[caption caption="http://goodhousekeeping.com"][/caption]Wacana yang timbul dari kementerian Pendidikan untuk melarang anak sekolah untuk membawa HP ke sekolah. Ini adalah hasil dari pemantauan dari Dinas Depdikbud dengan adanya beberapa HP sangat mengganggu pelajaran dan tidak bermanfaat untuk mendidik anak .
Dasar dari larangan itu memang perlu kajian yang mendasar apakah benar anak itu sekarang sangat lekat dengan HP nya ketika berada di sekolah. Beberapa indikasi atau pengamatan menyatakan bahwa ada kelemahan dari anak yang membawa HP ke sekolah:
1. Anak-anak selalu menggunakan HP nya saat di kelas sehingga hal itu akan mengganggu pelajaran .
2. Konsentrasi anak selalu kepada medsos jika HP masih digunakan dalam kelas.
3. Kehadiran HP di sekolah sering membuat anak tidak lagi bersosialisasi dengan teman yang lain.
4. HP juga disinyalir sebagai timbulnya rasa iri hati dari anak-anak yang tak memiliki HP atau kompetisi HP dari jenisnya, misalnya anak yang berbeda sosialnya tak memiliki HP yang canggih seperti anak yang kaya.
Teknologi memang membuat kemudahan bagi pemakainya. Terutama bagi anak-anak sekolah, mereka akan lebih mudah mendapatkan informasi tentang sesuatu hal yang dikaitkan dengan tugas sekolah, atau jika mereka mendapat tugas kelompok. Mereka dapat menginformasikan tugas masing-masing dan kemajuan dari tugasnya sehingga tugas mudah dan cepat selesai.
Teknologi juga dapat membuat komunikasi yang lancar misalnya orangtua dapat menghubungi anaknya jika ada hal yang ingin disampaikan. Misalnya supir sakit tidak bisa menjemput, maka anak diminta pulang dengan teman yang dikenalnya.
Teknologi juga sangat membantu dalam kesulitan untuk menyelesaikan soal-soal yang pelik karena dengan adanya google, banyak masalah yang dapat diatasi dengan menanyakannya dan mendapatkan jalan keluar atau solusinya.
Namun, pertentangan atau yagn di sebut dengan pro vs kontra dari penggunaan hp di sekolah tak pernah habis-habisnya dibahas dan dicoba untuk pelarangannya.
Kelihatannya jika pemerintah tetap melarang secara nasional penggunaan HP, maka banyak protes dari orangtua tentang pelarangan itu karena mereka menganggap penggunaan HP lebih banyak manfaatnya dari pada kerugiannya.
Lalu sebagai jalan tengahnya bagaimana? Sebaiknya masing-masing sekolah diberikan kebebasan untuk menentukan bagaimana pembatasan penggunaan HP. Apakah hanya boleh digunakan pada saat ada tugas atau pelajaraan yang memerlukan HP atau saat pulang HP boleh diambil (setelah dikumpulkan saat masuk sekolah).
Kepada para orangtuapun sebaiknya ada sosialisasi atas apa manfaat HP jika digunakan di sekolah. Beberapa sekolah telah mengunang para pakar teknologi yang memberikan pemaparan bagaimana teknologi itu berguna atau bermanfaat dan bagaimana bahayanya.
TeenSafe, sebuat aplikasi dimana orangtua dapat memonitor smartphone aktivitas anaknya.
Untuk tahun 2016, ada sebuah daftar dari aplikasi yang populer diantara teenager yang beresiko buat mereka. Mungkin anda telah mendengar aplikasi sepert Snapchat dan Tinder, dan yang lain-lainnya.
Aplikasi dalam daftar, seperti Kik, bagi teenaer dapat mengirimkan berita tanpa kontrol dari orangtua. Aplikasi yang lain hanya diperuntukkan orang dewasa, tetapi anak masih juga memposting atau mengaksesnya secara anonim dan cyber satu sama lain.
Anak teeneger tidak seharusnya menggunakan aplikasi ini sampai mereka terbukti telah dewasa.
Teen Safe memberikan tips agar sebelum menginstal sebuah aplikasi pastikan Anda berbicara kepada teenegar tentang informasi apa yang dapat mereka share atau akses.
[caption caption="http://www.goodhousingkeeping.com"]
[caption caption="http://www.goodhousingkeeping.com"]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H