Tetap, pak Toko sambil tersenyum sinis dan tetap tak bergeming.
"Jangan hukum istri saya, biar saya menggantikannya." Pinta Marhawi
Tangis berderai-derai dari keluarga kecil itu, Ngat tak kuasa menahan tangisnya sambil memeluk Tirto dan Marhawi, "Jangan pak'e, ibu salah, jadi biar ibu yang bertanggung jawab." Suara tangis mulai pecah kembali.
Pak Toko tetap tak bergeming dan menyodorkan kembali surat yang ada di depannya.
__________
Di lain pihak, pak Kasun tiba-tiba datang, kemudian berunding dengan Pak Toko. Dari kejauhan percapannya tampak serius, dan sesekali tawa mengembang dari kedua orang tersebut.
Sejam kemudian mereka keluar, dan sebagian penduduk sudah memadati kantor perhutani.
Dipanggillah Marhawi dan Istrinya, wajahnya lungset, kucel. Kemudian pak Kasun memberikan semacam sambutan di depan Penduduk dan beberapa orang perhutani yang duduk sambil menyulut sebatang rokok. "Pak Marhawi dan Bu Ngat adalah keluarga kami, semua penduduk di lembah selatan adalah keluarga, jadi saya bertanggung jawab atas keluarga saya. Namun kita perlu ingat, bahwa kejadian ini jangan sampai terulang, jangankan ranting, kalaupun ada tanaman liar seperti luntas, kemangi, junggulan yang tumbuh di lahan perhutani, jangan sampai dipetik, apalagi tidak ijin terlebih dahulu."
"Pak Toko, saya akan bertanggung jawab atas apa yang dilakukan Bu Ngat, dan terima kasih telah memaafkan beliau." Imbuh Pak Kasun
Tangis syukur Marhawi dan Ngat tumpah. Mereka berpelukan. Lalu bersalaman mencium tangan pak Toko. Disusul bersalaman ke pak Kasun.
Penduduk mulai membubarkan diri, begitu juga Marhawi dan Ngat, mereka pulang, lega namun juga lemas lunglai.