Mohon tunggu...
Dudy Subagdja
Dudy Subagdja Mohon Tunggu... -

"satu detik,satu menit sangat menentukan"

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Aku dan Sepedaku Menuju Rahong Pangalengan

19 Juni 2015   15:08 Diperbarui: 13 Juli 2015   11:20 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

 

  www.thrillbicycle.com

Matahari masih malu-malu untuk menampakan dirinya, pagi pukul 6.30 kami berkumpul di satu titik, Toko Roti Farel Buah batu bandung menjadi tikumnya para goweser Gotik (Gowes_Cantik)

Setelah sembahyang subuh saya dan istri bergegas menyiapkan segala perlengkapan dan perbekalan untuk bersepeda hari ini, tujuannya Pangalengan Bandung. Rencananya Gotik akan dijamu oleh tuan rumah PAB  Adventure Cycling Community.

 

Situ Cileunca Pangalengan Bandung

 

PAB Adventure Cycling Community yang digawangi oleh Atep Dado ini terkenal dengan sepeda gunungnya atau DH. Sebagian besar komunitas disana memang menunggangi dan menggandrungi sepeda extreme itu, apalagi sebagian counture track dan jalur disana 99% memang merupakan jalur bukit, jalur bebatuan, dan tanah. Kegandrungan bersepeda gunung ini kini semakin trend dikalangan anak-anak muda, paruh baya bahkan wanita sekalipun senang menggunakan sepeda yang satu ini.

perjalanan berhotmik dengan tanjakan landai, cukup menguras keringat kami, seni bersepeda, kebersamaan adalah segalanya, kami menikmatinya

 

 

 

 

Track singgle Rahong, dengan kedalaman jurang yang luar biasa, kami cukup berhati-hati apalagi jalan disana cukup licin karena hujan dan tanah yang licin

 

Ada alasan mengapa saya memilih untuk bermain sepeda kesana, Panorama dan udaranya yang sejuk menjadi gaya tarik para goweser, memang pangalengan adalah tempat Wisata lokal yang belum tersentuh pemerintah daerah, sayang memang…padahal daerah tersebut banyak menyimpan sejarah, sebut saja Bosscha.

 

Pukul 6.30 Teng! Kami langsung gowes, meski hanya 7 orang tapi kami tetap semangat menuju Pangalengan, menyusur jalan beraspal menuju bojong Soang lalu memasuki Bale Endah, kemudian mengaspal ke jalan Raya Banjaran.

Sampai di Cimaung, tepatnya di perempatan jalan simpang yang menuju Gunung Puntang kami beristirahat disebuah mini market Indomart sambil menunggu Goweser PAB Adventure yang akan menjemput kedatangan kami.

PAB comunity menanti kami setelah 3 jam lebih menanjak menatapaki jalan mulus beraspal, mereka dikenal ramah dan selalu welcome menerima goweser-goweser yang akan menjajaki track di Pangalengan sana

 

10 Menit kami istirahat, Goweser PAB datang dengan 4 orang, kemudian setelah selfie bersama kami melanjutkan perjalanan, menyusur aspal membelah cuaca yang kian panas. Keringat bercucuran, tapi hentakan kaki kami terus berpacu, roda-roda yang bergerigi terus berputar, gemerincing suara Gear berpindah beban jalan kian menanjak, meski landai tapi cukup membuat otot dan betis kami kerja extra keras.

 

Kelokan demi kelokan, jalan terus menanjak, kami terus fokus untuk melewati tantangan demi tantangan, perjalanan itu semakin menggairahkan, sesekali disela-sela View yang menarik, kami menyempatkan berphoto, kadang bersenda gurau, cukup untuk mengusir rasa jenuh.

view Rahong, membuat goweser dimanjakan, tidak perlu melihat track, yang penting kami happy

 

SUHE menggawangi kelompok Gotik saat itu, Hal yang lumrah untuk komunitas sepeda memang dari berbagai kommunitas Gowes, kami tidak pernah memilah-milah dari mana mereka berbendera, yang penting keakraban, kebersamaan dan Happy tentunya.

 

Sampai pangalengan tiba pukul 9.20, di sana kami disambut oleh Cycling PAB Adventure, lalu ber photo bersama selang beberapa menit kami melanjutkan perjalanan Menuju Situ Cileunca.  Lalu kami mencari tempat lokasi, sengaja kami memilih lapang yang menghadap ke Situ Cileunca, karena selain viewnya bagus, nyaman untuk beraktifitas. untuk memasak bersama,dalam bahasa sunda bisa disebut “Ngaliwet”.

Suasana keakraban begitu kental, masing-masing bergotong royong untuk ngaliwet, ada yang membuat bumbu, menggoreng, bahkan mempersiapkan hal lainnya.

 

 

 

 

 

Kebersamaan itu indah, saatnya kami makan bersama, dengan daun pisang yang terhampar memanjang, nasi liwet yang mereka buat diletakkan diatas daun, kemudian cumi asin dan ikan peda yang sudah digoreng dengan cabai dan sedikit kuahnya disiram merata, bukan main…rasanya makyus!.

Ditengah lapar yang mendera, kami asyik makan berjamaah. Hembusan angin perlahan-lahan mempermainkan daun disisi danau. Riakan ombak kecil berarak mengikuti muara, riakannya saling mengejar berjajar, ah…tentu ini kan menjadi cerita menarik untuk dikenang.

 

Selepas waktu Dzuhur, kami memutuskan untuk berexplorasi menjajal single track Rahong. Menurut Goweser PAB Adventure, Rahong sangat indah untuk dinikmati, apalagi sambil bersepeda dan tidak sedikit para pelancong lokal yang berkemah disana.

 

 

 

 

 

Semua sepakat untuk Menuju Rahong. Setelah sampai disuatu Jembatan, kami menuruni jalan setapak, seperti biasa kami mengambil moment untuk ber photo, sayang karena view disana sangat menakjubkan.

Kami menyusuri sisi sungai yang biasa dipakai untuk Rafting. Gemericik air yang mengalir menambah suasana alam disana begitu asri. Pohon-pohon pinus berjajar kokoh, rerimbunan semak dan angin yang berhembus menambah kekuatan alam yang tidak bisa digantikan oleh ciptaan manusia. “Suhanallah…..maha besar engkau ya ALLAH”.

 

Perjalanan memasuki single track kami lanjutkan, kehati-hatian sangat diperlukan, apalagi kalau kita belum terbiasa dengan jalan hutan seperti ini, salah-salah tergelincir atau jatuh ke bawah jurang yang curam.

Dengan nekat tingkat wahid saya memaksakan memakai sepeda Road Bike, dapat dibayangkan bagaimana tingkat kesulitan yang didapat, berjibaku, kadang saya mengangkat sepeda itu, seperti memanggul satu karung beras.

Medannya memang cukup berat dan menantang, bagi saya ini pengalaman yang sangat luar biasa kecepatan sepeda saya memang tidak selincah seperti sepeda gunung lainnya, harap maklum,hehehe…kenapa juga masih nekat membawa sepeda Road Bike untuk blusukan?.

 

Saya berdecak kagum sungguh luar biasa hutan ini…… setelah melewati hutan,dan jembatan, lalu kami melintasi tempat perkemahan, dilanjutkan dengan jalan berbatu, Ufsss…lagi-lagi saya memaksakan sepeda dengan ban ramping ini untuk di gowes hahaha.

 

 

200 mtr kemudian, jalan single track menuju tebing yang sangat curam, saya berhati-hati disini, apalagi hujan mulai turun, beberapa kali saya tergelincir, karena fisik ban ramping ini tidak sesuai dengan medan.

Didepan saya jauh memandang, terlihat sisa-sisa bangunan irigasi peninggalan zaman Belanda, meski sudah tidak terpakai, tapi masih kokoh berdiri, bukan main…..

Sepanjang jalan saya dan istri saya berdecak kagum melihat peninggalan bagunan irigasi Belanda itu. Apapun yang mereka lakukan untuk negeri ini, tidak mungkin bertujuan buruk, lalu akankah kita mengerti fungsi dari bangunan irigasi itu? Kenapa dibiarkan terbengkalai? Konon, irigasi tersebut diperuntukan bagi pembangkit tenaga listrik, yang mengairi pipa-pipa sampai kepada PLTA Lumajang hingga sekarang.

meski hujan deras kami tetap semangat menuju jalan pulang, banyak cerita dan pengalaman yang kami dapatkan.

 

#Bersepeda dan teruslah bersepeda.#

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun