Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Meniti Karier sebagai Kompasianer Berarti Menjadi Pebisnis Tulisan

22 Maret 2019   01:26 Diperbarui: 25 Maret 2019   20:25 535
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas menulis butuh suasana mood yang bagus. Keinginan menulis di Kompasiana mulai muncul kembali, setelah absen beberapa hari. Pada bulan ini dalam seminggu saya mampu menulis sebanyak satu tulisan.

Saya ingin berbagi pengalaman dalam menerbitkan buku yang ketiga. Suatu buku yang berasal dari artikel di blog Kompasiana. Artikel ini merupakan artikel saya yang ke-201 di Kompasiana.

Tujuan saya menulis di Kompasiana adalah untuk berbagi. Di Kompasianalah saya bisa bebas untuk mengungkapkan isi hati saya. he he. Tahun 2018 saya cukup produktif. Pernah dalam seminggu, saya mampu menulis sampai tiga tulisan. 

Hal ini menurut saya adalah sebuah prestasi, mengingat kesibukan saya di sekolah dan bimbel yang begitu menyita waktu. Saya mencuri-curi waktu di malam hari saat mata tidak mau diajak kompromi untuk memejam.

Setelah mendapatkan rezeki dari Allah SWT yang tidak disangka-sangka, akhirnya keinginan saya untuk menerbitkan tulisan saya di Kompasiana bisa terwujud melalui penerbit buku indie "Mitra Karya". 

Sebenarnya tidak ada rencana untuk membuatnya. Hal ini berjalan mengalir begitu saja. Saat saya punya ide untuk menulis langsung saya tulis kemudian saya posting di Kompasiana. Akhirnya buku ini bisa terwujud berkat semua pihak yang turut berpartisipasi dan juga atas izin Allah SWT tentunya. 

Silaturrahim dari Menerbitkan Buku

Seorang penulis di media massa atau penulis buku adalah juga menerjuni dunia bisnis, yakni bisnis tulisan. Bisa dikatakan meniti karir sebagai penulis berarti meraih "status" sebagai "pebisnis tulisan" boleh juga disebut "pengusaha tulisan". Ia bertindak sebagai pemilik usaha sekaligus manajer, bahkan salesnya. Ia memproduk tulisan lalu "menjualnya" ke media massa (cetak) atau ke penerbit buku untuk diterbitkan. (Buku Judul Lincah Menulis Pandai Bicara, Penerbit Intimedia tahun 2008, Penulis Asep Syamsul M. Romli, hlm.22)

Banyak pengalaman dan cerita yang ingin saya bagikan kepada pembaca terkait proses pembuatan buku saya. Saya mulai dari mana ya? He he, begini saja saya akan mulai bercerita dari pembaca yang mendukung saya untuk menerbitkan kumpulan artikel saya di Kompasiana menjadi sebuah buku.

Beliau bernama Ibu Robitoh. Pengasuh PAUD Al-Ihlas Sukorame, Kec. Jetis, Kab. Mojokerto. Beliau menyanggupi untuk menjadi pembeli awal buku saya jika sudah cetak. Beliau menjadi penyemangat saya untu kembali mengumpulkan tulisan-tulisan saya di Kompasiana sesuai dengan temanya.

Perasaan takut jika buku ini nanti tidak laku pernah muncul. Naudzubillah. Sebagai seorang muslim, saya harus menjauhi sikap pesimis. Saya berusaha untuk optimis dalam penerbitan buku ini. Teringat saran Bu Tri Hatma selaku redaktur Harian Surya saat memberi pengantar buku debutan saya berikut ini:

"Lupakan teori, karena sejatinya menulis itu mudah sekali. Untuk tahap awal, lepaskan semua beban. Beban ingin menjadi dan sama persis dengan penulis idola, beban bisa merangkai kata dan kalimat serenyak kacang goreng, beban tulisan atau buku yang laku keras dan sukses mengaduk-aduk emosi. Semua itu urusan nanti".

Setelah membaca pengantar dari Bu Tri, saya jadi bersemangat lagi. Tahap awal, saya tidak mau membayangkan buku ini nanti bisa habis seluruhnya. Saya selalu siap-siap dengan kemungkinan terburuk. 

Jika memang buku saya nanti belum menemukan takdir pembacanya, maka saya sudah bersiap-siap untuk tidak kecewa berat. Lebih baik menyiapkan kemungkinan paling buruk daripada yakin sukses tetapi nantinya tidak sukses. Malahan bisa membuat diri ini merana. Maka rasa sakitnya itu di sini di dalam hatiku. Seperti lagunya Cita Citata. He he

Saran dari Bu Tri Hatma adalah saya harus mencari endorse dan pengantar buku dari orang lain. Hal ini membuat saya bersilaturrahim (berkunjung) melalui chatting di media sosial dengan teman-teman sesama pecinta dunia tulis-menulis atau perbukuan.

Editor buku saya adalah Mas Wahyu Eka Winarto. Beliau sebagai dosen PAI di Unisla Lamongan. Beliau adalah teman saya saat kuliah di UINSA Surabaya. Saya dan Eka dulu sama-sama mengikuti organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU). 

Kemudian endorse pertama adalah Mas Rangga Sa'dilah. Beliau menjadi dosen di jurusan Pendidikan Matematika UINSA Surabaya. Beliau adalah senior saya di IPNU. Jabatannya dulu adalah sebagai ketua IPNU UINSA.

Endorse kedua yakni sahabat saya Ibu Uzlifatul Rusydiana, guru di SD Negeri Magersari 2 Kota Mojokerto. Beliau pernah mendapatkan apresiasi dari Kemdikbud terkait nilai uji kompetensi guru (UKG) empat belas tertinggi se-Indonesia. Beliau berkesempatan mengikuti short course di negara Jepang. Catatan perjalanannya terekam melalui buku berjudul "Aishiteru! Inspirasi Edukasi di Jepang".

Endorse ketiga adalah dari Kompasianer Listhia H Rahman. Beliau adalah peraih Kompasiana Awards kategori The Best in Specific Interest pada tahun 2017. 

Endorse keempat adalah Kompasianer Seneng Utami. Perantau di Hongkong ini dahulu saat aktif di Kompasiana tulisannya sering mendapatkan label headline dari admin. Kompasianer pekerja keras yang selalu meluangkan waktunya saat libur bekerja untuk meminjam dan membaca buku di perpustakaan Hongkong.  

Untuk pengantar bukunya, saya ingin dari pihak Kompasiana. Pilihan saya jatuh kepada Mas Nurulloh, Chief Operation Officer (COO) Kompasiana. Saat saya memintanya membuat pengantar di buku ini, beliau menyanggupinya. Saya senang sekali karena merasa begitu dipedulikan oleh COO Kompasiana tersebut.

Kami belum kenal lebih jauh sebelumnya, komunikasi hanya sebatas melalui chatting di instagram saja. Terbitnya buku "Merekam dengan Aksara: Catatan Perjalanan Seorang Guru Matematika" juga bertepatan dengan kelahiran putri Mas Nurulloh. Semoga putri beliau menjadi putri yang cerdas dan juga shalihah nantinya. Aamiin.

Belajar Berjualan Buku di Media Sosial
Sesuai kutipan di awal tulisan ini, jika ada penulis yang terjun ke bisnis tulisan maka harus siap untuk menjadi sales. Sebagai langkah awal saya mempromosikan buku ini di Instagram.

Alhamdulillah saya bisa menjaring satu pembeli. Namanya adalah Wiwin, selaku adik tingkat kelas saya saat kuliah. Kemudian saya menghubungi sahabat saya, Kholil di Sidoarjo. Saya menawarkan buku tersebut. Beliau tertarik dan ingin memesannya juga.

Saya memberikan satu buku ke Mas Rangga sebagai ucapan terima kasih telah menuliskan endorse-nya. Beliau juga memesan satu buku untuk diberikan ke ketua jurusan Pendidikan Matematika UINSA. Beliau ingin menunjukkan kalau ada alumnus dari jurusan Pendidikan Matematika  yang ternyata bisa mengarang tulisan dan dibukukan. 

Tidak hanya itu, beliau juga membantu mempromosikan buku dengan cara memposting buku saya di Facebook. Akhirnya ada kakak tingkat saya yang tertarik untuk membelinya, yaitu Mas Ahmad Isroil. Alasan beliau membeli karena tertarik ada guru matematika yang bisa menulis atau mengarang sebuah buku.

Pembeli berikutnya adalah Mas Didin Handoko asal Jombang. Saya dulu pernah membeli bukunya berjudul "Etnomatika Situs Trowulan". Mungkin sebagai gantinya beliau sekarang membeli buku saya. Hhe he. Setelah itu ada Mbak Seneng Utami yang juga memesannya. Rencananya saat pulang ke Indonesia beliau akan mengabariku lagi. Alhamdulillah akhirnya buku saya sudah menemukan takdir pembacanya.

Penutup
Bisnis buku itu menurut saya gampang-gampang sulit. Ada perasaan senang saat buku kita menemukan pembelinya. Pembelajaran bagi saya yang dari dulu tidak suka berdagang.

Kini dengan langsung terjun ke bisnis buku, saya harus belajar memasarkannya dan mengemasnya sebelum memaketkannya jika pembeli berada dari luar kota. Kegiatan bisnis ini juga sebagai kesibukan yang bisa saya lakukan dalam minggu-minggu ini. Setelah ada waktu luang dari selesai mengajar di sekolah dan bimbel.

Dengan menulis di Kompasiana saya akhirnya bisa menjadi wirausaha. Meskipun belum bisa mengembalikan modal saya sepenuhnya karena saya menerbitkannya melalui penerbit indie yang berbayar.

Namun banyak pengalaman ilmu yang berharga bisa saya dapatkan dengan terjun langsung ke bisnis buku. Salah satunya adalah bisa bersilaturrahim lagi dengan teman-teman semasa kuliah. Kemudian saya juga bisa berkenalan dengan orang-orang baru yang sesuai dengan passion saya yakni di bidang menulis. 

Salam,

Eki Tirtana Zamzani

Mojokerto, 22-03-2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun