Yang lebih ironis, kita juga hidup di era di mana penghargaan formal semakin sering diberikan---dalam bentuk penghargaan, sertifikat, atau bonus---tetapi penghargaan informal seperti ucapan terima kasih semakin jarang terdengar. Kita sibuk memberi pengakuan besar, tetapi melupakan apresiasi kecil yang sebenarnya lebih tulus.
Padahal, penelitian menunjukkan bahwa kebiasaan bersyukur, termasuk mengucapkan terima kasih, berdampak positif pada kesehatan mental. Orang yang sering mengungkapkan rasa syukur cenderung lebih bahagia, lebih optimis, dan memiliki hubungan yang lebih baik. Dengan kata lain, mengucapkan terima kasih bukan hanya untuk orang lain; itu juga untuk diri kita sendiri.
Coba bayangkan, betapa dunia ini akan lebih hangat jika setiap orang meluangkan sedikit waktu untuk berterima kasih. Bukan hanya dalam situasi besar, tetapi juga dalam momen-momen kecil. Terima kasih kepada sopir bus yang menunggu Anda menaiki kendaraan, kepada rekan kerja yang membantu Anda menyelesaikan tugas, atau bahkan kepada anak kecil yang memberi senyuman polos.
Tidak sulit untuk memulai kebiasaan ini. Ucapan terima kasih tidak memerlukan biaya, tidak membutuhkan waktu lama, dan tidak mengurangi martabat Anda. Sebaliknya, itu memperkuat koneksi, membangun kepercayaan, dan menyebarkan energi positif ke lingkungan Anda.
Sebagai masyarakat, kita juga bisa mendorong budaya terima kasih dengan memberi contoh. Orang tua dapat mengajarkan anak-anak mereka untuk selalu berterima kasih, baik kepada keluarga maupun orang asing. Perusahaan bisa menciptakan budaya kerja di mana apresiasi verbal menjadi bagian dari komunikasi sehari-hari.
Mungkin beberapa dari kita masih merasa canggung mengungkapkan rasa terima kasih secara langsung. Tetapi kabar baiknya, ada banyak cara untuk melakukannya. Anda bisa mengucapkan terima kasih dengan senyuman, dengan catatan kecil, atau bahkan dengan pesan singkat. Yang penting adalah niat tulus di baliknya.
Namun, jangan lupa bahwa terima kasih bukan hanya tentang mengucapkan, tetapi juga tentang merasakan. Ucapan yang paling tulus adalah yang berasal dari kesadaran mendalam bahwa kita hidup dalam jaringan saling keterhubungan. Tidak ada yang sepenuhnya mandiri; semua orang, pada suatu titik, membutuhkan orang lain.
Jadi, mari kita mulai menghargai seni kecil ini. Mulailah dengan yang sederhana: ucapkan terima kasih kepada orang-orang terdekat Anda. Jangan menunggu momen besar; lakukan di momen-momen kecil yang sering terlupakan. Karena terkadang, kebahagiaan itu datang bukan dari apa yang kita terima, tetapi dari cara kita menghargai apa yang ada.
Dua kata sederhana ini memiliki kekuatan untuk mengubah hubungan, memperbaiki suasana hati, dan bahkan memperbaiki dunia. Jadi, kapan terakhir kali Anda mengucapkan terima kasih dengan sepenuh hati? Kalau belum, mungkin sekarang adalah saat yang tepat. Karena di balik dua kata ini, ada pesan besar yang selalu relevan: bahwa kebaikan, sekecil apa pun, pantas dihargai.
Mengucapkan "terima kasih" adalah bentuk investasi kecil untuk hubungan yang lebih baik. Ini memperkuat koneksi sosial, menciptakan suasana hati yang positif, bahkan meningkatkan kesehatan mental. Orang yang mendengar ucapan terima kasih cenderung merasa dihargai, dan pada gilirannya, lebih termotivasi untuk melakukan hal baik. Efek domino kebaikan ini bisa jadi sangat besar.
Maka, mari kita mulai menghargai lagi seni kecil dalam berkata "terima kasih." Ucapkan kepada pengantar paket yang sudah menembus hujan, kepada teman yang memberi saran, atau kepada siapa pun yang membantu Anda hari ini. Jangan gengsi, jangan tunda. Dua kata ini tidak memerlukan banyak usaha, tetapi siapa tahu, efeknya bisa mengubah hari seseorang.