Jabatan adalah sesuatu yang identik dengan kekuasaan. Saat kekuasaan ada digenggaman tangan. Maka segala sesuatu bisa diatur dan dipermudah sesuai dengan keinginan. Orang yang memiliki jabatan sering kita sebut dengan pejabat. Â KKN (korupsi, nepotisme, dan kolusi) sebaiknya tidak dilakukan oleh pejabat yang berwenang.
Pejabat yang berwenang diperusahaan disebut dengan Direktur. Di tingkat sekolah ada Kepala sekolah. Di kampus ada Rektor. Di ruang lingkup pemerintahan tingkat kecamatan ada Camat, di tingkat kota atau kabupaten ada Walikota dan Bupati, di tingkat provinsi ada Gubernur, dan di tingkat negara ada Presiden. Sementara di kabinet pemerintahan. Kita mengenalnya dengan sebutan Menteri.
Korupsi adalah mengambil sesuatu yang bukan menjadi haknya. Kasus suap tergolong kedalam tindakan korupsi. Pelakunya bisa ditindak langsung oleh lembaga KPK. Sementara nepotisme adalah penyalahgunaan jabatan untuk memperkerjakan orang-orang terdekat atau yang masih dalam sanak famili di lingkup kekuasaanya. Kolusi adalah  bentuk kerjasama antara pejabat pemerintah dengan oknum lain secara ilegal pula (melanggar hukum) untuk mendapatkan keuntungan material bagi mereka. (Sumber)
Kekeliruan dalam mengambil keputusan bagi pejabat bisa berakibat fatal. Taruhanya adalah martabat (kehormatan) sang pejabat. Bayangkan ketika pejabat yang memiliki kehormatan dan begitu disegani oleh orang-orang disekelilingnya. Seperti pergi kemana-mana ada yang mengawal. Sehingga ada orang-orang yang ditugaskan oleh pemerintah untuk menjamin keamanannya.Â
Apabila seorang pejabat salah dalam mengambil keputusan atau kebijakan. Maka dia bisa menjadi pesakitan untuk hidup di penjara beberapa tahun. Kekuasaan yang telah dibangga-banggakan selama ini akan hilang dengan sekejap.
Dua hari belakangan kita telah mendengar berita di lapas (lembaga pemasyarakatan) sukamiskin, Bandung. Ketika penjara khusus bagi pelaku koruptor dinegeri ini bisa disulap menjadi tempat yang mewah seperti hotel. Tentu hal ini tidak bisa didapatkan dengan gratis. Narapidana harus merogoh kocek ratusan juta rupiah untuk bisa mendapatkan fasilitas lebih dipenjara.Â
Penjara yang fungsinya sebagai hukuman bagi para koruptor agar ada rasa jera untuk tidak melakukan tindakan korupsi lagi. Namun disalahgunakan oleh oknum pimpinan lapas. Sehingga para koruptor tidak akan jera dinegeri ini. Jika kenyamanan hidup di penjara bisa dibeli dengan mudah.
Hal ini bisa terbongkar melalui kinerja petugas komisi pemberantasan korupsi (KPK). Kasus suap yang dilakukan oleh salah satu napi dengan kepala lapas sukamiskin bisa ketahuan. Beginilah akibatnya jika pejabat menyalahgunakan kekuasaanya. Maka berpotensi untuk bisa terkena operasi tangkap tangan KPK. Apalagi orang yang ada di penjara merupakan tahanan KPK.
Hubungan antara Basic dan Pangkat
Mantan Menteri Pendidikan Prof. Muhammad Nuh pernah berkata kalau jabatan itu seperti pangkat dalam pelajaran matematika. Sebelum menjadi orang yang berpangkat dasarnya harus kuat terlebih dahulu.Â
Dalam pelajaran matematika, dasar adalah basic (bilangan pokok). Ketika orang berpangkat tidak kuat dalam menahaan godaan kekuasaan. Maka dengan pangkat atau kekuasaanya itu. Dia bisa menjadi semakin kecil.
Bilangan pokok (basic) itu kita ibaratkan dengan bilangan asli, seperti : angka dua, tiga, dan seterusnya. Bilangan asli adalah bilangan yang lebih dari nol. Saat bilangan itu kita pangkatkan maka hasilnya akan semakin besar.Â
Contohnya adalah bilangan dua, ketika dua dipangkatkan dua adalah empat. Kemudian dua dipangkatkan tiga adalah delapan. Sedangkan saat bilangan pokoknya itu bilangan pecahan. Misalkan setengah, saat kita pangkatkan maka hasilnya akan semakin mengecil. Contohnya adalah setengah pangkat dua hasilnya adalah seperempat. Setengah pangkat tiga adalah seperdelapan. Sehingga saat basic-nya rendah semakin besar pangkatnya maka hasil akan semakin kecil.
Pejabat yang korupsi (koruptor) simbolnya adalah tikus berdasi. Kita tahu bahwa tikus itu biasanya mencuri makanan didapur. Dan suka dengan tempat-tempat yang kotor. Pejabat yang mengambil sesuatu yang bukan haknya maka kita sebut dengan koruptor.
Usia pejabat biasanya tidak muda lagi. Minimal sudah berkepala tiga. Bayangkan saja saat mereka terkena kasus korupsi dan harus hidup dipenjara selama beberapa tahun. Maka mereka akan mengisi kehidupan pada hari tuanya di penjara. Saat mereka keluar dari penjara juga akan mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan. Karena biasanya hak politik akan dicabut oleh pemerintah.
Pejabat yang terkena kasus korupsi pasti memiliki keluarga. Saat mereka terkena operasi tangkap tangan KPK. Maka mereka akan memakai rompi berwarna orange. Kemudian berita mengenai kasusnya pasti akan menyebarluas dimasyarakat. Logikanya keluarga mereka akan malu dan terpukul sekali. Terutama dari pihak istri dan anak-anaknya.Â
Pejabat biasanya hidupnya sudah makmur dan berkecukupan. Tetapi dengan gaji yang diterima belum bisa memuaskan keinginan-keinginanya. Sehingga melakukan tindakan korupsi untuk memperkaya diri sendiri. Menurut saya, nafsu itu kalau kita turuti akan semakin menjadi-jadi. Ibarat kita haus lalu meminum air laut. Maka akan terasa semakin haus rasanya ditenggorokan.Â
Contoh kedua yakni saat kita selesai berolahraga lalu minum air yang dingin. Pada awalnya suhu dibadan kita akan dingin namun hal ini berlaku sementara saja. Setelah itu tulang kita akan terasa ngilu sekali.Â
Sebaiknya setelah berolahraga lalu minum air hangat. Maka setelah itu suhu ditubuh kita akan terasa dingin. Karena dengan meminum air hangat. Â Mulut kita akan terasa hangat beberapa saat. Namun setelah itu tubuh kita akan dingin. Hal ini dapat terjadi karena tubuh kita akan mengeluarkan keringat. Akibat suhu air yang hangat tadi.
Jadi tindakan korupsi itu nyamannya diawal ketika tidak ada yang mengetahui. Namun sekali ketahuan dan terkena operasi tangkap tangan KPK. Maka perasaan menyesalnya itu bisa bertahun-tahun. Bahkan bisa seumur hidup kegelisahan yang akan dilakukan oleh pelkunya.
Kesimpulan
Saat kita melihat kehidupan orang lain yang ada diatas kita. Maka biasanya kita akan selalu ingin menyamainya. Sebaliknya saat kita melihat kehidupan orang lain yang ada dibawah kita. Kita akan merasakan iba (kasihan). Sehingga kita dapat mensyukuri nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita.
Tindakan korupsi yang dilakukan oleh oknum pejabat bisa disebabkan oleh gengsi kehidupan yang tinggi. Mereka malu jika punya rumah sederhana, kendaraan biasa, dan tabungan yang sedikit. Sehingga mencari kekayaan dengan cara pintas yang sangat beresiko seperti tindakan korupsi. Kehidupan yang terlihat mewah dimata orang lain, namun banyak manipulasi untuk mendapatkanya. Sehingga hal ini bisa juga mengorbankan ketenangan hidup kita. Karena diliputi perasaan cemas apabila ada yang mengetahui perbuatan buruk tersebut.
Tentu prinsip hidup orang berbeda-beda. Ada orang yang bisa bahagia apabila hanya memiliki rumah sederhana untuk tempat berteduh. Dengan memiliki keluarga yang lengkap sehingga bisa hidup rukun dan harmonis. Saat kesehatan tubuh terjamin dan keluarga lengkap itulah suatu kenikmatan. Kita bisa berlibur bersama dengan keluarga tercinta. Dengan canda tawa bahagia.
Penulis berharap bisa hidup qanaah yakni selalu bersyukur dengan nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Tidak tergoda untuk memakan hak orang lain. amin
Salam,
Eki Tirtana Zamzani
Mojokerto, 24-07-2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H