Bukankah hujan itu berkah?
Mengapa terus saja kau menjulukinya sebagai musibah?
Ketika langit memancar panas
Kau sakiti dengan keluhmu
Ketika langit menurunkan air
Kau hina dengan cacian sedemikian rupa
Apa yang kau mau sebenarnya?
Mengatur cuaca seperti nalarmu?
Apa yang kau mau sesungguhnya?
Memutar dunia seperti milikmu saja?
Mungkin langit terlalu lama memendam sakit hatinya
Hingga kini ia tak mampu lagi menampungnya
Ia turunkan pasukan sesuka hatinya
Menyerbu umat semaunya
Bisa apa kau kini?
Sedang langit tlah menggila
Mungkin karena ia terlalu murka
Menatap tingkah polah manusia
Apa kalian lupa atau tak membaca
Tentang umat Nabi Nuh yang dimusnahkan bersama banjirnya
Atau kalian memang tak mengerti tentang kisahnya?
Yang bagi kalian tak semenarik kisah romeo dan juliet
Yang begitu lekat kau hapal pada alur kisahnya
Masih bisakah kini kau berleha-leha?
Setelah bencana demi bencana hampir merenggut harta beserta nyawamu?
Masih bisakah kau merasa hebat dan bangga?
Bisa apa kau sebagai manusia?
Kau sumpahi lagi alam dengan semaumu
Katamu alam begitu kejam menyiksamu
Kau berteriak ketakutan beserta tangismu
Belum jugakah kau sadar siapa dirimu?
Ini belum seberapa
Allah bisa memusnahkan kita dalam sekejap saja
Baru kita takut pada dosa
Setelah kita disapa bencana
Lantas kembali lupa ketika reda
Sungguh dunia ini benar-benar fana
Dunia hanya terbingkis tipu daya yang begitu memilukan
Sedang sejatinya begitu bobrok tak terkira
Tapi masih saja kita mencintainya
Tak sadarkah kau pada yang Maha Kuasa
Yang Maha menghendaki segala sesuatu bisa terjadi
Belum juga kau sadar atas pertolongan-Nya
Kau fikir kau bisa tanpa pertolongan-Nya?