Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Neras Suara Institute

Ngopi, Jagong dan Silaturrahmi

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Menjadi Tuan dan Hamba

17 April 2023   03:13 Diperbarui: 17 April 2023   05:21 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: pixabay

Kompasian - Dalam surat Al Taubah ayat ke 105  dijelaskan bahwa  "Dan katakanlah (wahai Muhammad), 'Bekerjalah, maka Allah akan melihat amalanmu, begitu pula Rasul-Nya dan orang-orang mukmin. Dan kamu semua akan dikembalikan kepada Allah Yang Maha Mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia akan memberitahukan kepadamu tentang apa yang telah kamu kerjakan."

Membaca ayat di atas, dapat kita tarik benang merah bahwa proses adalah satu hal yang berharga. Dalam aspek pendekatan Freud dengan aetiologinya dapat kita lihat bahwa manusia dengan proses yang ia jalani akan menghasilkan sesuatu yang setimpal dengan proses tersebut. Dalam dunia kerja dikenal dengan etos, etika kerja.

Secara tekstual, ayat ini mengajarkan pentingnya berkerja dengan sungguh-sungguh dan mengikuti ajaran Islam dengan benar. Allah dan Rasul-Nya akan memperhatikan amalan kita dan kita akan bertanggung jawab atas setiap tindakan yang kita lakukan di dunia ini.

Ayat ini juga mengingatkan kita bahwa di akhirat, kita akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui segala sesuatu, baik yang terlihat maupun yang tidak terlihat.

Dalam konteks kehidupan sehari-hari, ayat ini mengajarkan kita untuk bekerja dengan tekun dan berkomitmen untuk melakukan hal-hal yang bermanfaat dan bernilai dalam kehidupan. Kita harus selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dalam pekerjaan dan aktivitas kita, karena Allah selalu memperhatikan dan mengawasi segala sesuatu yang kita lakukan.

Memang, usaha tidak akan pernah menyakiti hasil, begitu kata para bijak. Proses yang konsisten akan membuahkan hasil yang efisien. Kita tentu mengenal sebuah pribahasa "sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit."

Berangkat dari pribahasa tersebut menegaskan bahwa proses, konsistensi, profesinalisme, tanggung jawab dan etos kerja adalah satu kesatuan yang akan membuahkan hasil maksimal. Belum tentu searah dengan espektasi, tetapi hasilnya tidak akan mengecewakan juga.

Pendek kata, hal ini berkaitan dengan hikmah, berkah, dan kemaslahatan. Di mana jika pendekatan kaweruh jiwanya Ki Ageng Suryomentaraman digunakan sebagai landasan berpikir, maka proses menjaga diri dari ketergesa-gesaan adalah poin utama sebauh proses. Tidak mudah menyerah dan mengeluh. Pada dasarnya adalah fleksibilitas dan konsistensi.

Selain itu, ayat ini juga mengajarkan pentingnya melakukan amal sholeh dan bersikap tawadhu dalam melakukan tindakan. 

Kita harus mengerjakan amal sholeh dengan niat yang tulus, tanpa mengharapkan balasan dari orang lain, dan hanya mengharapkan ridha Allah.

Kita juga harus menghindari tindakan yang merusak atau berdampak negatif pada orang lain, karena kita akan bertanggung jawab atas tindakan tersebut di hadapan Allah kelak. Dalam konteks pekerjaan, hal ini berkaitan dengan tanggung jawab, kepuasan pelanggan, pelayanan dan lain sebagainya.

Pada dasarnya, Qs. Al Taubah ayat 105 menegaskan bahwa setiap manusia wajib bekerja dan menjaga profesionalismenya. Karena dengan profesional juga bisa mendekatkan diri dan menjaga ketaqwaan kita kepada Tuhan.
Ketika kita menjaga kemanfaatan kita bagi orang lain, maka rasa puas dan kebahagiaan orang lain akan membawa dampak positif bagi kita, baik dalam aspek kemanusiaan pun ketuhanan. Dalam hal ini haqqul adami berlaku.

Oleh sebab itu, bekerjalah sesuai dengan kemampuan, berdoalah agar pekerjaan itu senantiasa dalam lindungan Tuhan, memberikan kemanfaatan bagi siapapun, terlebih orang di sekitar, keluarga dan khalayak luas. Ini sejalan dengan hairunnas anfa'uhum linnas.

Tugas kita sebagai manusia, di samping menjadi khalifah, hamba Tuhan, secara normatif adalah untuk selalu bekerja dengan tekun dan tulus, serta melakukan amal sholeh dengan sungguh-sungguh,  Kita harus selalu berusaha untuk melakukan yang terbaik dan menghindari tindakan yang merugikan orang lain.

Dalam konteks ini, saya belajar untuk selalu menjaga kesalingan dengan siapapun, apalagi terkait merugikan orang lain, semoga kita semua terhindar dari sikap demikian. Amin.[]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun