Lahan Perkebunan Karet dan Sawit Sumatra Utara, juga dikuasai asing. "Ada penguasaan asing secara terang-terangan dengan mengganti nama dan manajemen dan ada yang dilakukan secara terselubung. Yang pasti jumlah penguasaan asing atas lahan perkebunan di Sumut seperti daerah lainnya di Indonesia tren menguat," kata Sekretaris Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) Sumut.
Karena tidak semua penguasaan asing dilakukan secara transparan, kata dia, maka tidak juga bisa dipastikan luasan kebun seperti kebun sawit yang dikuasai asing, tetapi ada parkiraan sudah di atas 50%. Total luas kebun sawit di Sumut sekitar 1,2 juta hektare.
Industri penjaminan risiko di bidang perkapalan, selama ini masih dikuasai lembaga-lembaga penjamin asing. Ada jutaan dolar AS iuran atau premi yang dibayarkan kepada Protection & Indemnity (P&I) Club di luar negeri. "Ini merupakan pelarian modal (capital flight). Devisa Indonesia yang menjadi loss protection karena harus dikeluarkan para pemilik kapal berbendera Indonesia. Ironisnya, keuntungan yang dimiliki P&I di luar negeri tidak dapat dinikmati oleh pemilik kapal di Indonesia. Ada 21 perusahaan dengan 400 unit kapal di Indonesia yang kini menjadi anggota Protection & Indemnity (P&I) Club.
Dunia penerbangan dan Telekomunikasi di Tanah Air dikuasai asing, ada pengumuman bahwa maskapai AirAsia adalah perusahaan asal Malaysia sudah mengakusisi 100 persen saham Batavia Air. Tentu saja ini menjadi peringatan dini bahwa langit nusantara yaitu penerbangan Nasional sudah dikuasai asing, seperti halnya industri telekomunikasi yang mayoritas juga sudah terbeli oleh pengusaha asing. Makanya kalau kita pakai pulsa untuk berkomunkasi di Indonesia, kita harus bayar kepada asing.
Pasar Dalam Negeri dikuasai Asing sebesar 80 % s/d 92 %, Bagaimana sekarang sadarkah kita pasar tekstil 80 persen, pasar farmasi 80 persen dan 92 persen industri teknologi telah dikuasai oleh asing. Aqua (74% sahamnya dikuasai Danone asal Perancis) atau minum teh Sariwangi (100% sahamnya milik Unilever Inggris), minum susu produk Sari Husada (82% sahamnya dikuasai Numico Belanda) atau bahkan susu Nestle (100% Australia). Mau belanja ke supermarket Carrefour milik Perancis, ke Alfa pun sudah menjadi milik Carrefour dengan penguasaan saham 75% (Sekarang menjadi kepemilikan saham ali-baba Group Chairul Tanjumg 100% katanya), atau ke Giant hypermart milik Dairy Farm Internasional Malaysia yang juga pemilik saham supermarket Hero, atau malam-malam mencari cemilan ke Circle K yang merupakan waralaba asal Amerika Serikat. Mau menabung atau mengambil uang di bank swasta nasional (BCA, Danamon, BII, Bank Niaga) dan bank swasta lainnya yang hampir semuanya milik asing sekalipun masih tetap melekat nama bank swasta nasional dibelakangnya. Bangun rumah memakai semen Tiga Roda bikinan Indocement (61,70% milik Heidelberg Jerman), atau pakai semen Gresik yang sudah menjadi milik Cemex Mexico. Begitu juga semen Cibinong setali tiga uang 77,37% sahamnya dimiliki Holchim Swiss. (Swa, Juli 2006)
Tugas kita kedepan adalah bagaimana "Membeli kembali Indonesia dari Penguasaan Asing". Tentu kita harus menghadirkan suatu Pemerintahan Indonesia yang bersih dan merakyat serta Pemimpin yang bukan sebagai kacungnya Asing, akan tetapi Pemimpin yang memiliki integritas serta nasionalisme Indonesia yang tinggi agar kedaulatan Indonesia secara utuh bisa direbut kembali. Oleh karena itu memperbanyak-sebanyaknya anak didik Indonesia bisa mengikuti pendidikan tinggi dan bisa menyelesaikannya menjadi perioritas utama yang mendesak dengan cara biaya pendidikan tinggi segera ditanggung oleh negara. (Ashwin Pulungan)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H