Televisi (TV) sebuah kotak sakti yang selalu ada disetiap rumah penduduk Indonesia. Sekarang TV sudah bukan menjadi barang mewah lagi. Baik itu orang yang tinggal di kota maupun di desa pasti sudah mempunyai TV. TV sudah menjadi hiburan yang murah dan di gemari oleh masyarakat Indonesia.
TV tidak hanya sebagai media yang memberikan hiburan namun juga sebagai penyebar informasi dan pendidikan. Namun TV juga dapat berdampak negatif apabila pemirsa tidak bisa menyaring tayangan yang disiarkan setiap harinya. Seperti tayangan-tayangan yang berbau seks dan kekerasan.Â
Korbanya biasanya anak-anak yang masih labil (berubah-ubah). Mereka belum bisa memilah dan memilih tayangan mana yang cocok untuk perkembangan jiwanya. Sehingga disini peran orang tua sangat di perlukan dalam menemani anaknya saat menonton TV. Karena industri pertelevisian menghendaki agar pemirsa sendiri yang dapat mendiskusikan apa yang disajikan oleh TV.
Selain itu ada temuan studi yang disiarkan dalam Archives of Pediactric and Adolieschent Medicince, terbitan Maret, memberikan pujian pada orang tua yang tak mengizinkan anaknya untuk terlalu lama menonton TV karena dapat  mengakibatkan gangguan pada anaknya dalam bergaul dengan orang lain, kata pemimpin penulis study tersebut Dr Rose Richards dari University of Otago.Â
Dan juga Kami mendapati bahwa memandangi layar apa pun untuk waktu lama dapat merusak, dan menyarankan orang-tua agar berpegang pada batas waktu yang disarankan, yaitu kurang dari dua jam tindakan memandang layar setiap hari, katanya.
Studi Gaya Hidup Pemuda melibatkan 2.042 remaja Selandia Baru yang berusia 14 sampai 15 tahun. Semua remaja itu menyelesaikan pertanyaan rahasia mengenai kebiasaan mereka mengisi waktu luang, serta penilaian kasih sayang mereka pada orang-tua dan rekan sebaya mereka.
Para peneliti tersebut juga menilai jawaban wawancara dari 976 anggota Studi Dunedin yang berusia 15 tahun antara 1987 dan 1988.
Pada kedua studi itu, kami mendapati penggunaan tinggi televisi, atau bahkan penggunaan tinggi komputer, berkaitan dengan masalah hubungan, kata Rose. Ia menambahkan hubungan kuat dengan orang-tua dan teman penting bagi perkembangan kesehatan remaja memasuki masa dewasa.
Dengan langkah cepat evolusi teknologi yang berlandaskan layar, penelitian diperlukan untuk memantau dampak yang ditimbulkannya pada kesejahteraan sosial, psikologis dan fisik kaum muda, katanya. (surya online, 3 maret 2010)
Terlalu lamanya remaja menonton TV ini mungkin di sebabkan waktu mereka menonton TV dapat merasakan suatu kenyamanan dan bisa lebih rileks dari sebelum menonton TV. Karena mereka tidak membutuhkan konsentrasi saat menonton TV. Mereka  hanya bisa pasif saat menikmati tayangan TV. Otak pun dibiarkan tidak bekerja. Sehingga mereka betah berjam-jam duduk di depan layar TV.Â
Sebenarnya keadaan itu cuma sebentar saja saat menonton TV. Setelah mereka tidak menonton TV akan kembali seperti semula yaitu rasa kesepian. Â
Hal ini akan berbeda ketika mereka harus membaca tulisan. Mereka dituntut untuk aktif dan mencermati kata demi kata yang di baca. Agar dapat mengerti apa maksud dari tulisan tersebut.Â