kedua sisi dari jalan sudah dipenuhi oleh parkir dari tamu-tamu dari café atau penjual . Penjual yang berjualan di rumah itu tidak memiliki  lahan parkir sama sekali.  Akibatnya parkir mobil yang memenuhi jalan itu membuat jalan menjadi sempit dan menimbulkan kemacetan.

Kemacetan itu akan semakin semrawut pada hari libur atau minggu di depan sebuah pasar tradisional. Kebetulan rumah saya itu letaknya sangat dekat dengan pasar tradisional.  Ketika berjalan ke luar 100 meter sudah sampai di pasar tradisional.    Saat hari Sabtu dan Minggu, untuk ke luar dari gang rumah itu mobil harus berjalan perlahan-lahan karena menyempitnya jalan akibat kiri kanan bahu jalan dipenuhi dengan mobil dari pembeli yang akan ke pasar atau ke tempat angkringan jualan di bahu jalan.

Suasana hiruk pikuk ketika mobil-mobil harus antre untuk dapat ke luar atau masuk .   Pengaturannya dilakukan oleh para preman yang duduk santai tapi begitu ada mobil yang akan ke luar langsung beringsut lari untuk minta uang parkir.

Saya merindukan suasana seperti tahun 1985.   Namun, sering timbul pertanyaan bagaimana sebuah real estate yang design awalnya diperuntukkan untuk pemukiman, bisa diserbu menjadi sebuah tempat jualan yang tersebar di seluruh area. Perizinan tentunya berada di Dinas Tata Kota Kabupaten.  Sayangnya, mereka menutup mata adanya perubahan yang sangat signifcan dari sebuah rumah real estate  menjadi kawasan jual beli di tempat real estate itu sendiri.   

Dinas Kota sebaiknya  yang memberikan izin itu menata kembali , tata ruang dari sebuah real estate itu ada tempat zona untuk perumahan, ada untuk taman terbuka, ada untuk area komersial, ada untuk tempat relax atau zona nyaman.  

Penataan itu baiknya diterapkan, dan jika sudah terjadi perubahan yang sangat masif dan bertentangan dengan master plan maka perlu dibenahi.   Pada saat izin untuk perpanjangan dari suatu rumah yang dijadikan tempat jualan, maka izinnya tidak diberikan sama sekali.   

Izin yang telah diberikan sebelumnya perlu ditinjau kembali,  siapa yang melanggar apakah dari pemilik rumah atau justru dari petugas yang memberikan izin itu .

Surat Keterangan Izin Tempat Usaha atau Surat Domisili  biasanya dikeluarkan secara bertahap dengan minta izin mulai dari RT, RW, Kelurahan sampai ke RW.

Sebenarnya dari pihak RT, RW, sampai ke Lurahan tentunya mengetahui bahwa  rumah hunian itu tidak boleh difungsikan untuk tempat usaha, apa pun alasannya kecuali itu tempat komersial. Namun, pada prakteknya, hal ini seringkali dilanggar.

Sayang sekali jika izin-izin ini sudah dipermudah, maka tempat usaha berjamuran ada di sekitar hunian tanpa dapat ditata kembali.   Akibatnya hunian ini jauh dari kenyamanan maun kebersihan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun