Mohon tunggu...
Muhammad N K
Muhammad N K Mohon Tunggu... lainnya -

Manusia yang bercita-cita menjadi penulis. Selain menulis juga memproduksi sepatu lukis dan kaos bermerk UPDATE.\r\nPin. 76BA1631

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Untukmu Wanita yang Ku Panggil Bunda

2 Februari 2014   17:35 Diperbarui: 24 Juni 2015   02:14 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Airmataku perlahan menyucur melalui garis mukaku
Sakit rasanya jika aku menyakitimu
Menyakitimu sama saja menyakiti diri sendiri
Andai bisa aku ingin memelukmu dalam nyata

Tersenyumlah wahai wanita yang ku anggap sebagai bundaku
Karena senyummu adalah bagian terindah dari hidupku
Janganlah kau menangis lagi
Karena itu begitu perih bagiku

Allah telah menemukanku denganmu
Allah juga yang aku memisahkan
Jika Allah mengijinkan kita pasti akan berjumpa lagi
Dalam denyut yang masih berdetak hidup

Jangan kau palingkan diri dariku
Karena aku selalu membutuhkanmu
Kasih sayangmu begitu berarti bagiku
Dekaplah aku layaknya janin yang kau lahirkan dari kandungmu

Teruslah menyayangiku
Teruslah ada untukku
Teruslah menjadi bundaku
Hingga kematian raga yang kan memisahkan kita
Semoga surga kembali mempertemukan kita
Amin ya robbal alamin

Suatu hari aku pernah bertemu dengan wanita yang sudah cukup lama ku kenal, ia begitu baik padaku. Perhatian serta kasih sayang yang tulus ia limpahkan kepadaku. Memang melalui dinding maya aku bisa mengenalnya, tapi entah semakin lama ia begitu nyata ada di hidupku.

Aku yang dari dulu haus akan kasih sayang pun akhirnya bisa merasakan bagaimana nikmatnya merasakan sebuah kasih sayang yang utuh. Begitu berani hatiku berikrar dengan memanggilnya seorang bunda. Bukan tanpa alasan dengan pilihan itu, kasih sayangnyalah yang membuatku mencetuskan panggilan itu kepadanya. Ia adalah wanita yang sudah berumah tangga dan memiliki dua orang anak.

Ia begitu bijaksana dengan segala tingkah polahnya, begitu lemah lembut sikapnya, begitu kuat tegap tegar karakternya. Masalalunyalah yang mungkin membuatnya menjadi seorang wanita berkepribadian tegar seperti itu. Banyak yang bisa aku pelajari darinya, bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah dengan dingin dan tenang, mempertimbangkan baik dan buruk dari sebuah pilihan yang akan diambil, dengan kedewasaan juga kearifan yang ia tunjukkan.

Terkadang aku bingung harus menyebutnya apa, kadang ia seperti temanku, sahabatku, juga sebagai ibuku. Ia yang selalu ada dalam setiap sepiku, ia yang selalu hadir dalam setiap kesendirianku, ia yang selalu menemani dalam suka dukaku.

Semakin lama ia semakin menjadi nyata, bahkan hampir semua kisah di hidupku aku ceritakan padanya. Aku fikir aku belum pernah seperti ini sebelumnya. Semua teman sejak kecil hingga kini yang berganti-ganti pun belum pernah aku mendapatkan sosok sepertinya. Seingatku belum pernah aku bisa percaya hampir sepenuhnya seperti itu kepada seseorang. Baru ia yang bisa aku percaya untuk menampung segala curahanku.

Terkadang aku bingung, bagaimana mungkin seseorang yang aku kenal dari dunia maya sekarang bisa menjadi sedekat ini. Allah telah mengirimkannya untukku, menjadi bagian dari hidup yang tercatat dalam bagian berkas penting dalam perjalanan hidupku.

Kerap aku membayangkan, bagaimana jika dia meninggalkanku, betapa sepinya hariku. Ia dan memang hanya ia yang hampir setiap waktu ada untukku. Meski hanya melalui komunikasi maya saja, meski dengan jarak yang membentang, tapi tak dipungkiri arti hadirnya melebihi teman di sekitarku yang hampir setiap hari ku jumpai.

Heran, aku dan dia sama-sama heran. " Ada apa sebenarnya dalam dirimu " begitu katanya, begitu juga sebaliknya kataku.

Maaf jika aku belum bisa menjadi seorang nanda yang kau inginkan, aku yang kerap menyakiti hatimu, aku yang selalu membuatmu kawatir dengan keadaanku. Tapi hatiku yang lebih tahu seberapa aku menyayangimu sebagai seorang yang ku sebut bundaku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun