1. Selamat dari Hawa Nafsu yang Buruk
Berapa banyak pejabat yang berani menjadi dirinya sendiri ? Mereka sebenarnya ingin berbuat jujur, sebenarnya tidak mau korupsi, namun karena merasa “tidak enak” dengan teman-teman atau atasannya, maka mau tidak mau, mereka ikut-ikutan tidak jujur juga, dan terseret ke dalam pusaran korupsi, mulai dari nilai yang terkecil, hingga akhirnya “bablas”, membengkak nilai korupsinya.
Namun, ketiga pejabat diatas, bisa “selamat” dari hawa nafsu yang buruk. Mereka selamat dari godaan yang selalu datang. Mereka selamat dari lingkaran setan yang bertentangan dengan batinnya Mereka adalah pribadi dengan jiwa yang merdeka, yang berhasil bertindak, sesuai dengan hati nuraninya. Maka jika kita tidak berani berbuat jujur sesuai dengan nurani kita, maka kita bukan tergolong orang yang merdeka, dan masih terjajah oleh hawa nafsu buruk kita !
2. Selamat dalam Menjadi Suri Tauladan
Kita semua adalah suri tauladan bagi anak-anak kita, bagi istri/suami kita, dan bagi bawahan kita di kantor. Pada hakikatnya, semua kepala keluarga adalah suri tauladan bagi keluarganya, namun bagaimana realisasinya ???
Sayangnya, belum tentu seluruh kepala keluarga di Indonesia, berhasil menjadi suritauladan yang baik, karena bisa jadi, masih banyak diantara mereka, yang belum berani berbuat jujur secara maksimal.
Sehingga apa yang terjadi ???
Mereka masih “mencampur” nafkah halal keluarganya, dengan uang hasil “ketidakjujuran” mereka, yang jelas tidak halal !
Betapa teganya mereka “meracuni” anak-anaknya sendiri, dengan ketidakjujuran mereka.
Mereka tidak selamat dalam satu hal, yaitu dalam menjadi suri tauladan bagi keluarga dan bawahannya.
Tapi ketiga pejabat tinggi tersebut, berhasil selamat dalam menjadi suri tauladan bagi keluarga dan bawahannya, sehingga mereka merasa menjadi ayah yang “paling bahagia di dunia” sekaligus pemimpin yang “paling sukses di dunia” karena sebelum menutup mata, mereka berhasil mendarmabaktikan hidup mereka, untuk sebuah suri tauladan yang mulia .
Bersyukurlah dan berbanggalah, bagi Anda yang saat ini, sebelum ajal menjemput, telah berhasil selamat dalam menjadi suri tauladan yang mulia, bagi keluarga dan bawahan Anda.
3. Selamat dari Tindakan Pengkhianatan pada Agama, Bangsa dan Negara
Coba tolong jelaskan, agama apa yang mendukung sebuah ketidakjujuran ? Agama apa yang mendukung suatu tindakan korupsi ? Lalu negara mana yang menginginkan pejabatnya korupsi ?
Jelas tidak ada suatu agama dan negara manapun, yang menginginkan ketidakjujuran oleh rakyatnya, maka jika ada seorang pejabat yang berbuat tidak jujur dan melakukan korupsi, maka sang pejabat itu sama dengan “berkhianat” terhadap agama, bangsa, dan negaranya sendiri !!!
Di Tiongkok, para koruptor memang diperlakukan seperti layaknya seorang pengkhianat negara, mereka diikat dan diseret untuk dihukum mati dengan cara ditembak dari jarak dekat ! Sambil dipertontonkan ditengah publik, agar menimbulkan efek jera/pembelajaran bagi seluruh masyarakat !
Sebelum berbicara mengenai potensi ancaman bangsa asing, mari kita membahas potensi ancaman ketidakjujuran dari bangsa kita sendiri, karena saat ini masih banyak terdapat celah-celah yang berpotensi untuk menjadi ancaman “pengkhianatan” negara, yang cepat atau lambat, akan berpotensi melumpuhkan agama, bangsa dan negara kita sendiri.