Mohon tunggu...
A. Dahri
A. Dahri Mohon Tunggu... Penulis - Santri

Alumni Sekolah Kemanusiaan dan Kebudayaan Ahmad Syafii Maarif (SKK ASM) ke-4 di Solo

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendidikan Ramah Anak, Benarkah?

22 Januari 2020   10:17 Diperbarui: 23 Januari 2020   07:02 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Padahal, untuk menemukan kemandirian bukan dengan jaminan kepintarannya menjawab dan menyelesaikan soal-soal. 

Oleh karena itu penting sekali pendidikan, utamanya lembaga pendidikan, pendidik, orang tua dan masyarakat, untuk memberi ruang yang luas dan lebih longgar, agar anak-anak mampu menemukan pola genetik yang alami, gerak pertumbuhan dan perkembangan alami. Tanpa adanya tekanan dari cita-cita yang bukan murni kecenderungannya.

Kasus bullying, isolasi, perundungan, pemilahan, pelecehan seksual, adalah bukti bahwa peserta didik belum memiliki ruang yang ramah dalam pendidikan. 

Alih-alih menemukan kemandirian, kepribadiannya saja terisolasi oleh kecemderungan dari orang tua, pendidik dan sistem pendidikan. Lantas apakah dengan tidak menggunakan sistem, menjamin anak-anak berkembang? 

Sistem adalah pola manajerial, tidak bersistem juga termasuk pola manajerial. Jadi masalahnya adalah bagaimana memberi ruang yang luas terhadap anak untuk berkembang. Kalau sistem pendidikan yang diterapkan justru menyempitkan ruang anak-anak. Maka bisa dirubah dengan sistem yang lain. 

Jika pendidikan ramah anak adalah sistem yang bisa memberi ruang lebih luas terhadap anak-anak ya monggo dilakukan dengan maksimal. Tetapi apakah sudah siap dengan beragamnya peserta didik? Baik secara mental maupun kapasitasnya. 

Jika ada 10 anak dalam kelas, berarti ada 10 karakter, keunggulan dan kekurangan. Jika demikian adakah toleransi yang diterapkan? Misal, saling membantu antar peserta didik untuk menemukan karekter masing-masing. 

Benarkah pendidikan ramah anak menyelam sedalam mungkin terhadap kondisi dan latar belakang anak-anak? Sehingga terbangun toleransi yang kuat dalam berlangsungnya interaksi pendidikan.

Jika bisa dipastikan maka harapan yang paling utama adalah, tidak ada lagi pelecehan seksual di lembaga pendidika. Tidak ada lagi sikap bullying. Tidak ada lagi kompetisi menuju paling ini dan itu. Dan menjamin ruang yang luas bagi peserta didik. 

Rumah Jaga Kali, 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun