Tadinya saya menuliskan sebuah penilaian positif serta simpatik berupa untaian kalimat dalam bentuk tulisan di Kompasiana ini kepada Sdr. Muhammad Zainul Majdi atau dikenal dengan TGB (Tuan Guru Bajang), bajang berarti muda atau Tuang Guru Muda di Nusa Tenggara Barat (NTB) dasar saya menuliskan tersebut, karena beliau cukup sukses didalam memimpin Propinsi NTB. Penghafal Al Qur'an ini, memiliki berbagai prestasi pendidikan tinggi dan meraih gelar Doktor dengan predikat Summa Cumlaud.
Menurut pendapat penulis saat itu, TGB adalah calon WaPres yang tidak bisa disanggah dan tidak bisa dicela serta bisa merupakan pasangan yang paling dominan tangguh dan sangat ideal sebagai harapan utama seluruh rakyat Indonesia untuk mengisi momentum terpenting Pilpres 2019 mendatang karena masing masing telah lama memiliki karakter ketangguhan kepribadian dan keberanian yang santun serta sudah sangat teruji dilapangan.
Judul yang penulis sampaikan di Kompasiana ketika itu "Wacana Baru Gatot-TGB Merupakan Calon Serasi dan Terkuat Pilpres 2019"tulisan tersebut mendapatkan penilaian "Pilihan" dari admin ketika itu dan dibaca sebanyak 850-an pembaca.
Pada saat penulis menilai positif kepada TGB, karena penulis menilai TGB sebagai orang muda yang berwawasan Nasionalime, berprinsip yang pendapatnya kokoh serta Agamanya yang kuat serta luas dan TGB masih berada didalam posisi Netral yang tidak terlihat keberpihakannya kepada salah satu Capres 2019. Pernyataan sikap TGB yang banyak disesalkan orang diberbagai kalangan  adalah : "Mendukung kelanjutan tokoh tertentu di 2019 karena beberapa dasar untuk mempertimbangkan kemaslahatan bagi bangsa, umat, dan akal sehat. Menurut saya (TGB), pantas, layak dan fair kalau kita beri kesempatan kepada Bapak Presiden sekarang untuk 2 periode". Sedangkan diluar, banyak yang mengumandangkan #2019GantiPresiden . Ucapan ini disampaikan TGB satu hari setelah Wagub NTB Muhammad Amin diperiksa oleh KPK (3 Juli 2018).
Maknanya ada dua maksud TGB yaitu : Mungkin TGB ingin menyelamatkan dirinya dari pengungkapan KPK terhadap kasus Divestasi saham PT.Newmon dan kedua dirinya menyatakan siap menjadi Wapres petahana di Pilpres 2019 mendatang.
Setelah TGB memberi pernyataan dukungannya kepada salah seorang Capres 2019, sangat banyak masyarakat yang mencela serta menarik kembali rasa simpati mereka kepada TGB, karena sangat bertentangan dengan sikap TGB selama ini yang getol mengkritisi kebijakan pemerintah sekarang sehingga banyak pihak yang menuduh TGB adalah orang yang berkarakter tidak istiqomah (tidak konsisten). Termasuk penulis juga sangat kecewa dengan sikap TGB seperti itu, apalagi dukungan TGB kepada salah seorang Capres 2019 ada korelasinya dengan pembongkaran manipulasi keuangan di Pemda Nusa Tenggara Barat (NTB) yang dikategorikan kuat sebagai kasus Korupsi.
Pada tanggal  3 Juli 2018 yang baru lalu, pihak KPK telah memeriksa Wakil Gubernur NTB Muhammad Amin, malah pada besoknya tanggal 4 Juli 2018 Muhammad Zainul Majdi atau dikenal dengan TGB (Tuan Guru Bajang) membuat pernyataan inkonsistensi untuk dukungan kepada salah seorang Capres 2019. Ada apa dengan tanggal yang sangat beruntun ini beda jam di pusaran Pemda NTB ? Adakah hubungannya dengan permasalahan kasus Divestasi Saham yang berkait dengan PT.Newmont yaitu saham milik Pemda (6%) dijual kepada PT.Medco.
Saham 6% yang awalnya sebagai milik Pemda NTB senilai Rp. 2,1 T, peruntukan serta tujuan penjualannya sangat tidak jelas dan bahkan disinyalir kuat nilai penjualan itu tidak masuk kedalam kas Pemda NTB. Inilah yang menjadi permasalahan sehingga KPK bisa mengendus kasus ini tentu dari laporan masyarakat.
Sangat disayangkan, ternyata TGB tersandera dengan kasus divestasi saham milik Pemda NTB senilai Rp.2,1 T, membuat TGB mau tidak mau harus menyatakan dukungannya yang inkonsistensi (menjilat kembali ludahnya sendiri) hanya untuk melindungi diri dari kehendak pembongkaran KPK. Dengan kata lain, apakah juga KPK sudah menjadi alatnya Kekuasaan sehingga bisa menekan para tokoh untuk menjadi ketakutan dan berani inkonsistensi dengan pendapatnya selama ini ?
Pada sisi lain, apakah dengan takluknya TGB dengan pernyataan inkonsistensi itu (pernyataan tidak istiqomah) adalah bentuk pengakuan secara tidak disadari dari TGB sendiri bahwa dirinya terlibat didalam kasus divestasi saham 6% Pemda NTB yang dijual kepada PT.Medco ?
Hikmah yang bisa dipetik dari kejadian inkonsistensinya TGB ini, adalah kita ummat Islam menyaksikan sendiri siapa yang istiqomah dan tidak. Kemudian rakyat Indonesia menjadi mengerti bahwa telah ada seleksi alamiyah dari beberapa tokoh pemimpin Nasional menuju Pilpres 2019 sehingga rakyat Indonesia terhindar dari karakter pemimpin kucing dalam karung (kucing garongkah atau kucing setia).