Dengan kata lain, guru adalah role model bagi siswa yang harus bertanggung jawab atas predikat role modelnya.
Sehingga, ketika kesadaran role model ini sama sekali dihiraukan, maka jangan mengeluh ketika para siswa jauh dari ekspektasi dewan guru. Sehingga ia menjadi sasaran poin atau aturan-aturan nihil solusi.
Artinya, bukan masalah evaluasi terpimpin, tetapi evaluasi mendalam. Objeknya adalah diri sendiri. Sehingga ketika menjadi role model "ing ngarsha sung tuladha" benar-benar menjadi contoh bagi perkembangan mental siswa.
Ing Madya Mangun Karsa, sebuah tindakan proporsional dalam turut serta mendampingi anak dalam menemukan serta menumbuhkan potensi baik pedagogiknya, psikomotoriknya, afektif pun kognitifnya.
Siswa dilatih untuk berani mengambil resiko dan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan. Bukan malah sebaliknya, dituntut untuk menjadi baik namun dasar kesadarannya tidak dibangun.
Pengertian bahwa manusia memiliki daya guna untuk berpikir dan bersikap saling menghargai. Menghormati yang lebih dewasa, tenggang rasa, peka terhadap lingkungan, dst. Hal ini perlu diterangkan terlebih dahulu, sebelum kontrak forum atau daftar pelanggaran dan poin yang njlimet.
Perlu diingat, banyak kasus bahwa angan-angan yang dipaksakan akan tak sejalan dengan fakta sosial. Apa yang dibutuhkan oleh siswa? Mengapa siswa bersikap demikian? Bagaimana sikap guru memandang siswa? Ini adalah rangkaian analisi falsafi yang disadari atau tidak harus menjadi gerak swotnya.
Sehingga, problem solving anak-anak yang kebanyak mencari pelarian, depresi saat ujian dan lain sebagainya itu tidak terjadi. Agaknya kepekaan itu juga harus dimiliki oleh siapapun, termasuk guru sekalipun.
Tutwuri Handayani, dari belakang memberi dorongan,support sistem itu penting untuk perkembangan dan kecenderungan siswa. Ini yang perlu disadari baik-baik.
Terkadang sistem menjadi alasan rumitnya menentukan motivasi bagi siswa, sehingga aturan jumud itu saja yang masih diterapkan, melanggar dihukum, melanggar lagi dipoin, melanggar lagi dikeluarkan, tanpa adanya komunikasi mendalam apa alansan atau problem solving yang dihadapi oleh siswa.
Persoalan utamanya memang egoisme. Bahwa khawatir terlihat biasa-biasa saja itu terjadi di mana-mana. Termasuk dalam dunia pendidikan.