Reformasi dari “Kompasiana” begitu pesatnya. Ketika saya membaca sejarah dari pendirian Kompasiana, kilas balik itu membuat diri saya melihat dan membaca sejarah pendirian Kompasiana. Mengenal seorang jurnalis kawakan atau senior bernama Budiarto Shambazy. Ternyata beliaulah yang mengusulkan nama Kompasiana di media Kompas yang notabene masih media cetak.
Tak lama kemudian, nama Kompasiana pun bergeser tempatnya menjadi rubrik kolom khusus yang menuliskan berita atau peristiwa terakhir yang terjadi di Kompas.
Usut punya usut ternyata para jurnalis yang bekerja di Kompas itu walaupun sudah menggunakan internet tapi tak suka membuat blog pribadi, bahkan untuk saling bertukar pikiran atau menuangkan pikiran di media cetaknya. Blog pribadinya menganggur tidak dimaximalkan.
Ide agar ada blog yang menuangkan pikiran dan tulisan dari para jurnalis di luar media cetak pun tercetus. Kompasiana sebagian media jurnalis adalah wadah barunya diresmikan pada 1 September 2008.
Sambutan dari para jurnalis diikuti oleh netizen yang diperbolehkan untuk menuliskan sumbangsih pikiran dalam bentuk tulisan menggebu. Peresmian “Kompasiana” menjadi platform media sosial online pada tanggal 22 Oktober 2008.
Pada tahun pertama didirikan “Kompasiana” telah mengalami perubahan besar dari segi penampilan maupun fitur-fiturnya. Semakin menarik bagi para pengunjung untuk sekedar membaca atau melihat sebenar.
Di tangan seorang “Pepih Nugraha” bayi Kompasiana yang sangat rentan dicemohkan sebagai blog masal keroyokan yang hampir punah, ternyata berhasil membuktikan dirinya berkembang menjadi blog masal yang punya ciri tersendiri. Mengingat awal tahun pertama bagaimana seorang Pepih Nugraha harus menulis sendirian untuk mengajak para penulis atau netizen untuk mengisi Kompasiana. Ajakan yang sangat humanis tetapi sulit bisa digugah apabila trik dari Pepih Nugraha tidak mengubah cara dan format Kompasiana.
Kenyataannya Kompasiana melejit di tangan dinginnya menjadi sebuah blog sosial Kompasiana dengan 84.000 anggota terdaftar, 600-800 tulisan perhari dan dengan 6-7 juta pengunjung setiap bulannya. Kompasiana berhasil mengalahkan Begawan mass sosial dunia seperti OhmyNews (Korea Selatan), NowPublic (Kanada), Stomp (Singapura), dan OKnation (Thailand).
Kehadiran Kompasiana bagaikan suatu atraksi atau ajak pertemuan dari para penulis untuk berkontribusi menuangkan pikiran, wawasan, laporan, ide kreativitas tulisannya. Tak pelak lagi Kompasiana pun tak lagi hanya suatu ajang media sosial saja, tetapi melanjutkan suatu misi yang melebihi dari sekedar tulisan dari para netizen yang nulisnya abal-abalan. Adanya syarat yang cukup ketat untuk dapat menulis di Kompasiana , data diri harus terverifikasi, tulisan harus minimal 70 kata dan tidak mengandung sara. Laporan yang sifatnya sara akan langsung dieliminasi. Kualitas penilaian sebuah tulisan pun segera ditingkatkan mulai dari headline, terpilih, terpopuler, tertinggi, feature. Kanal sangat variatif , mulai dari Berita, Politik, Humaniora, Ekonomi, Hiburan, Olaharga, Gayahidup, WIsata,Kesehatan, Tekno, Green, Fiksiana, Lipsus.
Beyond of Blogging suatu “dream” dari Kompasiana memang tidak main-main. Langkah-langkahnya sudah mulai terlihat satu persatu. Menjadi salah satu situs media sosial terbesar dari 25 situs yang sudah ada. Saat ini posisinya sudah berada ke-14.
Kompasiana mulai merambah menjadi Komprasiana in print perdananya pada 28 Juli 2016 dengan hadirnya Freez.