Harga mainan bongkar pasang tentu mencapai puluhan ribu. Sementara untuk kebutuhan sehari-hari saja keluarga Pak Mustofa masih pas-pasan. Ditambah lagi ada tagihan dari sekolah untuk segera melunasi administrasi sekolah. Tentu dengan ikutnya Raffi dalam lomba desain batik ini membuat  semakin resah Pak Mustofa. Karena harus mencari tambahan uang dalam waktu singkat.
"Bu kita turuti saja kemauan Raffi, siapa tahu dia bisa memenangi lomba. Uangnya nanti bisa kita pergunakan untuk melunasi tagihan dari sekolah.
"Iya Pak e, tapi masalahnya kita dapat uang dari mana. Jika kita pinjam uang tetangga. Tetangga kita kemungkinan sulit untuk memberi pinjaman kepada kita karena penghasilan kita tidak menentu. Jika hutang ke koperasi tagihanya juga besar.
"Kita mengreditkan kain batik saja bu dengan bunga ringan yang tidak memberatkan pembeli. Jika dikreditkan pasti pembayarannya akan berkelanjutan. Meskipun tiap orang nanti membayarnya sepuluh ribu rupiah. Bayangkan jika yang mengambil lima orang saja. Tiap minggu kita sudah mendapatkan uang lima puluh ribu rupiah .
"Baiklah Pak, kain-kain batik ini akan saya tawarkan secara keliling di dusun Keboan. Barangkali ada teman-teman ibu yang tertarik dengan motif batik yang kita jual.
Ide Pak Mustofa membawakan hasil, beberapa teman Bu Inah ada yang membeli kain batik secara kredit. Jika dijual secara tunai mungkin lama lakunya karena pakaian itu kebutuhan tersier. Namun jika secara kredit atau angsuran pasti akan meringankan bagi pembeli. Penjual juga diuntungkan karena dagangannya laku.
Perlombaan batik dilaksanakan hari ini tanggal 2 Oktober 2019. Raffi meminta restu kepada kedua orang tuanya.
Raffi kamu harus menang, jika kamu menang kamu bisa membuat bangga orang tuamu ini Nak. Hadiah dari kemenanganmu nanti bisa ibu pergunakan untuk melunasi kekurangan pembayaran administrasi sekolah".
Harapan ibu Raffi yang memuncak ini membuat Raffi menangis tersedu-sedu.
Hiks. . hiks. . .
"Raffi kenapa kamu menangis?" Tutur Bapak