Pada tahun 2018 provinsi Jawa timur akan mengadakan pemilihan langsung Gubernur dan wakil gubernur. Ada tiga kandidat yang akan maju dalam pilgub jatim nanti. Kandidatnya adalah Saifullah yusuf, Khofifah, dan Nayyala. Pendatang baru Nayyala dari partai nasionalis Gerindra akan meramaikan pilgub Jatim 2018.Â
Pertarungan kaum mayoritas yang diwakili oleh calon yang berasal dari NU. Dan kaum minoritas yang diwakili oleh calon nasionalis. Kita tidak bisa memprediksi calon dari NU akan menang mudah di pilgub jatim kali ini.Â
Hal ini tentu harus ada survey dari lembaga independent yang terpercaya. Survey itu dilakukan untuk mencari pemimpin dengan elektabilitas tertinggi. Yang sampelnya dipilih dari berbagai tingkatan masyarakat yang ada di Jawa timur. Sehingga hal ini bisa menjadi pertimbangan pemilih pada pilgub jatim sesungguhnya pada tahun 2018 nanti.
Dari ketiga kandidat yang akan maju. Mereka telah berpengalaman dibidangnya masing-masing. Saifullah dan Khofifah berpengalaman di bidang eksekutif (pemerintahan). Sementara Nayyala di sektor swasta yakni pengusaha. Nayyala pernah menjadi ketua Kadin (kamar dagang Indonesia) Jawa timur.
Saifullah yusuf selama dua periode mendampingi Gubernur Soekarwo untuk memimpin Jawa timur. Jabatannya akan habis pada tahun 2018 mendatang. Khofifah masih aktif menjabat sebagai Menteri sosial di kabinet Presiden Jokowi periode 2014-2019. Sementara Nayyala pernah menjadi ketua umum PSSI.
Kalau kita lihat dari partai yang mengusungnya. Khofifah dan Saifullah didukung oleh partai islam. Khofifah didukung oleh PPP dan Saifullah didukung oleh PKB. Sementara Nayyala didukung oleh partai nasionalis Gerindra.
Anshor Vs Muslimat, siapa yang diuntungkan?
Saifullah yusuf menjabat sebagai ketua Anshor. Anshor adalah organisasi pemuda NU. Sementara Khofifah menjabat sebagai ketua muslimat. Muslimat merupakan organisasi bagi kaum wanita NU. Kedua organisasi tersebut berada dibawah naungan organisasi masyarakat islam yakni Nahdlatul ulama (NU).
Dengan majunya kedua pemimpin NU maka dapat dipastikan suara kaum nahdliyin akan terpecah menjadi dua. Yaitu ke kubu yang mendukung Saifullah Yusuf dan kubu yang mendukung Khofifah. Hal ini tentu akan menguntungkan dari pihak Nayyala. Karena suara NU tidak bisa bersatu dalam satu dukungan cagub dan cawagub pada pilgub Jatim 2018.
Bagi pemilih nasionalis hanya ada satu pilihan yaitu Nayyala. Pemilih nasionalis biasannya tersebar di kota-kota besar. Pemilih non muslim kemungkinan akan menentukan pilihannya dari calon nasionalis.
Pengikut NU (Nahdliyin) tersebar di seluruh daerah Jatim
Jawa timur adalah basis masanya NU. Banyak pondok pesantren ( ponpes) tradisional dibawah naungan NU. Biasanya santri akan menentukan pilihannya dalam pemilu berdasarkan atas anjuran dari Kyai (pimpinan ponpes). Istilahnya bagi para santri adalah sami'na wato'na (dengarkan dan laksanakan).
Penulis pernah mendengarkan ceramah dari K.H.Abdul Ghofur dari pondok pesantren Sunan drajat Paciran Lamongan. Ceramah itu berasal dari rekaman pengajian beliau terhadap santri-santrinya. Pengajian itu berisi ceramah agama dan tanya jawab diakhir acara.
Dalam memilih pemimpin, beliau menganjurkan kepada santrinya untuk memilih pemimpin yang bisa membantu berjuang dalam operasional keberlangsungannya pondok.Â
Jangan melihat dari partai islam atau tidak. Yang terpenting pemimpin itu muslim dan ketika sudah menjadi pejabat bisa peduli dalam membantu keberlangsungan pembangunan pondok. Maka calon pemimpin yang seperti itu patut untuk dipertimbangkan dipilih saat pemilu. Tutur kyai Ghofur.
Bagi masyarakat NU tentu tidak boleh memandang buruk terhadap politik. Dengan berpolitik maka pemimpin bisa berasal dari umat Islam pada golongan NU. Dengan masuk ke partai politik adalah jalur resmi untuk bisa mendapatkan jabatan publik.Â
Ketika pemimpinya umat muslim dari golongannya pasti akan bisa memperhatikan pembangunan didaerahnya. Hal ini tentu akan lebih mudah dalam membangun  fasilitas publik bila pemimpinya berasal dari golongannya sendiri.Â
Sehingga dengan didirikannya fasilitas publik baru bisa dimanfaatkan oleh masyarakat luas. Sehingga hal ini bisa mensejahterahkan masyarakat Jawa timur pada umumnya dan warga nahdliyin pada khususnya.
Ormas NU mempunyai lembaga di berbagai Bidang
NU memiliki lembaga yang khusus untuk mengurusi sekolah pada jenjang dasar dan menengah. Lembaga pendidikan (LP) ma'arif  NU mengelola sekolah mulai dari jenjang madrasah ibtida'iyah (sd) hingga madrasah aliyah (sma). LP ma'arif NU bekerjasama dengan Kementrian agama dalam pengelolaan sekolah tersebut.
Pada jenjang perguruan tinggi, ada program pendirian Universitas di wilayah Jawa timur. Seperti : UNUSa (Surabaya), Unsuri, UNUsi (Sidoarjo), dan Unisma (Malang). Hal ini juga bertujuan untuk mengisi tenaga kerja diberbagai lembaga yang didirikan NU. Seperti tenaga dokter untuk RSI, tenaga jurnalis untuk media massa, dan tenaga guru untuk madrasah.
Selain itu, NU juga mendirikan pelayanan publik dibidang kesehatan. Seperti pendirian rumah sakit islam (RSI) Jemursari dan RSI Wonokromo di wilayah Surabaya. Dan ada juga rumah sakit islam (RSI) Unisma di Malang.
Dibidang keamanan, ada banser NU yang siap mengamankan berbagai acara-acara penting yang dilaksanakan oleh NU. Seperti : pengajian, shalawatan, dan haul untuk memperingati wafatnya Kyai yang akan hadiri oleh banyak massa.Â
Banser NU itu seperti petugas keamanan (tentara) yang telah disiapi dengan kemampuan untuk bela diri. Hal ini tentu bertujuan untuk bisa melindungi dirinya dari berbagai serangan musuh. Sehingga dengan kekuatannya, banser bisa mengamankan pada setiap acara yang diadakan oleh ormas NU.
Pada bidang komunikasi dan informasi, ormas NU memiliki media massa. Hal ini tentu bertujuan sebagai syi'ar dakwah islam bagi masyarakat. Dengan mementingkan fakta kejadian dilapangan dan memberikan bacaan yang bisa bermanfaat dan menginspirasi bagi pembaca.Â
Media cetak yang telah ada di Jawa timur adalah koran duta masyarakat dan majalah aula. Sementara untuk media elektronik ada TV 9 yang channelnya bisa disaksikan diarea jawa timur.Â
Media tersebut tentunya bernafaskan islam. Acaranya pun biasanya berupa pengajian-pengajian agama yang di isi oleh kyai dari ponpes-ponpes yang ada di Jawa timur.
Saya teringat nasihat dari dosen saya di UINSA Almarhum Saerozi. Beliau pernah menduduki jabatan penting di PWNU Jawa Timur. Pesan beliau adalah "Urusilah kehidupan orang lain maka Allah yang akan memudahkan segala urusanmu". Menurut beliau NU juga mengurusi kehidupan anak-anak yatim pada panti asuhan.
Pilihlah pemimpin yang amanat (dapat dipercaya), sidiq (jujur), tabligh (menyampaikan kebenaran), dan fathonah (pandai). Hal ini sesuai dengan sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi Muhammad SAW.Â
Sehingga dengan sifatnya tersebut, nantinya beliau bisa memimpin jawa timur menjadi lebih baik. Dan berbagai pelayanan publik di sektor pemerintahan atau swasta bisa memuaskan masyarakat Jawa timur. Amin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI