Produksi DOC saat ini sejumlah 35 juta s/d 40 juta ekor/pekan jumlah inilah yang membuat posisi harga unggas panen tidak sesuai dengan biaya produksi dikandang peternak rakyat. Harga ayam panen dikandang saat ini ditentukan mutlak oleh para perusahaan PMA yang menguasai ± 80% pangsa pasar Nasional (leader price).
Apabila harga BBM naik menjadi Rp. 6.000,-/Liter, maka harga daging unggas dan telur di konsumen pasti naik harganya pada kenaikan kisaran ± 20% s/d 30%. Hal ini terjadi karena naiknya biaya transportasi serta naiknya harga bahan baku ternak unggas. Agar penawaran dan permintaan daging unggas berada pada posisi seimbang dari dampak daya beli konsumen semakin melemah maka produksi DOC akan dikurangi menjadi hanya 25 juta s/d 28 juta ekor/pekannya. Dampak semua kenaikan biaya hidup yang semakin tinggi pada masyarakat mengakibatkan asupan gizi protein terjangkau pada masyarakat menjadi sangat berkurang.
Adanya beberapa penggalakan program intensifikasi penanaman jagung yang akan dilaksanakan oleh para produsen makanan ternak di dalam negeri, tidak akan menurunkan harga pakan unggas kedepan. Hal penanaman jagung ini dilakukan para perusahaan PMA karena naiknya harga biji-bijian Internasional salah satunya jagung dari luar negeri sebagai dampak perubahan iklim dunia yang ekstrim saat ini. (Ashwin Pulungan - PPUI)
Salam Ketahanan Pangan Untuk Mempertahankan Kemampuan Swasembada Budidaya Hanya dari Dalam Negeri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H