Mohon tunggu...
Indah Abdullah
Indah Abdullah Mohon Tunggu... -

All About Winnie The PooH.....

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta di Tepian Senja

30 Mei 2012   17:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:35 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Hargailah setiap detik yang kau miliki bersama orang-orang yang Kau cintai, selagi mereka masih berada di sisimu, selagi mereka masih bisa tersenyum untukmu, membagi cerita, lara, tawa dan candanya padamu. sebab,,kau takkan pernah tahu kapan mereka akan pergi meninggalkamu untuk selamanya..."

***


27 Mei 2012

Hujan sore ini sudah berhenti, meninggalkan basah yang menyelimuti setiap sudut jalanan kota Bogor dan  sisa-sia airnya pun masih melekat di pucuk-pucuk pepohonan seolah menciptakan kembali gerimis tatkala dahannya tersentuh oleh sang bayu. Senja temaram dibawah lukisan yang Tuhan ciptakan begitu sempurna dalam kanvas langit. Ya,,selalu ada pelangi sehabis hujan batin Shella dari balik jendela kamarnya sambil menghela nafas panjang seolah-olah ingin membuang semua beban yang semakin hari semakin menghimpitnya. Sekali lagi dipandanginya lekat sebentuk wajah yang tersimpan rapi dalam sebuah figura. Wajah yang sangat Shella rindukan, wajah yang teramat Shella cintai yang selalu tersenyum untuknya setiap kali Shella menatapnya. Tiba-tiba saja pikiran Shella melayang pada senja yang sama, senja beratapkan pelangi yang terlukis indah saat dimana Shella masih dapat melihat wajah Pram, masih dapat mendengar suaranya, masih dapat melihat senyumnya... untuk yang terakhir kalinya.

08 Mei 2012

"Sampai kapan Shel?"

Suara Pram memecah kesunyian diantara mereka. Pertanyaan yang sama. Yang selalu terlontar dari Pram dalam setiap pertemuan-pertemuannya dengan Shella. Dipandanginya perempuan yang kini duduk dihadapannya. Perempuan yang sangat ingin Pram miliki. Tapi, sampai detik ini ia masih belum mampu membiarkan Shella memberikan sedikit ruang di hatinya untuk cinta Pram. Perempuan yang dikenalnya enam bulan yang lalu saat Pram sedang bertugas.  Gadis manis dengan bola mata cokelat yang indah dan selalu menatapnya teduh. Ah..entah sejak kapan Pram mulai jatuh hati padanya. Mungkin saat pertama kali Pram melihat Shella dengan seragam batik merah dan rambut yang digelung rapi berjalan anggun beriringan dengannya ketika Pram dan Shella sama-sama bertugas dalam penerbangan yang sama. Jakarta - Bengkulu ya...Sejak saat itu senyum ramah Shella selalu tak pernah absen mengisi hari-harinya.

"Shella...,sampai kapan kamu akan terus diam?" tanya Pram lagi tanpa melepaskan pandangnya dari Shella. Sejenak keduanya saling beradu pandang seolah sama-sama menyelami isi hati dan pikiran masing-masing. Apa yang harus dia katakan?bisik suara hati Shella. Kenapa bibirnya tiba-tiba terasa keluh. Harus menyampaikan alasan apa lagi pada Pram?Shella bingung dengan hatinya. Satu sisi dia ingin sekali menerima Pram menjadi bagian dari hidupnya. Bagian dari sekeping hatinya yang lama hilang. Namun, perih itu masih membekas terlalu dalam. Shella tak ingin lagi merasakan sakit itu. Luka yang tersisa kini memaksa Shella untuk membentengi hatinya dari cinta laki-laki! siapapun itu, termasuk cinta yang disuguhkan laki-laki dihadapan Shella saat ini.

"Kumohon, mengertilah Pram,.aku belum bisa melupakan semuanya,,aku takut jika kupaksakan malah akan melukaimu..." kata Shella pelan, tapi cukup membuat Pram kembali menghelakan nafas berat. Ya...untuk kesekian kalinya.

"Luka yang seperti apa yang tak kamu harapkan untukku, Shel..?Justru inilah yang melukaiku. Belum cukupkah yang kulakukan untuk bisa membuatmu yakin bahwa aku benar-benar tulus mencintaimu. Aku bukan Dion. Bukan seperti laki-laki yang pernah melukaimu, mengecewakanmu.." sahut Pram. Diraihnya jemari Shella dengan lembut. Digenggamnya erat, seolah tak ingin melepaskannya. Ditatapnya kembali mata cokelat yang teduh milik Shella. Ingin mencoba kembali meyakinkan Shella bahwa dia takkan pernah membuat gadis ini kecewa, sedih apalagi sampai meneteskan air mata.

"Dengar Shel,,Aku akan terus menunggumu sampai sebagian pintu hatimu terbuka untuk menerimaku. Sampai kapanpun itu, dan aku mohon jangan pernah melarangku untuk terus mencintaimu..." lanjut Pram akhirnya sebelum pergi meninggalkan Shella yang masih terus menatap tubuh dan sepeda motor milik Pram hilang di ujung jalan. Meninggalkannya bersama sebongkah  pikiran yang sulit tergambarkan

***

09 Mei 2012


Shella,,

Kau seperti mawar putih ini

Begitu indah dan misteri

Ingin kumiliki namun duri-duri tajam itu seolah menjadi perisai bagiku

Tapi aku tak perduli

Kau tetap mawar putihku..

Kau tetaplah Shella impianku

Kemarin, Hari ini, Esok dan Seterusnya

Hari ini aku akan terbang dalam impian indah

Aku ingin melukiskan wajahmu diantara birunya langit

Mengabadikan senyummu dihamparan samudera luas yang kuseberangi

Mendengarkan bisikanmu dalam deru mesin

yang membelah mega

ya...

Karena itulah yang akan membuatku merasa kau akan selalu ada

dekat denganku

Kaulah tempatku tuk kembali

melabuhkan cinta di bandara hatimu

"with love "

Pram

Puisi dalam secarik kertas bernuasna ungu tersemat rapi dalam rangkaian mawar putih yang Shella temukan didepan pintu rumahnya bersama bingkisan kecil yang membuat mata Shella hampir tak bisa berkedip tatkala mengetahui isinya sebuah cincin berhiaskan permata. Kenapa mendadak Pram jadi romantis? tak biasanya dia mengirimkan bunga dan puisi setiap akan bertugas ditambah bingkisan kecil ini. Ah... Apa arti semua ini Pram?Bahagiakah ia?jika ini yang dinamakan bahagia kenapa tiba-tiba terselip perasaan tak enak melingkupi hati Shella. Perasaan yang sulit Shella ungkapkan dengan kata-kata. Tuhan,,ada apa ini?

***

Shella hanya terdiam membisu di depan gundukan tanah pemakaman yang masih basah. Bermimpikah ia saat ini?benarkah ini Tuhan?sungguh nyatakah yang terlihat dihadapannya kini?Sosok Pram dalam wujud sebuah nisan.

Wirasena Pramono

wafat

09 Mei 2012

Kecelakaan sore itu telah merenggut Pram darinya. Menyisakan sesal yang kini menghantui hari-hari Shella. Andai sore itu Shella bisa sedikit lebih ramah dengan perasaan Pram. Andai saat itu Shella menerima Pram. Andai Pram tak pergi bertugas sore itu. Andai Pram tahu apa yang ada dihati Shella. Andai saja,,, ya...andai waktu bisa membawanya kembali. Mencegah Pram untuk pergi.

Kini,,Shella hanya bisa melihat wajah Pram dalam figura ini. Tapi, tidak wajah Pram sudah tersemat disini. Di dalam hati ini. Selalu..dan Selamanya akan tetap seperti itu.

***

Sebuah kisah yang terinspirasi dari Tragedi Shukoi Super Jet 100

Semoga Tuhan memberikan tempat yang paling baik bagi mereka di sisi-Nya

dan Kekuatan bagi keluarga yang ditinggalkan,, Amin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun