Pada tanggal 15 Juni saya hadir sebagai blogger untuk meliput sosialisasi dari Direktorat Pencegahan dan Pengendalian TUlar Vektor dan Zoonotik memperingati Hari Dengue Se-ASEAN atau ASEAN DENGUE DAY (ADD) 2016.
Nyamuk Aedes aegypti sebagai vektor dari Demam Berdarah (dengue) harus kita kendalikan saat ini . Menurut WHO (organisasi kesehatan dunia ) jumlah penderita infeksi DBD sebesar 390 juta per tahun. Di Asia Pasifik menanggung 75 persen yang merupakan beban penyakit pada tahun 2004-2010. Indonesia memiliki kasus DBD terbesar kedua di antara 30 negara . Hal ini jadi beban negara secara ekonomi lebih dari 300 juta dollar AS (sekitara Rp.3,9 triliun). Membasmi nyamuk itu bukan nyamuk dewasa (misalnya dengan fogging atau semprot ) tetapi dengan membasmi jentik-jentiknya. Dengan cara inilah yang paling efektif.
Siklus Hidup Nyamuk Aedes Aegypti
Nyamuk betina akan meletakkan telur di dinding tempat penampungan air, sedikit dibawah permukaan air . Dari mulai kepompong (1-2 hari) ; jentik (5-7 hari), Bertelur dan menjadi nyamuk (7-10 hari), Tiap 2 hari nyamuk betina menghisap darah manusia untuk bertelur . Umur nyamuk betina 2-3 bulan , artinya dia dapat bertelur dan menghisap sampai 6 – 9 kali kesempatan menggigit.
Setelah nyamuk dengue dewasa (berusia 7 hari), dia menggigit seseorang. Orang yang digigit itu akan membawa virus . Dalam waktu 7 hari (HARI KE 8) , orang yang telah digigit virus dengue itu akan sakit Demam (verimia) itu akan timbul sekitar 4- 7 hari kemudian (HARI KE 12)
Ketika nyamuk dengue yang kedua menggigit orang yang tertular DB, dia kan menggigit orang yang kedua dengan proses nya yang sama. Ini akan berulang-ulang terjadi.
- Demam tinggi ( > 38.5 C) kurang dari 7 hari
- Ruam kulit
- Nyeri kepala, nyeri belakang mata, nyeri otot, nyeri sendi
- Pendarahan: mimisan, muntah kehitaman bab hitam, menstruasi (anak perempuan)
- Pada anak: mual,muntah, nyeri,perut ,diare,Terdapat kasus dengue sekitar lingkungan
Ketika kita menengok ke belakang, pada bulan-bulan sekitar Maret-Juni 2014 , terjadilah ledakan pasien Demam berdarah di semua rumah sakit di Indonesia. Bahkan, saya ingat sekali, ketika anak seorang teman saya yang terkena DB terpaksa mencari rawat inap di beberapa rumah sakit karena sulitnya mendapatkan tempat . Kondisi rumah sakit penuh dengan pasien demam berdarah. Dari jumlah 71.668 pasien terdapat 641 meninggal dunia. Sayangnya di tahun 2015, kasus DBD meningkat lagi menjadi 129,179 orang dan 1240 orang meninggal.
Kondisi ini sering disebut dengan KLB . Pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan, melalui Dinas-dinas ingin mengendalikan DB ini dengan mengadakan kegiatan simposium penatalaksanaan dan sosialisasi “”Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik” dan peluncuran “Situs Edukasi DBD Berbasis Web di Jakarta.
Kegiatan akbar ini diselenggarakan tepat pada hari tanggal 15 Juni sebagai ASEAN DENGUE DAY. Waktu yang dipilih pun merupakan puncak dari penularan Demam Berdarah Dengue (DBD) yaitu bulan Juni setiap tahun dan setiap kali musim puncak musim hujan muncul pula tempat perindukan atau breeding places dari nyamuk Aedes aegypti.
Salah satu gerakan yang dapat menanggulangi demam berdarah adalah “Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik”. Apa itu Jumantik? Jumantik adalah juru pemantau jentik, dari anggota masyarakat. Masyarakat dari setiap anggota keluarga. Jika besarnya jumlah penduduk Indonesia 2 50 juta, dan tiap keluarga ada 4 anggota, maka diperlukan 65 juta jumantik di Indonesia .
Apa peran jumantik?
Secara sukarela (ngga dibayar loh) dan semangat untuk mensukseskan program gerakan 1 Rumah 1 jumantik , memantau keberadaan jentik nyamuk Aedes aegypti di lingkungannnya. Caranya dengan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN Plus) secara rutin . Rutinnya adalah setiap minggu sekali.
Pemberantasan Sarang Nyamuk PLUS dapat dilakukan dengan cara:
1.Menguras
Menguras dan menyikat dinding tempat-tempat penampungan air seperti bank mandi/wc, drum dan sebagainya, minimal seminggu sekali.
2. Menutup
Menutup rapat-rapat penampungan air (Gentong air, tempayan, tangki air , drum)
3. Menyingkirkan/Mendaur Ulang
Menyingkirkan/mendaur ulang barang-barang bekas yang berpontesi jadi tempat sarang nyamuk/menampung air hujan
4 PLUS
- Menghindari gigitan nyamuk (memakai kelampu atau menggunakan anti nyamuk oles)
- Memperbaiki saluran dan talngan air yang tidak lancar
- Mengganti air vas bunga dan minuman burung seminggu sekali
- Membuang air pada tampungan air di dispense
- Memberikan obat bubuk pembunuh jentik (larvasida)
- Memelihara ikan pemakan jentik nyamuk
- Memasang kawat kasa
- Tidak menggantung pakaian di dalam maupun di luar kamar
Kota Tangerang Selatan dengan walikotanya Hj. Airin Rachmi Dianny, SH.MH, telah mendapatkan kepercayaan dari Kementerian Kesehatan RI untuk dijadikan daerah percontohan dalam pencegahan DBD melaui Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik.
Berdasarkan dengan Instruksi Walikota Tangerang Selatan No. 443.4/340/Dinkes untuk impelementasi PSN DBD = Bebas Jentik. Program ini di mulai dari kalangan RT, tahun 2016 RT bebas Jentik DBD, 2017 RW Bebas Jentik, 2018 Kelurahan Bebas Jentik dan 2019 Kecampatan Bebas Jentik. Ada 3 daerah sebagai pilot projek yaitu Intii Persada, Pondok Benda, dan Pamulang. Tiap keluarga menunjuk satu jumantik, misalnya ayahnya. Ayah sebagai juru jumantik memeriksa sumber jentik nyamuk di lokasi genangan air, dan rumahnya setiap minggu dan memberikan laporannya kepada koordinator. Mengikuti instruksi seperti yang dipasang dalam stiker tentang pencegahan DBD.
Laporan koordiator diberikan kepada supervisor dan supervisor kepada kecamatan. Hal ini dilakukan tiap minggu/bulan. Evaluasi/monitoring program dan lokasi jentik yang dilakukan melalui GPS dilaksanakan oleh mahasiswa . Diharapkan dalam waktu 1 tahun semua RT sudah berhasil mencapai target bebas nyamuk.
Sebagai ibu rumah tangga pun saya sangat tertarik dengan inisiatif dari Kementerian Kesehatan dengan program 1 Keluarga 1 Jumantik. Kegiatan ini sangat saya perlukan untuk sosialisasi kepada keluarga maupun lingkungan RT . Pengalaman yang sangat mendebarkan ketika anak saya pada usia 12 tahun terkena Demam Berdarah dan sempat dirawat di rumah sakit selama 10 hari. Kami merasa telah menjaga rumah kami bersih, tetapi kami tidak tahu apakah lingkungan kami sudah steril atau bebas dari nyamuk. Fogging yang diadakan oleh RT kami tidak menjamin populasi dengue nyamuk berkurang bahkan makin bertambah. Dengan fogging hanya mematikan nyamuk dewasa, sedangkan kita perlu mematikan jentik nyamuk. Kekhawatiran saya memang perlu banyak pengetahuan tentang pencegahan dari dengue.
Itulah sebabnya saya sebagai orang awam ikut kuis dari Metode Edukasi Dengue dalam bentuk web portal yaitu Dengue Buzz Barometer (DBB) : http://denguemissionbuzz.org/id/ yang dilakukan oleh Asian Dengue Vaccinational Advocacy (ADVA)
Selesai mengikuti kuis saya berhasil mendapatkan Dengue Prevention Star Certificate. Saya sekarang makin lebih mengenal lebih jauh dan mantap tentang cara pencegahan tentang dengue. Lebih baik mencegah dari pada mengobati.
“Tulisan ini adalah opini pribadi dan didukung oleh Sanofi Group Indonesia
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H