Borobudur
Batu tetaplah batu. Tak mungkin akan berubah jadi emas atau berlian. Jikalau ditawari untuk memilih batu atau emas, orang sudah pasti memilih emas, bukan batu. Kecuali ada pilihan batu berlian. Batu adalah batu, namun tergantung cara memahatnya. Candi Borobudur adalah onggokan batu yang ditumpuk sedemikian rupa sehingga memiliki nilai jual melebihi emas. ckckck…. It’s wonderful..Dari atas puncak Borobudur kita bisa melihat Merapi dari kejauhan. Lagi-lagi, wisata batu tetap saja tidak membosankan. Dari wisata batu karst alami Rammang-Rammang (Maros) sampai wisata batu buatan manusia semuanya punya keunikan sendiri sendiri. Ketika Gunung Merapi meletus candi ini tertutup abu hasil letusan Merapi. Sungguh suatu pekerjaan luar biasa membersihkan abu setebal 5 cm sampai lantai ke sepuluh candi. Proses pembersihan di awali dengan pembersihan kering (dry cleaning) kemudian di lanjutkan dengan pembersihan dengan air (wet cleaning). Lantai yang rusak dibongkar dan dibersihkan kembali dan kemudian diperbaiki. Paling enak ke borobudur sebelum pagi supaya bisa melihat sunrise atau di sore hari untuk melihat sunset. Cuaca di Borobudur pada siang hari sangat panas. Banyak penjual souvenir yang dilewati menuju jalan keluar candi. Semuanya serba seribu.. Murah bukaannn…
Prambanan – Ratu Boko
Candi Hindu tercantik didunia adalah Prambanan. Ada sembilan candi dalam kawasan candi Prambanan. Yang tidak kalah cantik adalah candi Ratu Boko. Di Prambanan disediakan paket tur ke Ratu Boko seharga Rp. 15.000 diluar tiket masuk Prambanan. Tempatnya sangat cocok buat foto pre-wedding..Waktu itu candinya sementara dalam perbaikan, sebagian ada yang dibongkar. Kalau siang hari cuaca di Ratu Boko dan Prambanan cukup panas. Jika tidak ingin kepanasan siapkanlah payung.
Alun – alun Kidul
Alun – alun Kidul tempat yang cocok buat nongkrong bersama teman, pacar atau keluarga di sore hari. Tempat ini cukup ramai didatangi pengunjung. Saya sangat penasaran dan ingin membuktikan kebenaran mitos dua pohon beringin yang berada di tengah-tengah alun-alun. Maka, saya pun mencoba menutup mata dengan kain hitam (scarf) dan berjalan melewati dua pohon beringin tersebut. Tiga kali saya mencobanya namun selalu gagal. Bukan hanya saya saja yang gagal. Pengunjung yang lain pun gagal melewati pohon beringin tersebut. Ada yang belok ke kiri ada pula yang belok ke kanan. Saya baru sadar, hal terbodoh yang pernah saya lakukan adalah mempercayai mitos tersebut begitu saja. Tanpa berjalan melewati dua pohon beringin tersebut dalam keadaan mata tertutup tetap saja nggak bisa lurus, pasti belok ke kanan atau kiri..Siall.. Yang lebih parah lagi mitos tersebut dijual sebagai wisata “tutup mata” bagi para pengunjung yang tidak ingin mati penasaran. Orang zaman sekarang sangat kreatif mencari penghasilan tambahan. Saking kreatifnya mitos pun bisa dijual. Kalo nggak mau menyewa kain penutup mata, cukup bawa saja dari rumah atau tutup mata saja sudah cukup.
Angkringan dan House of Raminten
Tempat nongkrong di Jogja sangat banyak dan variatif, dari yang termurah sampai yang termahal sekalipun. Konsepnya pun bermacam-macam. Mau duduk lesehan sambil menikmati udara persawahan atau duduk lesehan di pinggir jalan juga bisa. Menu makanannya pun murah meriah tidak menguras kantong. Penasaran rasanya ingin mencoba kopi Joss di Angkringan Tugu. Rasa penasaran saya tenggelam ketika teman saya berkata rasanya biasa saja, seperti rasa kebanyakan kopi lainnya. Lagian saya juga tidak terlalu suka dengan kopi, hanya sekali-kali minum tergantung mood. Makan di Angkringan layaknya makan di Fast Food Restaurant. Semuanya serba self-service. Beda lagi dengan House of Raminten. Saya ngajak teman saya untuk nyoba makan di House of Raminten waktu itu sehabis dari Alun-alun Kidul. In fact, it’s fully-booked. Busyett, buat makan saja harus pake ngantri. Padahal bukan malam minggu. Kalau malam tempat yang satu ini ramai sekali. Akhirnya hasrat ingin makan di Raminten harus ditunda esok harinya. Menu makanannya biasa saja, sama seperti di Angkringan namun yang unik adalah nama-nama menunya yang terkesan vulgar dan bentuk gelasnya yang unik pula. Dari gelas yang besar sampai gelas yang berbentuk seperti “milik” perempuan. Waitressnya memakai kemben dan suasana didalamnya pun cozy. House of Raminten adalah konsep Angkringan yang dibalut dengan nuansa modern.
Kampung Turis Sosrowijayan
Disinilah tempat saya menginap selama tiga hari di jogja. Kalau mau cari penginapan murah, di sinilah tempatnya. Penginapan di Sosrowijayan cocok buat backpacker. Karena dijuluki kampung turis, di sini tersedia cafe, warnet dan money changer. Komplit deh..Banyak turis asing lebih memilih nginap di sini karena murah. Di lorong pertama sebelum belok ke gang kedua terdapat cafe kecil yang kelihatan sederhana dari luar namun sangat nyaman dan asyik di dalam. Alunan musik jazz samar-samar terdengar dari balik jendela cafe. Harga penginapan di sini pun bervariasi, ada yang dibawah seratus ribu. Saya malah dapat harga 60 ribu semalam. Thanks buat travel guide manja yang rela berjalan kaki menyusuri lorong dan gang sempit dan berpanas – panas ria mencarikan saya penginapan..God Bless You..