Ia minta map warna kuning itu, lalu ia kembalikan. Dari tatapan dan gelagatnya ia menolak. "Lengkapi dulu persyaratannya, khususnya bayarnya." Terdengar sayup suara laki-laki itu.Â
"Orang Tua saya tidak punya uang lebih. Ladang kami tahun ini tidak panen. Kondisi ekonomi juga gragap-gragap. Mohon peetimbangannya Ustadz!!!" Pintanya.Â
Tetapi syarat tetaplah syarat. Tak biasa diganggu gugat. Kecuali ada ini dan itu(bisa anda simpulkan sendiri). Terkadang manusia itu terkekang oleh syarat dan permintaan. Hak dan kewajiban. Tanpa melihat ruang dan kondisi kemanusiaan. Katanya terlalu baik juga tidak baik. Tapi memang, apa-apa yang keterlaluan itu tidak baik.Â
Hidup menuju bawono, menuju karta raharja. Bukan semacam kekangan syarat dan rukun. Dan hari ini, mungkin juga berpuluh-puluh bahkan beribu-ribu tahun yang lalu juga terjadi kelas-kelas dalam pandangan materialistik.Â
Pintar itu butuh, tapi kaya itu penting. Katanya. Anda sepakat? Saya kira hati nurani kita akan saling berdebat. Dan, agaknya akan berat untuk memilih. Maunya dapat semua. Maunya untung semua.Â
Anak itu pulang dengan sepeda bututnya. Tanpa kelegaan dan pintu yang terbuka lebar akan hak dan kewajibannya, yaitu pendidikan. Tapi tenang, belajar itu bisa di mana saja. Tapi kasihan juga, bisa jadi ia akan putus sekolah, tapi pasti ada banyak hikmahnya, jadi santai saja. Tapi.... Ah sudahlah. Semoga kita bermanfaat untuk siapa saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H