"Lupakan teori, karena sejatinya menulis itu mudah sekali. Untuk tahap awal, lepaskan semua beban. Beban ingin menjadi dan sama persis dengan penulis idola, beban bisa merangkai kata dan kalimat serenyak kacang goreng, beban tulisan atau buku yang laku keras dan sukses mengaduk-aduk emosi. Semua itu urusan nanti".
Setelah membaca pengantar dari Bu Tri, saya jadi bersemangat lagi. Tahap awal, saya tidak mau membayangkan buku ini nanti bisa habis seluruhnya. Saya selalu siap-siap dengan kemungkinan terburuk.Â
Jika memang buku saya nanti belum menemukan takdir pembacanya, maka saya sudah bersiap-siap untuk tidak kecewa berat. Lebih baik menyiapkan kemungkinan paling buruk daripada yakin sukses tetapi nantinya tidak sukses. Malahan bisa membuat diri ini merana. Maka rasa sakitnya itu di sini di dalam hatiku. Seperti lagunya Cita Citata. He he
Saran dari Bu Tri Hatma adalah saya harus mencari endorse dan pengantar buku dari orang lain. Hal ini membuat saya bersilaturrahim (berkunjung) melalui chatting di media sosial dengan teman-teman sesama pecinta dunia tulis-menulis atau perbukuan.
Editor buku saya adalah Mas Wahyu Eka Winarto. Beliau sebagai dosen PAI di Unisla Lamongan. Beliau adalah teman saya saat kuliah di UINSA Surabaya. Saya dan Eka dulu sama-sama mengikuti organisasi Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU).Â
Kemudian endorse pertama adalah Mas Rangga Sa'dilah. Beliau menjadi dosen di jurusan Pendidikan Matematika UINSA Surabaya. Beliau adalah senior saya di IPNU. Jabatannya dulu adalah sebagai ketua IPNU UINSA.
Endorse kedua yakni sahabat saya Ibu Uzlifatul Rusydiana, guru di SD Negeri Magersari 2 Kota Mojokerto. Beliau pernah mendapatkan apresiasi dari Kemdikbud terkait nilai uji kompetensi guru (UKG) empat belas tertinggi se-Indonesia. Beliau berkesempatan mengikuti short course di negara Jepang. Catatan perjalanannya terekam melalui buku berjudul "Aishiteru! Inspirasi Edukasi di Jepang".
Endorse ketiga adalah dari Kompasianer Listhia H Rahman. Beliau adalah peraih Kompasiana Awards kategori The Best in Specific Interest pada tahun 2017.Â
Endorse keempat adalah Kompasianer Seneng Utami. Perantau di Hongkong ini dahulu saat aktif di Kompasiana tulisannya sering mendapatkan label headline dari admin. Kompasianer pekerja keras yang selalu meluangkan waktunya saat libur bekerja untuk meminjam dan membaca buku di perpustakaan Hongkong. Â
Untuk pengantar bukunya, saya ingin dari pihak Kompasiana. Pilihan saya jatuh kepada Mas Nurulloh, Chief Operation Officer (COO) Kompasiana. Saat saya memintanya membuat pengantar di buku ini, beliau menyanggupinya. Saya senang sekali karena merasa begitu dipedulikan oleh COO Kompasiana tersebut.
Kami belum kenal lebih jauh sebelumnya, komunikasi hanya sebatas melalui chatting di instagram saja. Terbitnya buku "Merekam dengan Aksara: Catatan Perjalanan Seorang Guru Matematika" juga bertepatan dengan kelahiran putri Mas Nurulloh. Semoga putri beliau menjadi putri yang cerdas dan juga shalihah nantinya. Aamiin.