Mohon tunggu...
Ina Tanaya
Ina Tanaya Mohon Tunggu... Penulis - Ex Banker

Blogger, Lifestyle Blogger https://www.inatanaya.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sabotase Kelemahan Diri Demi Kesuksesan

25 April 2016   14:54 Diperbarui: 25 April 2016   15:04 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona


 Sering kita dengan ada investasi yang sifatnya secara psikologis disebut dengan dengan permainan/game lelang dalam dolar. Berikut versi singkat: orang cenderung untuk meningkatkan investasi mereka dalam skenario saat posisi kita  tidak menguntungkan , ini disebabkan karena kita sudah menginvestasikan  uang di dalamnya. Dalam pertandingan lelang dolar atau investasi sejenisnya, ini berarti kita mempertaruhkan lebih banyak uang dalam upaya untuk menutup kerugian sebelumnya.  Hal ini menambah kerugian kita.  Bagi kita yang sudah terbiasa dalam pekerjaan itu dalam waktu yang lama, katakan selama 8 tahun, kita merasa diri kita itu sangat buruk jika kita menyerah sebelum waktunya.

 Anda menolak untuk beradaptasi


 Berpikirlah “goal” kita sebagai  tujuan dan rencana kita sebagai “roadmap” untuk sampai tujuan ke sana.  Apabila ada seorang traveller  sedang dalam perjalanan, tiba-tiba ada yang kendala kesasar.   Bagi pelancong konvesional, dia akan mencoba cari rute jalan yang sedikit berbeda .   Namun, dalam kehidupan kita sendiri, saat kita bertemu dengan kendala atau kesulitan dalam kehidupan kita, kita lebih cenderung untuk kembali ke titik asal.  Mengapa terjadi hal demikian?  Jawabannya adalah karena kita  sulit beradaptasi. Orang lebih suka menyerah untuk beradaptasi,  ada pemikiran bahwa beradaptasi itu  tidak mungkin untuk berhasil.   Sebenarnya tidak ada keberhasilan tanpa usaha untuk beradaptasi.


 Anda berpikir Anda cukup baik


 Sebagian besar hambatan kita  sejauh ini  kurangnya harga diri, tapi terlalu banyak harga diri juga bisa menjadi hal yang buruk. Misalnya, jika kita berpikir bahwa ktia  sudah cukup baik untuk pekerjaan itu,  kita tidak akan mempersiapkan diri untuk wawancara. (mencari pekerjaan lain). Jika kita berpikir ide bisnis kitacukup baik untuk menarik investor, kita pun tidak akan bekerja untuk memperbaikinya. Tak pelak, dalam skenario ini,kita  akan memukul penghalang utama untuk suatu kesuksesan, dan kita  tidak akan dapat maju. Lalu apa, solusinya? Mengetahui bahwa Anda selalu memiliki ruang untuk perbaikan, dan terus-menerus berusaha untuk mencapainya.

Anda takut gagal


 Takut gagal adalah umum terjadi. Budaya, kita melihat kegagalan sebagai hal yang negatif dan menetap/tidak berubah; jika Anda mendapatkan nilai yang jelek di kelas, Kita akan mengecewakan semua orang yang terdekat kita.  Kita tak pernah memiliki kesempatan untuk belajar lagi.  Ketakutan ini menghantui kita sepanjang hidup;

Jjika kita memulai bisnis dan gagal, Kita akan mengecewakan semua orang dan Knda tidak akan pernah memiliki kesempatan lain untuk berhasil. Tentu saja, ini hal ini tidak rasional - sebagian besar kegagalan dalam kehidupan nyata tidak permanen. Kegagalan bersifat  sementara.  Kegagalan bukan sesuatu tindakan negatif atau tindakan buruk.   Tetapi kegagalan adalah suatu pelajaran untuk mengubah kesalahan kita untuk mencapai kesuksesan.

 Anda memilih kenyamanan


 Sebagian besar dari kita lebih suka kenyamanan dibandingkan ketidaknyamanan;  Sayangnya semua bentuk kesuksean membutuhkan ketidaknyamanan;  Dalam ketidak-nyaman itu, kita  harus mencoba hal-hal baru yang belum kita ketahui, pergi ke berbagai tempat yang masih asing, melakukan hal-hal yang tidak kita sukai,  bertemu  dengan orang yang mengintimidasi kita, dan bertemu dengan orang yang menantang diri kita untuk berkembang atau maju. Ini Bukan berati kita selalu berhadapan dengan ketidaknyaman tetapi mengilustrasikan bahwa ketidak-nyaman itu kita temui untuk menambah wawasan kita dalam kemajuan hidup kita.

Anda menunggu saat yang "sempurna"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun