Tuhan menciptakan mahluk hidup dengan menjamin rezekinya. Bagi manusia untuk mendapatkan rezeki harus bekerja terlebih dahulu. Bagi pekerja kantoran rezeki sudah ada jatahnya untuk setiap bulan dari perusahaan.
Bagi pedagang asongan rezeki tidak menentu tergantung dari jumlah pembeli. Adanya pawai ta'aruf kota mojokerto kemarin (8-09-2019), banyak pedagang asongan berjualan di sekitar area pawai karena banyaknya masyarakat yang ingin menonton. Keuntungan dari berdagangan bisa digunakan untuk menambah asap yang mengepul di dapur. Selain itu untuk kebutuhan anak-anaknya di sekolah.
Tuhan Menjamin Rezeki Hewan
Ketika kita melihat burung, pagi berangkat mencari makan ketika sore menjelang akan pulang ke sangkar dengan membawa makanan. Cicak di dinding hanya berdiam saja mengawasi lengahnya nyamuk, saat nyamuk lengah hap-hap lalu di tangkap.
Laba-laba dilengkapi Tuhan dengan kemampuan membuat sarang untuk menjebak mangsanya. Saat terperangkap maka mangsa akan dibungkus dengan benang lalu disimpan dulu sebagai makanan cadangan. Hal ini tentu sabagai bukti kalau Tuhan sayang dan peduli terhadap kelangsungan hidup mahluk-Nya.
Dalam jaring-jaring makanan ada siklus mengalirnya makanan untuk mahluk hidup. Mulai dari tanaman (produsen), hewan pemakan tanaman (konsumen 1), kemudian hewan pemakan daging (konsumen 2), setelah itu jika hewan sudah mati maka akan busuk dan diuraikan oleh bakteri.
Tuhan Menjamin Rezeki Pedagang Asongan
Pedagang asongan bekerja siang hari saat sinar mentari berada diatas kepala. Ada pejaja makanan dan minuman, mainan anak-anak, buku bergambar, hingga kipas. Mereka tidak tinggal diam, mendatangi calon pembeli untuk menawarkan barang dagangannya.
Teman-teman saya ada tiga orang, Bu Liya, Bu Fi'ah, dan Bu Aram. Ketiga teman saya ini sudah berkeluarga. Mereka melihat pawai dengan anak-anaknya. Sebelum acara pawai, teman-teman saya sarapan terlebih dahulu. Ada yang sudah membawa bekal dari rumah. Ada juga yang tidak menyiapkan bekal dari rumah sehingga membeli mie instan yang sudah matang.
Waktu itu Bu Liya membeli air mineral berbotol isi 600 ml  seharga Rp.5000,00. Tentu harga ini naik dua kali lipat dari harga normal. Biasanya harganya sekitar Rp.2.500,00 - Rp.3.000,00. Hal ini bisa disimpulkan pedagang mengambil keuntungan senilai harga barang atau mendapat untung mencapai 100%.
Menurut bu Liya pedagang itu sebaiknya tidak boleh mengambil keuntungan senilai harga barang. Mungkin yang dijadikan patokan bu Liya adalah dalam pembagi warisan. Masing -masing Ahli waris dapat 1/3 bagian. Artinya keuntungan hanya sekitar 1/3 dari harga beli.
Rasulullah SAW bahkan, pernah mendapatkan laba hingga 100 persen saat jual beli kambing. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari, "Bahwa Nabi SAW memberinya (urwah) uang satu dinar untuk dibelikan kambing.Â
Maka, dibelikannya dua ekor kambing dengan uang satu dinar. Kemudian, dijualnya yang seekor dengan harga satu dinar. Setelah itu, ia datang kepada Nabi SAW dengan membawa uang satu dinar dan seekor kambing. Kemudian, Nabi SAW mendoakan semoga jual belinya mendapat berkah. Dan seandainya uang itu dibelikan tanah, niscaya mendapat keuntungan pula". (Republika.co.id/31-12-2019)
Dari sumber tersebut. Hal ini berarti pedagang boleh mengambil keuntungan yang mencapai 100%. Berlanjut ke cerita berikutnya, ada salah satu teman saya yang berbaik hati membelikan kacang tanak. Kita semua ditraktir oleh beliau. Lumayan camilan kacang bisa dimakan untuk mengganjal perut yang keroncongan sambil menunggu anak-anak. Saya saat itu belum membeli sesuatu di area pawai.
Waktu itu kami mencari sedotan untuk air mineral yang akan kami bagi ke anak-anak. Kami berinisiatif untuk membelinya di pedagang minuman. Sedotannya ada tapi tidak sesuai dengan jenis sedotan yang kita inginkan.Â
Akhirnya kami mencari lagi, dan mendapatkan jenis sedotan yang kita inginkan. Penjualnya tidak mau menerima uang dari kami sebagai pengganti sedotan. Alhamdulillah
Bu Fi'ah memiliki dua anak kembar. Beliau membelikan dua anaknya balon berbentuk bebek. Jika membeli satu balon pasti anak kembaran yang satunya terlihat kasihan. Tentu hal ini adalah rezeki bagi pedagang asongan. Barang dagangannya langsung laku dua buah dari satu pembeli.
Panasnya siang itu, ada seorang penjaja buku gambar dan buku cerita. Meskipun tidak ada yang berminat, orang itu berusaha untuk menawarkan barang dagangannya.Â
Tidak kenal putus asa meskipun belum juga ada masyarakat yang tertarik untuk membelinya. Saya waktu itu sempat merasa iba. Ada suatu keinginan membantu orang itu dengan membeli barang dagangannya.
Pasti dibalik kegigihan pedagang itu ada keluarga yang diperjuangkan di rumah. Keuntungan dari berdagang bisa digunakan untuh menambah asap yang mengepul di dapur. Biaya sekolah anak-anak, ataupun untuk kebutuhan bapak tadi hanya sekadar meminum kopi disela-sela mengais rezeki.
Sempat terbelesit ingin membeli buku tadi. Namun saya mengurungkan niat itu karena saat mau menuju ke saya. Pedagang itu tidak menjumpai saya. Beliau tidak menawarkan barang ke saya. Waktu itu saya juga tidak sebegitu membutuhkan bukunya. Akhirnya saya melepaskan peluang untuk berbuat baik kepada pedagang buku tadi.
Dalam hati, saya mendo'akan agar pedagang itu menemukan pembeli yang memang membutuhkan buku yang dijualnya. Semoga saja beliau bisa bertahan hidup dari berdagang buku.
Di sela-sela melihat pawai, ada ibu yang agak renta. Beliau mengulurkan tangan ke orang-orang yang dijumpainya. Dua teman saya mungkin iba sehingga memberikan sedekah kepada ibu pengemis tadi.Â
Namun saya kembali lagi tidak berkeinginan untuk berbagi kepada ibu itu. Semoga ibu tadi rezekinya sudah disiapkan oleh Allah. Caranya melalui rasa iba orang-orang yang ditemui.
Akhirnya saya memutuskan untuk membeli pentol. Lapar sekali rasanya. Saya membeli pentol Rp.5.000,00. Pentolnya kecil-kecil sehingga dapat banyak. Setelah memakannya energi dalam tubuh saya kembali terkupul. Sehingga bisa melakukan aktivitas dengan baik.
Penutup
Ada pesan yang ingin saya sampaikan dari beberapa penjelesan diatas. Suatu kebaikan akan dibalas oleh Tuhan dengan kemudahan urusan kita. Seperti contoh teman saya yang berbaik hati membantu kepada sesama.Â
Yakni dengan cara membeli barang dagangan jepada pedagang asongan. Kemudian mengulurkan tangan untuk bersedekah kepada pengemis.
Saat kami membutuhkan sedotan. Kami sudah berinisiatif untuk membelinya di pedagang minuman. Di tempat pertama, penjual bersedia menjual sedotannya. Namun ternyata sedotan tersebut tidak cocok dengan jenis yang kami inginkan.Â
Pada tempat yang kedua, saya menjelaskan jenis sedotan kepada pedagang minuman. Beliau langsung menunjukkan sedotanya. Saya langsung disuruh mengambil sedotan yang diinginkan.Â
Setelah saya bertanya harganya, beliau menolak dengan halus. "Sudah mas bawa saja tidak apa-apa." Tutur pedagang minuman.
Jadi kebaikan yang kita lakukan bisa berpengaruh dengan kemudahan urusan-urusan yang kita lakukan. Saat kita berbuat baik kepada sesama akan membuat orang lain bahagia. Lingkungan sekitar juga akan memudahkan dalam membantu urusan-urusan kita. Aamiin
Salam,
Eki Tirtana Zamzani
Mojokerto, 8-09-2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H