Sejak digital foto jadi tren mendunia.  Banyak diantara kita jadi ikut-ikutan untuk hobbi selfie. Selfie, itu sebenarnya baik atau tidak. Dulu saat tidak ada facebook, whatsapplication, twitter, line, dan sosial media yang lain, orang sangat tenang tak pernah memposting dirinya .Â
Begitu sosial media muncul, semua orang kelihatannya ingin memperlihatkan dirinya di dunia maya, apa, bagaimana, dimana dia sedang berada.  Seolah-olah kemunculannya itu ingin diperlihatkan kepada setiap orang untuk diberikan komentar atau untuk mendapatkan komentar.
Keuntungan Selfie:
Bagi orang yang mengirimkan selfie, dia pastinya ingin memberitahukan keberadaannya atau apa yang dikerjakannya kepada pembaca baik itu sebagai teman, saudara atau penggemarnya. Update status dengan selfie jadi keuntungan dirinya untuk keberadaannya. Ketika dia sedang berada di luar negeri, berlibur, tempat yang indah, orang yang melihat foto selfie dapat melihat keindahan kota , tempat yang dikunjungi selain dari keberadaan orang yang berselfie.
Keuntungan lainnya, branding atau promosi dari suatu tempat atas selfie. Orang yang melihat selfie ada dua hal, dia melihat orang yang selfie itu sendiri.  Tetapi ada yang melihat latar belakang dari tempat itu, misalnya o, dia berada di Menado, dan diperlihatkan makan ikan. Orang yang melihat latar belakang , langsung berpikir bahwa o....Menado banyak ikan.   Menambah pengetahuan dari orang yang melihat foto selfie itu.
Keuntungan lainnya, promosi atas diri atau tempat sebagai latar belakang. Promosi diri sendiri, adalah bagian dari selfie orang terkenal . Selebritis yang belum naik daun, mencoba untuk menaikkan ratingnya dengan selfie yang aneh, fenomenal.   Namun, ada juga yang menggunakannya untuk mempromosikan tempat kuliner, tempat wisata yang belum banyak dikenal orang. Dengan adanya selfie, orang jadi mengenal daerah baru itu, datang ke tempat itu.
Kerugian Selfie:
Selfie sebenarnya bukan untuk untuk konsumsi publik. Di negara barat, ada etika untuk menyimpan foto-foto keluarga, pribadinya hanya untuk keluarga sendiri , bukan untuk dikonsumsi ke publik.
Akibatnya, jika untuk konsumsi publik, foto selfie itu bisa saja disalah gunakan baik itu secara ekonomi, kejahatan dan lain-lainnya.
Kerugian selfie yang baru-baru ini terjadi, adalah membahayakan dirinya sendiri, hingga meninggal dunia. Salah duanya adalah dua anak muda yang sedang wisata ke Pantai Selatan di Jogya. Penjaga pantai sudah memperingatkan bahwa ombak besar, dilarang untuk berfoto. Tetapi tetap saja kedua orang muda itu melakukan selfie di sebuah batu karang. Akhirnya, mereka terbawa oleh ombak besar. Keduanya ditemukan telah meninggal dunia.Â
Kejadian sebelumnya juga pendaki gunung, yang jatuh hanya karena selfie di puncak yang tak aman. Jatuh dan meninggal.
Sebenarnya agak konyol mengorbankan diri untuk suatu bahaya karena hanya ingin selfie. Apa keuntungannya untuk selfie bagi dirinya? Apakah ini hanya bermotif untuk pamer saja?
Menurut psikolog:
Seorang psikolog mengatakan kebanyakan dari orang yang suka berselfie itu perempuan. Perempuan itu melakukan selfie bukan karena dia ingin dikatakan "cantik".   Tetapi sesungguhnya ingin dikatakan membutuhkanpengakuan.  Cantik itu artinya state of mind. Sementara untuk pengakuan itu bentuk dari seorang remaja atau orang yang ingin dianggap existensi atau keberadaannya.Â
Untuk mendapat pengakuan itu medianya adalah media sosial. Di sana orang hanya melihat dari luarnya saja. Terlihat cantik dan menarik, padahal penampilan yang diluar itu berbeda dengan karakter yang sebenarnya dari orang tersebut. Misalnya orang itu sebenarnya orang yang pendiam, dan tidak percaya diri. Untuk supaya dapat percaya diri, dia justru berselfie.
Â
Inilah momentum baru untuk selalu berefleksi apakah selfie itu menguntungkan atau merugikan?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H