Kerap aku membayangkan, bagaimana jika dia meninggalkanku, betapa sepinya hariku. Ia dan memang hanya ia yang hampir setiap waktu ada untukku. Meski hanya melalui komunikasi maya saja, meski dengan jarak yang membentang, tapi tak dipungkiri arti hadirnya melebihi teman di sekitarku yang hampir setiap hari ku jumpai.
Heran, aku dan dia sama-sama heran. " Ada apa sebenarnya dalam dirimu " begitu katanya, begitu juga sebaliknya kataku.
Maaf jika aku belum bisa menjadi seorang nanda yang kau inginkan, aku yang kerap menyakiti hatimu, aku yang selalu membuatmu kawatir dengan keadaanku. Tapi hatiku yang lebih tahu seberapa aku menyayangimu sebagai seorang yang ku sebut bundaku.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H