Dulu, saya belajar menulis kepada eyang L. Murbandono, beliau tinggal di Merbabu, usia yang lanjut namun kegemaran dan masih menulis di status FB menjadi bukti bahwa semangat intelektualisme dan progresifitasnya masih terjaga.
Bisa jadi, hal ini adalah energi dan semangat yang masih terjaga dalam dirinya.Â
Ketika di Bali, saya juga belajar kepada Alm. Umbu Landu Paranggi, yang mana masih tergambar bagaimana energi yang dijaga dalam dunia kesusastraan dan kebudayaan menjadikan beliau tidak "tampak" Sepuh.Â
Di samping itu, saya juga dipertemukan dengan Mbah Sikah, kekek saya Mbah Harto yang usianya sama 110 Tahun, dan masih hidup sampai sekarang. Energi yang tampak dari para Sepuh di atas ternyata adalah buah dari istiqomah dan luasnya hati serta pikiran.Â
Sebuah pesan dari Bu Mar Sang penjahit, "kalau ingin usia tua masih produktif dan pandangan masih awas, maka harus menjaga pola makan serta istiqomah."Â
Pesan tersebut mengisyaratkan bahwa kesehatan di masa tua adalah prosedur yang dibangun dalam jiwa atau Tubuh.Â
Karena semakin luas pandangan dan cakrawala berpikir, ternyata memiliki imbas yang luar biasa pada tubuh kita. Sebagai anak muda, saya bersyukur karena masih ada para sesepuh yang memiliki energi luar biasa untuk generasi selanjutnya.Â
Kalau siklus perkembangan manusia dikatakan bahwa tumbuh dari sifat kekanak-kanakan, akan kembali kepada sifat kekanak-kanakan lagi. Agaknya hal ini dipahami secara salah dan kaprah.Â
Bahwa manusia mengenali dirinya sendiri, sehingga tahu apa yang dibutuhkan dan bermanfaat bagi dirinya. Termasuk perihal kelahiran, proses keberlangsungan hidup, serta keputusan untuk menjalani hidup di usia lanjut.Â
Semoga Bu Mar masih diberi kesehatan selalu, agar bisa memberikan inspirasi kepada generasi muda. Khususnya generasi muda di sekitar ndalem beliau.Â
Dan semoga kita semua diberi kesehatan jasmani maupun rohani, agar proses kehidupan menjadi proses yang saling berbagi manfaat satu dengan lainnya. Begitu seterusnya turun temurun.[]