" Gak tau deh,,, galau abis,, takut gak diterima di UI,ITB,UGM... takut nanti Papa marah..gak enak sama mereka..."
"Emang gak pernah share sama mereka mengenai keinginanmu?"
" Gak lah,,, yang ada mereka cuma bilang... udah di lessin mahal-mahal belajar yang bener,, biar diterima.."
" Gak share sama temen?"
"Sharing sih,,, cuma jawaban mereka sama dengan ketakutan aku..."
"Sempettin untuk main bersama mereka doong,, biar lebih enak perasaan kamu..."
"Boro-boro buat maen.. Miss,,, gak ada waktu,,, pulang kerumah masuk kamar tidur kecapean, bangun makan malem ,,,trus ngadep buku lagi sambil nonton,,, kalo otak aku bisa dibelah... ini udah kusut pasti syaraf-syarafnya...Miss.."
Pasti sedih ya,,, apabila ngeliat fakta di lapangan berbicara seperti itu. Satu hal yang paling berharga bagi para anak adalah dukungan secara emosional. Salah satunya adalah Dukungan bersosialisasi bagi para anak. Bersosialisasi adalah sangat penting demi mendukung keberhasilan mereka. Seperti yang dikatakan oleh Emily Labeff (1988), bahwa sosialisasi adalah suatu proses dimana manusia berinteraksi dengan manusia yang lain untuk mempelajari tentang kebiasaan-kebiasaan yang ada, agar manusia itu sendiri bisa menjalankan fungsinya dengan baik . Kalau, anak kita bisa menjalankan fungsi dengan baik,, sudah pasti jiwanya akan sehat .
Dalam kasus tersebut si anak stress apabila melihat para orang dewasa yang berapakaian seperti guru,, apabila ditanya lebih banyak menjawab dengan angka-angka perkalian,,, kalimat-kalimat yang biasa gurunya berikan untuk diselesaikan..... satu kata yang membuat miris adalah
" Mama jangan nagis dong,,, aku pintar kan ????"
benar atau tidaknya,, kasus yang terjadi pada anak diwilayah jakarta tersebut, paling tidak membuat kita semua sebagai orang tua mulai untuk lebih berpikir bagaimana mencari jalan terbaik untuk membuat anak kita lebih cerdas dalam IQ dan EQ.. bukan hanya pintar secara akademis. Banyak kan,, kenyataan yang kita lihat , kalau orang pintar banyak yang lebih memilih untuk bunuh diri karena tak tercapai ke-egoannya,, atau bahkan mereka menjadi gila...
Pintar,, adalah kata yang banyak dibanggakan para orang tua terhadap para anaknya,,, bukan memahami bahwa kepintaran anak di bagian apa yang disukainya,,,tapi lebih banyak kearah kepintaran pada bagian yang kita paksakan... Kata "PINTAR" yang membuat kita terenyuh,,, Pintar,,, tapi kalau jiwanya sakit,,, apakah menjadi lebih pintar???
Maria Montesorri ( dalam Waisaleh,2014) mempunyai prinsip dalam memandang para anak, yaitu: