Mohon tunggu...
Ashwin Pulungan
Ashwin Pulungan Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Semoga negara Indonesia tetap dalam format NKRI menjadi negara makmur, adil dan rakyatnya sejahtera selaras dengan misi dan visi UUD 1945. Pendidikan dasar sampai tinggi yang berkualitas bagi semua warga negara menjadi tanggungan negara. Tidak ada dikhotomi antara anak miskin dan anak orang kaya semua warga negara Indonesia berkesempatan yang sama untuk berbakti kepada Bangsa dan Negara. Janganlah dijadikan alasan atas ketidakmampuan memberantas korupsi sektor pendidikan dikorbankan menjadi tak terjangkau oleh mayoritas rakyat, kedepan perlu se-banyak2nya tenaga ahli setingkat sarjana dan para sarjana ini bisa dan mampu mendapat peluang sebesarnya untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang produktif dan bisa eksport. Email : ashwinplgnbd@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jaga Konsistensi Kebaikan dan Kebersihan Kata "Berjama'ah"

28 Januari 2021   13:31 Diperbarui: 28 Januari 2021   13:47 266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata "jama'ah" diambil dari kata al-ijtima' yang memiliki arti "kumpul, bertemu, bergabung, bersatu, interaksi antar masyarakat". Oleh karena itu, jama'ah dapat diartikan sebagai sejumlah orang yang berkumpul, dikumpulkan oleh satu tujuan yang keseluruhannya berniat ibadah sangat POSITIF. Sebuah perkumpulan yang tidak memiliki tujuan positif tertentu tidak bisa disebut dengan jama'ah. Dapat diartikan jika Berjama'ah didalam masjid sebagai pelaksanaan ibadah secara bersama-sama yang dipimpin oleh seorang imam.

Jika sekelompok orang berbuat tujuan tertentu secara negatif, tidak bisa dan tidak pantas disebut dengan "Berjamaah". Makanya jika ada tulisan tertentu yang memaksakan kata "Berjama'ah" menggandengkannya dengan kata Korupsi seperti "Korupsi Berjama'ah" adalah tidak tepat dan mengandung suatu rencana tujuan berjangka panjang pendegradasiian makna untuk merusak nilai makna dari kata al-ijtima' atau jamaah itu sendiri.

Kata berjama'ah selalu bergandengan dengan "Sholat Berjama'ah", "Pengajian Berjama'ah", "Kajian Islam Berjama'ah", Ibadah haji berjama'ah dan lain sebagainya. Jadi kata Berjama'ah selalu selama ini bergandengan dengan tujuan dan ibadah yang sangat positif sifatnya. Tidak pernah didalam Islam kata berjama'ah dipaksakan kepada hal hal yang bersifat negatif. Selalu kata berjama'ah didalam agama Islam dalam tujuan nawaitu yang POSITIF.

Rasulullah SAW sangat menganjurkan kepada para umatnya untuk selalu menjalin persatuan dan kesatuan dalam wujud berjama'ah. Keberkahan sebuah tujuan positif terletak di dalam suasana berjama'ahnya (al-barakat fi al-).

Dalam Al-Qur'an dan Al Hadis sangat menekankan tujuan kerja yang kolektif (Berjama'ah). Banyak sekali ayat dalam Al-Qur'an menekankan betapa pentingnya persatuan dan kesatuan dan melarang kita untuk bercerai-berai, antara lain diantaranya : "Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya." (Q.S. Ali 'Imran 3:103).

Dalam ayat selanjutnya dinyatakan secara tegaskan lagi : "Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". (Q.S. Ali 'Imran 3:105).

Shalat berjama'ah sesungguhnya adalah merupakan upaya ibadah ritual bagi orang orang yang ingin mencapai kesuksesan dunia dan akhirat dalam kehidupannya. Perhatikan struktur atau sistem Sholat bejamaah, dalam sholat berjama'ah ada seorang imam yang berwibawa dan baik bacaannya untuk memimpin shalat. Di belakangnya ada sejumlah makmum atau rakyat yang santun tetapi tetap kritis. Antara imam dan makmum diatur oleh sebuah aturan dalam bentuk tata sistem yang disebut konsep keimaman (imamah). Keseluruhan shalat berjama'ah berorientasi kepada suatu tujuan yang sama yaitu hanya untuk ibadah kepada Allah SWT.

Sebagai gambaran nyata sebuah Ilustrasi kekuatan berjama'ah dijelaskan dalam hadis bahwa perbandingan antara shalat sendiri-sendiri dengan shalat berjama'ah adalah 1:27. Artinya 27 kali pahala lebih utama shalat itu manakala dilaksanakan secara berjama'ah dengan shalat sendiri-sendiri hanya mendapatkan satu (1) pahala.

Selanjutnya didalam hadis Nabi juga diungkapkan bahwa doa yang dipanjatkan secara berjama'ah lebih kuat daripada doa sendiri-sendiri. Bukan hanya dalam soal ibadah saja tetapi juga amalan-amalan sosial dianjurkan dilaksanakan dengan bejama'ah, seperti makan berjama'ah, kerja bakti berjama'ah, dan lain sebagainya.

Sebagai analogi, sejarah yang pernah terjadi, kita selalu menemukan ketakjuban pada setiap suasana kejama'ahan. Suatu ketika Rasulullah SAW. ketika ikut serta menggali parit (Khandaq) sebagai benteng di Madinah, Rasulullah SAW diundang seorang diri oleh seorang sahabat untuk makan siang di rumahnya. Alangkah kagetnya sang Istri dari sahabat itu, ketika Rasulullah juga mengundang sahabat-sahabatnya yang lain untuk ikut makan. Rasulullah menyampaikan kepada sang Istri sahabat untuk tidak perlu khawatir tidak cukup makanannya. Nabi mengambil alih belanga lalu dibagi-bagikan makanan itu kepada semua sahabat. Setelah semua sahabat sudah kenyang, tetapi masih saja tersisa sebagian makan di dalam belanga. Ini adalah sebuah ketakjuban di dalam tujuan positif berjama'ah.

Bersinergi atau Berkolaborasi, Berkoperasi adalah kesamaan yang mendekati dari kata berjama'ah. Ketika kita bisa melakukan sesuatu secara bersama sama dalam satu tujuan baik dan positif maka itu adalah identik dengan berjama'ah.

Analogi lainnya, dari sebuah unsur zat kimia umpamanya jika dijama'ahkan dengan beberapa zat lainnya akan memunculkan zat baru yang lebih kuat dan lebih tangguh. Umpamanya beberapa individu zat logam digabung dengan beraneka zat logam lainnya dan ditambah zat kimia additive lainnya dalam perbandingan komposisi tertentu, akan mewujudkan zat logam yang lebih tangguh dan kuat dan berdaya guna sangat luas seperti salah satu wujud logam dari Magnet Neodymium misalnya. Ada banyak contoh kejama'ahan/sinergi berbagai reaksi kimia dari beberapa unsur zat menjadi zat baru yang sangat bermanfaat.

Kemerdekaan Indonesia tidak akan mungkin terwujud jika dahulu para pejuang kemerdekaan Indonesia tidak diawali dengan kebersamaan dan kejama'ahan perjuangan untuk merdeka dari penjajahan Belanda. Pada saat masa kemerdekaan suasana kejama'ahan adalah sangat kental dari semua daerah Indonesia merasakan kesamaan penderitaan dalam keterjajahan dari pihak Belanda.

Sebuah proyek besar infrastruktur Negara akan sangat lama bisa terwujud jika tidak dilakukan pembangunannya secara berjama'ah SDM dalam sebuah manajemen pembangunan misalnya.

Berjama'ah adalah selalu dikonotasikan dengan hal tujuan yang sangat positif dan bukan dalam tujuan yang negatif. Makanya jika ada pihak tertentu yang masih saja menulis atau mengatakan kalimat dengan : "Indonesia dirampok secara Berjama'ah" adalah sangat salah seharusnya kalimat itu adalah : "Indonesia dirampok secara Beramai ramai dari pihak tertentu" atau "Indonesia dirampok secara Bersama sama", "Indonesia dirampok secara Berkonspirasi".

Pada periode adanya upaya Islamophobia yang dikonspirasikan di Indonesia, segala cara mereka lakukan untuk mendegradasi nilai nilai Islam. Umpamanya sebutan hari Ahad diganti dengan sebutan Minggu, Sepekan (KBBI) diganti dengan Seminggu yang sesungguhnya tidak ada didalam perbendaharaan kata dalam bahasa Indonesia, kata imbuh "Berjama'ah" selalu diupayakan digabungkan dengan kata yang berkonotasi negatif. Sehingga semua istilah Islam bisa menjadi buruk dan dipaksa-negatifkan dibenak publik.

Janganlah rusak dan cederai kata imbuh Berjama'ah dengan predikat kata yang negatif dan jahat yang tidak pantas digabung dengan kata imbuh "Berjama'ah". Jika masih ada pihak atau individu yang masih memaksakan untuk menuliskan kata imbuh "Berjama'ah" dengan kata lainnya yang sangat negatif, maka individu atau kelompok itu memang ingin bertujuan jahat untuk merusak citra baik dari kata imbuh "Berjama'ah" itu. Marilah kita semua mampu menempatkan serta menjaga paduan kata dalam bahasa Indonesia sehingga tidak merusak makna kata yang selama ini positif  dipaksakan menjadi negatif. (Ashwin Pulungan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun