Mohon tunggu...
Ervina Talalu
Ervina Talalu Mohon Tunggu... -

traveler, nature lover, teacher, blogger

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Izinkan Aku Selalu Pulang ke Kotamu

28 Juni 2012   13:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   03:27 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sebab hati bisa menampung lebih banyak untuk tak sekedar mengingat nama" (MK)

Daerah tujuan “ngegalau” saya kali yakni kota Jogjakarta. Kenapa Jogja? Karena kebetulan waktu itu lagi promo tiket murah dengan tujuan Jogjakarta. Independent traveler pemula seperti saya tidak salah memilih Jogja sebagai tempat pertama yang harus dikunjungi sebelum menjelajahi tempat-tempat menarik lainnya. Makanan murah, mau keliling kota hanya cukup mengeluarkan uang tiga ribu rupiah saja. Semuanya betul-betul murah.

Jangan pernah berharap lebih ketika anda menaiki pesawat murah meriah karena harga sangat menentukan mutu pelayanan. Ibaratnya naik pete-pete (angkot) yang dipasangi sayap, seperti itulah sensasi yang saya rasakan ketika naik pesawat yang selalu punya kebiasaan buruk, ingkar janji  (baca: delay). Biar murah asal dapat makanan meskipun rasanya tawar. Kalau sudah lapar perut bisa saja diajak kompromi. Minumnya pun bisa milih: teh, air putih atau kopi. Saya lebih memilih air putih. Air putihnya pun dibagi-bagi layaknya pembagian air zam-zam dari jamaah yang baru pulang naik haji.

Pertama kali menginjakkan kaki di Jogja serasa seperti menginjakkan kaki di kampung halaman sendiri. Saya kaget jam 9 malam waktu setempat jalanan sangat lengang layaknya jam 4 subuh. Di Makassar jam segitu jalanan masih saja macet sampai ke lorong-lorong dan gang sempit. Adapun yang keluyuran lewat jam 9 malam di Jogja pastilah mereka yang punya kendaraan pribadi ataupun pinjaman. Soalnya angkutan umum seperti Trans Jogja hanya beroperasi sampai jam 9 malam.. Hmmm…No wonder

Salah satu hal yang paling saya sukai dari kota ini yakni jalanannya, bebas macet. Tidak seperti kota-kota besar lainnya di Indonesia. Walaupun kota ini salah satu kota terbesar di Indonesia, namun hiruk pikuknya kota tidak nampak sama sekali..Rapi dan teratur. Terkesan santai namun serius. Saya pun menarik kesimpulan pribadi kalau para penduduk lokal mungkin malas keluar rumah sehingga jumlah kendaraan nggak terlalu banyak memenuhi jalanan. Kota yang bisa dibilang simple tapi berkelas, tidak glamor dan hedonis. Namun yang paling menjengkelkan adalah lampu merah, ada bahkan waiting time-nya lebih dari 1 menit. huffft.. It’s too long...

Banyak pilihan wisata bagi traveler, entah mau wisata kuliner, wisata pantai, wisata budaya, wisata buku atau wisata alam.. Semuanya komplit tinggal disesuaikan dengan budget. Karena modal saya terbatas dan ditambah lagi saya ditemani oleh travel guide (host) manja maka ada beberapa tempat yang belum saya kunjungi walaupun sebenarnya jaraknya sangat dekat dari penginapan tempat saya menginap..

Benteng Vrederburg

Tempat pertama yang saya kunjungi adalah Benteng Vrederburg, tidak jauh dari Malioboro. Museumnya dilengkapi dengan komputer touch screen layar lebar yang disediakan bagi para pengunjung yang menyediakan informasi  sejarah seperti sejarah gerakan pemuda Indonesia, Kongres pemuda dan perempuan Indonesia dan lain sebagainya. Lokasi museum ini sangat berdekatan dengan Taman Pintar. Setelah puas berkeliling di benteng Vrederburg, tidak ada salahnya mampir sebentar di Taman Pintar. Wahana bermain sekaligus belajar bagi anak-anak. Ada juga lapak bukunya loh..Kebanyakan buku yang dijual disini adalah buku bekas. Kalau mau nyari buku kuliahan atau buku komputer juga banyak di sini.

Parangtritis

Momen yang paling indah ketika berada di pantai yakni menyaksikan mentari yang perlahan melewati batas garis permukaan laut seolah olah tenggelam masuk kedalamnya. Pasir pantainya keren. Pasir yang terbawa arus pantai layaknya cermin yang bisa memantulkan warna langit dan matahari. Sungguh cantik sekali.. Tapi sayang mataharinya jatuh menyamping, tidak tepat berada di tengah. Tidak seperti senja di pantai Losari yang jatuh tepat di tengah-tengah.

Borobudur

Batu tetaplah batu. Tak mungkin akan berubah jadi emas atau berlian. Jikalau ditawari untuk memilih batu atau emas, orang sudah pasti memilih emas, bukan batu. Kecuali ada pilihan batu berlian. Batu adalah batu, namun tergantung cara memahatnya. Candi Borobudur adalah onggokan batu yang ditumpuk sedemikian rupa sehingga memiliki nilai jual melebihi emas. ckckck…. It’s wonderful..Dari atas puncak Borobudur kita bisa melihat Merapi dari kejauhan. Lagi-lagi, wisata batu tetap saja tidak membosankan. Dari wisata batu karst alami Rammang-Rammang (Maros) sampai wisata batu buatan manusia semuanya punya keunikan sendiri sendiri. Ketika Gunung Merapi meletus candi ini tertutup abu hasil letusan Merapi. Sungguh suatu pekerjaan luar biasa membersihkan abu setebal 5 cm sampai lantai ke sepuluh candi. Proses pembersihan di awali dengan pembersihan kering (dry cleaning) kemudian di lanjutkan dengan pembersihan dengan air (wet cleaning). Lantai yang rusak dibongkar dan dibersihkan kembali dan kemudian diperbaiki. Paling enak ke borobudur sebelum pagi supaya bisa melihat sunrise atau di sore hari untuk melihat sunset. Cuaca di Borobudur pada siang hari sangat panas. Banyak penjual souvenir yang dilewati menuju jalan keluar candi. Semuanya serba seribu.. Murah bukaannn…

Prambanan – Ratu Boko

Candi Hindu tercantik didunia adalah Prambanan. Ada sembilan candi dalam kawasan candi Prambanan. Yang tidak kalah cantik adalah candi Ratu Boko. Di Prambanan disediakan paket tur ke Ratu Boko seharga Rp. 15.000 diluar tiket masuk Prambanan. Tempatnya sangat cocok buat foto pre-wedding..Waktu itu candinya sementara dalam perbaikan, sebagian ada yang dibongkar. Kalau siang hari cuaca di Ratu Boko dan Prambanan cukup panas. Jika tidak ingin kepanasan siapkanlah payung.

Alun – alun Kidul

Alun – alun Kidul tempat yang cocok buat nongkrong bersama teman, pacar atau keluarga di sore hari. Tempat ini cukup ramai didatangi pengunjung. Saya sangat penasaran dan ingin membuktikan kebenaran mitos dua pohon beringin yang berada di tengah-tengah alun-alun. Maka, saya pun mencoba menutup mata dengan kain hitam (scarf) dan berjalan melewati dua pohon beringin tersebut. Tiga kali saya mencobanya namun selalu gagal. Bukan hanya saya saja yang gagal. Pengunjung yang lain pun gagal melewati pohon beringin tersebut. Ada yang belok ke kiri ada pula yang belok ke kanan. Saya baru sadar, hal terbodoh yang pernah saya lakukan adalah mempercayai mitos tersebut begitu saja. Tanpa berjalan melewati dua pohon beringin tersebut dalam keadaan mata tertutup tetap saja nggak bisa lurus, pasti belok ke kanan atau kiri..Siall.. Yang lebih parah lagi mitos tersebut dijual sebagai wisata “tutup mata” bagi para pengunjung yang tidak ingin mati penasaran. Orang zaman sekarang sangat kreatif mencari penghasilan tambahan. Saking kreatifnya mitos pun bisa dijual. Kalo nggak mau menyewa kain penutup mata, cukup bawa  saja dari rumah atau tutup mata saja sudah cukup.

Angkringan dan House of Raminten

Tempat nongkrong di Jogja sangat banyak dan variatif, dari yang termurah sampai yang termahal sekalipun. Konsepnya pun bermacam-macam. Mau duduk lesehan sambil menikmati udara persawahan atau duduk lesehan di pinggir jalan juga bisa. Menu makanannya pun murah meriah tidak menguras kantong. Penasaran rasanya ingin mencoba kopi Joss di Angkringan Tugu. Rasa penasaran saya tenggelam ketika teman saya berkata rasanya biasa saja, seperti rasa kebanyakan kopi lainnya. Lagian saya juga tidak terlalu suka dengan kopi, hanya sekali-kali minum tergantung mood. Makan di Angkringan layaknya makan di Fast Food Restaurant. Semuanya serba self-service. Beda lagi dengan House of Raminten. Saya ngajak teman saya untuk nyoba makan di House of Raminten waktu itu sehabis dari Alun-alun Kidul. In fact, it’s fully-booked. Busyett, buat makan saja harus pake ngantri. Padahal bukan malam minggu. Kalau malam tempat yang satu ini ramai sekali. Akhirnya hasrat ingin makan di Raminten harus ditunda esok harinya. Menu makanannya biasa saja, sama seperti di Angkringan namun yang unik adalah nama-nama menunya yang terkesan vulgar dan bentuk gelasnya yang unik pula. Dari gelas yang besar sampai gelas yang berbentuk seperti “milik” perempuan. Waitressnya memakai kemben dan suasana didalamnya pun cozy. House of Raminten adalah konsep Angkringan yang dibalut dengan nuansa modern.

Kampung Turis Sosrowijayan

Disinilah tempat saya menginap selama tiga hari di jogja. Kalau mau cari penginapan murah, di sinilah tempatnya. Penginapan di Sosrowijayan cocok buat backpacker. Karena dijuluki kampung turis, di sini tersedia cafe, warnet dan money changer. Komplit deh..Banyak turis asing lebih memilih nginap di sini karena murah. Di lorong pertama sebelum belok ke gang kedua terdapat cafe kecil yang kelihatan sederhana dari luar namun sangat nyaman dan asyik di dalam. Alunan musik jazz samar-samar terdengar dari balik jendela cafe. Harga penginapan di sini pun bervariasi, ada yang dibawah seratus ribu. Saya malah dapat harga 60 ribu semalam. Thanks buat travel guide manja yang rela berjalan kaki menyusuri lorong dan gang sempit dan berpanas – panas ria mencarikan saya penginapan..God Bless You..

:-)
:-)
.

Malioboro Jalan Kenangan

Once you come back, you’ll miss it

Buat para shopaholic, Malioboro adalah tempat yang cocok untuk menghamburkan uang. Banyak souvenir dan barang kerajinan tradisional di jual disini  dengan harga murah. Yang penting pintar menawar, lebih bagus lagi kalau pintar berbahasa Jawa bisa dapat setengah harga. Karena saya bukan penggila belanja, window shopping sudah cukup..

Hmmm…rasanya tiga hari di Jogja tidak cukup. Ada banyak sudut, tempat dan bahkan orang-orang yang memberikan saya rumah dalam berbagai bentuk. Membuat saya merasa tak asing di tempat terasing sekalipun. Banyak kenangan yang bisa dijadikan bingkai yang kemudian di pajang dalam kepala, entah di gambar ataupun ditulis secara rapat. Seperti kaki yang selalu ingin meninggalkan jejak di tanah tempatnya berpijak. Jogja, membuatku selalu ingin pulang lagi…..

(Tulisan ini ada dalam blog saya: nou22femme.wordpress.com)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun