Mohon tunggu...
Emi Afrilia Burhanuddin
Emi Afrilia Burhanuddin Mohon Tunggu... -

Full time mother yang suka menulis dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hanya Allah Yang Bisa Membuatmu Pergi Haji

7 Juni 2015   02:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   06:19 4421
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berkeliling dan welfie di kawasan Mina seusai melontar jumroh

Siapa sih yang ga ingin menunaikan rukun Islam yang kelima?
Setiap muslim pasti menyimpan keinginan untuk beribadah haji, begitu juga dengan saya.
Kalo hal itu ditanya dengan suami, beliau selalu menjawab “Pergi haji nanti, tunggu mendekati masa pensiun saja.”
Bukannya mo menunda-nunda beribadah tapi suami saya berusaha realistis saja dengan keadaan ekonomi kami. Sumber pemasukan hanya berasal dari gaji suami. Sementara banyak kewajiban yang harus dilakukan : memberi nafkah untuk orangtua suami, membantu biaya sekolah adik bungsu saya, membayar cicilan rumah dan untuk biaya hidup, membuat pergi haji hanya sebatas mimpi dan niat saja. Jangankan untuk menabung, bisa cukup aja sudah syukur.
Baru memasang niat saja, Allah sudah memberikan jalan. Tetangga saya mau menjual tanahnya untuk menambahi ongkos pergi hajinya. Mendengar berita ini, saya langsung membujuk suami untuk membeli tanah tersebut. Suami bertanya, “Mo beli tanah itu pake apa? Pake daun?”
Saya mengajak suami untuk melihat lokasi tanah itu dan hasilnya, suami tambah keberatan. “Itu bukan jual tanah tapi jual hutan,”komentar suami melihat banyaknya pepohonan. Karena saya tipikal orangnya ngotot kalo ada kepengenan, saya terus melancarkan bujuk rayu ke suami agar mau membeli tanah itu. Dananya meminjam dari bank dengan mengajukan top up KPR dan memperpanjang jangka waktu cicilannya menjadi 15 tahun.
Suami akhirnya ngalah dan menuruti keinginan saya. Tanah itu berhasil kami beli. Sisa uang pinjaman dari bank dipergunakan untuk membuat sertifikat dan membersihkan tanah dari pepohonan dan semak belukar. Sebulan setelah sertifikat tanah keluar, suami mengusulkan agar tanah itu dijual saja. Soalnya berat membayar cicilannya. Kali ini saya ngikut sarannya.Dari hasil penjualan tanah tersebut, kami dapat keuntungan yang lumayan. Nah, dengan adanya keuntungan itu, suami mengajak umroh.

[caption id="attachment_421138" align="aligncenter" width="300" caption="Namanya juga kamera minjam dari adik jadi kurang lihai untuk mengoperasikannya. Walhasil foto-foto selama di asrama haji hasilnya kurang memuaskan. Seandainya waktu itu sudah ada hp android andromaxc3s, ga perlu ribet cuma tinggal klik. Fotonya keren"]

1432880819524756297
1432880819524756297
[/caption]


Cuma tetangga saya menyarankan agar uang itu digunakan untuk mendaftar haji saja.  Setelah melalui diskusi dan meminta petunjuk Allah, akhirnya saya dan suami mendaftar haji di bulan September 2009. Berdasarkan nomor kursinya diperkirakan kami berangkat tahun 2013. Itu berarti ada waktu empat tahun untuk menyiapkan diri dan menabung biaya pelunasannya dan printilannya.
Biaya printilannya itu mencakup keinginan kami sebelum berangkat atau sepulang haji mengadakan selamatan kecil-kecilan sekalian mengkhitankan si sulung, ingin memberikan wakaf Al-Quran yang diatas namakan kedua orang tua saya dan papa mertua yang sudah almarhum di Masjidil Haram atau Nabawi. Karena ini haji yang pertama, kami merencanakan untuk bergabung di KBIH biar mempermudah ibadah haji. Sedikit demi sedikit kami menyisikan uang gaji untuk ditabung dalam bentuk emas.
Tahun 2011, sodara bermaksud meminjam emas simpanan haji untuk menambah modal usahanya. Karena berangkatnya masih dua tahun lagi, atas seijin suami, saya meminjamkan emas simpanan yang totalnya 40 gram. Tak berapa lama kemudian, giliran sodara suami yang meminjam uang. Janjinya pinjaman itu akan dibayar setelah dia mendapat uang arisan enam bulan lagi.
Ketika waktu yang dijanjikan tiba, sodara suami tidak mampu membayar uang yang dipinjamnya. Uang arisan yang sedianya untuk melunasi hutang dipakai untuk menyambung hidup. Soalnya suaminya kena PHK.
Sementara itu sodara saya juga mengulur-ulur waktu saat ditagih hutangnya. Ketika waktu pelunasan BPIH dibuka, saya meminta agar pinjaman emas itu dikembalikan. Agar bisa dijual untuk melunasi ongkos haji. Sambil menangis, sodara saya itu meminta maaf karena tidak bisa mengembalikan pinjamannya. Usahanya bangkrut akibat ditipu teman. Mendengar itu saya ikutan menangis. Impian untuk berangkat haji yang sudah dekat dipelupuk mata harus sirna. Marah, sedih dan kecewa bercampur aduk.

[caption id="attachment_421141" align="aligncenter" width="300" caption="Dalam bis menuju ke Bir Ali untuk mengambil Miqat Haji dan Umroh"]

1432881237244346323
1432881237244346323
[/caption]


Dengan takut-takut, saya mengabari suami perihal itu. Jujur, saya takuttt suami marah. Tapi ketakutan saya itu tidak terbukti, suami saya menanggapinya dengan santai, “Mungkin dosa kita masih banyak sehingga kita belum pantas menjadi tamu Allah tahun ini. Mudah-mudahan tahun 2014 kita bisa berangkat.”
Ucapan suami itu menohok hati, karena sibuk memikirkan kapan emas yang dipinjam dikembalikan, saya jadi lupa memantaskan diri untuk menjadi tamu Allah. Melalaikan dosa-dosa dimasa silam. Saya pun memperbanyak mengucap istigfar, sholawat nabi dan Subhanallah Wa bi Hamdihi sebanyak-banyaknya, sebagaimana yang diajarkan Ustad Yusuf Mansur.

Menurut Ustad Yusuf Mansur dalam salah satu ceramahnya, pergi haji itu bukan perkara ada atau tidak ada uang. Hanya Allah yang bisa membuat kita bisa berhaji dengan berbagai jalan. Banyak yang punya harta berlimpah tapi tak kunjung diberi kesempatan untuk menginjakkan kakinya ke tanah suci. pun sebaliknya, yang miskin papah banyak yang bisa menunaikan ibadah haji tanpa perlu mengeluarkan uang. Semua tergantung dari pantas atau tidaknya kita untuk bisa menjadi tamu Allah.

[caption id="attachment_421143" align="aligncenter" width="300" caption="Masih di Kawasan Mina"]

1432881587353576021
1432881587353576021
[/caption]

Dua minggu menjelang akhir masa pelunasan BPIH, saya ditelpon oleh penyewa rumah, dia ingin memperpanjang sewa. Padahal sebulan sebelumnya dia mengabari tidak akan memperpanjang karena skripsinya sudah hampir selesai. Karena ngikut suami yang ditugaskan ke Baturaja maka rumah kami sewakan. Saya bilang, “Kalo mau memperpanjang, bisa ga uang sewanya dibayarkan besok?”  Dan dia menyanggupinya.
Uang sewa rumah ditambah dengan menjual kalung dan cincin yang saya pakai dan seluruh tabungan suami, ternyata bisa mencukupi untuk melunasi BPIH dan biaya bimbingan haji. “Yakin, ibu ga nyesel jual kalung sama cincinnya?”tanya suami. Saya mengangguk mantap. Kalo ada rejeki, kapan saja bisa beli perhiasan. Sementara kesempatan pergi haji tidak bisa datang kapan saja. Harus mengantri lama.

Setelah BPIH dilunasi, saya mendapat telepon dari pengurus KBIH bahwa ada pemotongan kuota haji dan diperkirakan saya dan suami termasuk yang kena potong itu. Ada sedikit kecewa yang menelusup dihati. Sudah pontang-panting melunasi BPIH, eh..diperkirakan gagal berangkat. Di titik ini saya baru bisa menghayati sepenuh hati nasehat Ustad Yusuf mansur yang mengatakan  HANYA ALLAH YANG BISA MEMBUAT SESEORANG PERGI HAJI. Sudah melunasi BPIH, badan dalam kondisi sehat tapi kalau Allah belum memberi kesempatan maka ada saja cara untuk gagal berangkat.

Saya menganggap ini sebagai bentuk kasih sayang Allah untuk menegur saya dan suami agar kami memperbanyak taubat dan ibadah sehingga dianggap layak untuk menjadi tamu Allah.

Pertengahan Juli 2013, pengurus KBIH menelepon dan mengabarkan berita gembira. Nomor porsi saya dan suami masuk dalam kuota keberangkatan tahun 2013. Alhamdulillah....

[caption id="attachment_421144" align="aligncenter" width="300" caption="Karena pencahayaannya kurang maksimal makanya foto didalam masjidil Haram kurang oke hasilnya. Mungkin hasilnya akan beda jika menggunakan hp andoid andromax c3s yang sudah dilengkapi fitur lampu flash sehingga hasil foto didalam ruangan lebih jernih"]

14328816761953865162
14328816761953865162
[/caption]

Selanjutnya, Allah memberi banyak kemudahan untuk kami, diantaranya :

- Setelah ada kepastian berangkat, saya dan suami pun melunasi biaya bimbingan haji di sebuah KBIH dan kami diberi potongan satu juta rupiah, lumayan bisa dipergunakan untuk membayar biaya vaksin.

- Perlengkapan ibadah haji untuk saya seperti bergo, sarung tangan dan kaos kaki dibelikan oleh tante. Bahkan nenek saya membelikan sehelai selendang warna putih yang dihias sulaman benang berwarna perak. Kalo orang Palembang menyebutnya dengan selendang mudawaroh yang umumnya dipakai saat pulang haji. Yang membuat saya terharu adalah demi  membeli selendang itu, nenek menyisihkan uang saku yang diterimanya dari anak dan cucunya. Allahu Akbar!

- Karena dianggap sebagai sosok yang smartfren, suami ditunjuk menjadi ketua regu dan mendapat honor dari pemerintah sebesar 250 riyal. Dan keinginan untuk mewakafkan Al-Quran untuk kedua orangtua dan ayah mertua yang sudah meninggal bisa terwujud.

- Keterbatasan dana membuat saya meniadakan acara selamatan sebelum berangkat haji. Tapi adik saya membuatkannya untuk kami. Sehingga sebelum masuk ke asrama haji, diadakan pengajian dan doa dikediaman orangtua saya. Adik hanya menyiapkan menu utamanya saja yaitu tekwan, sedangkan kue-kuenya disumbang oleh keluarga besar. Uwak membawa brownies, bibi menyumbang puding agar-agar dan kerupuk, sepupu menyumbang bika ambon. Tetangga ada yang menyumbang kemplang tunu. Bisa dibilang ini selamatan haji bergaya potluck he..he..

Ketika pertama kali menginjakkan kaki di masjid Nabawi dan melihat Kabah, air mata tak terasa mengalir dengan deras. Seketika langsung tersungkur melakukan sujud syukur. Ya Allah, aku penuhi panggilan-MU. Hanya kuasa-Mu yang membuat saya bisa  ke tanah suci dan menjalankan ibadah haji.

Karena bukan termasuk tipikal yang doyan selfie, selama menunaikan ibadah haji hanya delapan kali saya berwelfie ria. Itupun karena faktor kepepet. Ga ada yang bisa dimintai tolong untuk mengambil gambar saya dan suami maka berwelfie adalah jawabannya. Kebanyakan foto-foto saya hasil jepretan suami atau teman seregu.

Selama menunaikan ibadah haji atau umroh, sebaiknya saat mo selfie liat dulu situasi dan kondisinya. Jangan karena pengen berselfie di depan Kabah, kita mengganggu orang yang sedang melakukan tawaf atau sholat. Ingat dengan tujuan awal kita kesini adalah untuk beribadah bukan berfoto ria.

Untuk teman-teman agar bisa menunaikan ibadah haji juga, berikut ini tips berdasarkan pengalaman pribadi dan rangkuman ceramah ustad Yusuf Mansur :

- Pasang Niat untuk pergi haji

Banyak orang yang ga berani memasang niat pergi haji karena mengukur kemampuan uang di kantong. Kita lupa pada Allah yang Maha Kaya.

- Pantaskan diri untuk menjadi Tamu Allah dengan memperbanyak ibadah dan taubat. Kalau kita sudah dianggap pantas maka Allah akan memberikan banyak jalan dan kemudahan untuk menuju ke Baitullah. labbaik Allahumma labbaik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun