Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Manusia, antara Lupa dan Melupakan

21 April 2021   13:41 Diperbarui: 21 April 2021   13:57 1895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menyadari bahwa segala pekerjaan bergantung kepadaNya

Dikatakan bahwa, jika manusia kemudian terbuka pintu pengetahuannya, maka jelas itu adalah Tuhan yang menggerakkannya. Ragam stimulus yang kemudian direspon oleh akal budi manusia. 

Walaupun tidak sedikit yang membanggakan pengetahuan dan kejeniusannya. Pengaruh dan kewibawaannya. Sehingga yang tadinya manusia menjadi fitrah dari rasa lupa, menjadi benar-benar lupa. 

Oleh karenanya, menyadari bahwa segala pekerjaan itu terpaut atas kuasaNya, agaknya akan menjaga hati kita untuk selalu mengingatNya.

Lupa adalah sebuah kewajaran, setiap manusia memiliki kondisi tersebut. Namun manusia diberi potensi untuk menghindari kondisi tersebut, agar tidak berimbas kepada kehidupannya. 

Di satu sisi manusia berakar dari suku kata unnasun yang memiliki arti fleksible. Artinya dalam diri manusia memiliki potensi untuk mensiasati diri agar tidak terbengkalai dan terjerumus pada lobang yang sama.

Di atas dikatakan bahwa Tuhan menunggu manusia mengadukan kepadaNya atas kondisi yang menimpanya, artinya Tuhan benar-benar memberikan kasih dan sayangNya tanpa berharap apapun dari manusia. Dengan kata lain, Tuhan Menyintai manusia dengan ragam prinsip dan kesadaran yang beragam.

Jika dalam kancah perpolitikan sudah barang biasa kompetisi senggol sana, senggol sini, dan tentu hal itu akan mengenyampingkan posisi Tuhan dalam kesadarannya. Jika Tuhan mencintai kebersamaan, maka berbanding berbalik denga napa yang sering dijumpai dalam kontestasi politik, khususnya di negara kita ini.

Bukan berarti aspek yang lain tidak demikian, dalam dunia sosial, manusia dituntut untuk menyiapkan dirinya agar lebih waspada dalam menghadapi segala situasi dan kondisi, perkara masih menggunakan nilai-nilai ketuhanan, persoalan ini dikembalikan kepada personal masing-masing.

Bersikap Open Mind dalam keberagaman

Tidak sedikit dari kita cenderung menutup diri atas orang lain, dalam berbagai hal. Anggapan kebenaran yang dimiliki terkadang mengurung keterbukaan yang seharusnya dilakukan oleh setiap manusia kepada manusia yang lain.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun