Mohon tunggu...
Eki Tirtana Zamzani
Eki Tirtana Zamzani Mohon Tunggu... Guru - Pendidik yang mengisi waktu luang dengan menulis

Guru yang mengajar di kelas diperhatikan oleh 25-30 siswa, apabila ditambahi dengan aktivitas menulis maka akan lebih banyak yang memperhatikan tulisan-tulisannya. ekitirtanazamzani.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pentingnya Membaca di Sela-sela Menonton Televisi

7 Mei 2018   20:49 Diperbarui: 9 Mei 2018   00:05 2932
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: Shutterstock.com

Televisi (TV) sebuah kotak sakti yang selalu ada disetiap rumah penduduk Indonesia. Sekarang TV sudah bukan menjadi barang mewah lagi. Baik itu orang yang tinggal di kota maupun di desa pasti sudah mempunyai TV. TV sudah menjadi hiburan yang murah dan di gemari oleh masyarakat Indonesia.

TV tidak hanya sebagai media yang memberikan hiburan namun juga sebagai penyebar informasi dan pendidikan. Namun TV juga dapat berdampak negatif apabila pemirsa tidak bisa menyaring tayangan yang disiarkan setiap harinya. Seperti tayangan-tayangan yang berbau seks dan kekerasan. 

Korbanya biasanya anak-anak yang masih labil (berubah-ubah). Mereka belum bisa memilah dan memilih tayangan mana yang cocok untuk perkembangan jiwanya. Sehingga disini peran orang tua sangat di perlukan dalam menemani anaknya saat menonton TV. Karena industri pertelevisian menghendaki agar pemirsa sendiri yang dapat mendiskusikan apa yang disajikan oleh TV.

Selain itu ada temuan studi yang disiarkan dalam Archives of Pediactric and Adolieschent Medicince, terbitan Maret, memberikan pujian pada orang tua yang tak mengizinkan anaknya untuk terlalu lama menonton TV karena dapat  mengakibatkan gangguan pada anaknya dalam bergaul dengan orang lain, kata pemimpin penulis study tersebut Dr Rose Richards dari University of Otago. 

Dan juga Kami mendapati bahwa memandangi layar apa pun untuk waktu lama dapat merusak, dan menyarankan orang-tua agar berpegang pada batas waktu yang disarankan, yaitu kurang dari dua jam tindakan memandang layar setiap hari, katanya.

Studi Gaya Hidup Pemuda melibatkan 2.042 remaja Selandia Baru yang berusia 14 sampai 15 tahun. Semua remaja itu menyelesaikan pertanyaan rahasia mengenai kebiasaan mereka mengisi waktu luang, serta penilaian kasih sayang mereka pada orang-tua dan rekan sebaya mereka.

Para peneliti tersebut juga menilai jawaban wawancara dari 976 anggota Studi Dunedin yang berusia 15 tahun antara 1987 dan 1988.
Pada kedua studi itu, kami mendapati penggunaan tinggi televisi, atau bahkan penggunaan tinggi komputer, berkaitan dengan masalah hubungan, kata Rose. Ia menambahkan hubungan kuat dengan orang-tua dan teman penting bagi perkembangan kesehatan remaja memasuki masa dewasa.

Dengan langkah cepat evolusi teknologi yang berlandaskan layar, penelitian diperlukan untuk memantau dampak yang ditimbulkannya pada kesejahteraan sosial, psikologis dan fisik kaum muda, katanya. (surya online, 3 maret 2010)

Terlalu lamanya remaja menonton TV ini mungkin di sebabkan waktu mereka menonton TV dapat merasakan suatu kenyamanan dan bisa lebih rileks dari sebelum menonton TV. Karena mereka tidak membutuhkan konsentrasi saat menonton TV. Mereka  hanya bisa pasif saat menikmati tayangan TV. Otak pun dibiarkan tidak bekerja. Sehingga mereka betah berjam-jam duduk di depan layar TV. 

Sebenarnya keadaan itu cuma sebentar saja saat menonton TV. Setelah mereka tidak menonton TV akan kembali seperti semula yaitu rasa kesepian.  

Hal ini akan berbeda ketika mereka harus membaca tulisan. Mereka dituntut untuk aktif dan mencermati kata demi kata yang di baca. Agar dapat mengerti apa maksud dari tulisan tersebut. 

Sehingga membaca sedikit saja sudah menyebabkan rasa kantuk yang luar biasa. Tetapi dengan membaca pasti mereka akan menemukan ide-ide baru atau sesuatu yang baru diperoleh dari bacaan yang telah dibaca. 

Membaca sangat berguna sekali dalam perkembangan otak mereka di masa remaja. Karena otak akan selalu aktif bekerja. Sehingga sel-sel saraf di otak juga akan selalu berfungsi dengan baik.


Sungguh sangat di sayangkan apabila generasi muda Indonesia hanya gemar menonton TV saja. Karena masih banyak informasi berupa pengetahuan baru bisa di dapatkan melalui tulisan dengan cara dibaca. Baik itu di media cetak yang berupa opini atau gagasan baru yang dapat menciptakan ide-ide baru. Ataupun artikel di internet yang sangat bermanfaat bagi pengetahuan pelajar.

Dan juga dengan banyak membaca, maka kosa kata mereka juga akan semakin bertambah. Sehingga dapat memudahkan remaja untuk berkomunikasi saat bergaul dengan teman sebayanya. Permasalahan dalam hubungan dengan orang lain pun bisa segera teratasi walaupun secara perlahan-lahan.

Jadi kebiasaan membaca harus di biasakan oleh anak sejak kecil agar saat mereka sudah dewasa dapat menciptakan ide-ide/gagasan baru yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat luas. 

Dan juga jangan sampai tayangan-tayangan TV dapat menyebabkan mereka malas untuk membaca. Apabila kita malas membaca sebenarnya diri kita sendiri yang akan mengalami kerugian. Karena membaca merupakan salah satu cara pengetahuan untuk dapat masuk ke dalam pikiran kita. 

Oleh sebab itu kita harus terbiasa dengan membaca agar bisa keluar dari kebodohan yang membelenggu dalam diri kita. Karena kebodohan itu sejatinya sangat dekat sekali dengan kemiskinan. Dan kemiskinan itu akan membuat hidup kita menderita.

Keputusan terakhir ada pada pembaca. Ingin perubahan yang lebih baik dalam hidup anda. Lebih baik banyak membaca tulisan yang bermanfaat. Jadi dapat saya simpulkan bahwa membaca itu merupakan sebuah kebutuhan bukan keterpaksaan.

Eki Tirtana Zamzani, Mahasiswa Pendidikan Matematika IAIN Sunan Ampel Surabaya.

Artikel ini ditulis pada tahun 2010. Diedit dan dipublikasikan di kompasiana.com pada tanggal 7 Mei 2018.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun