Mohon tunggu...
ahmad sofandi
ahmad sofandi Mohon Tunggu... welding inspector -

welding inspector + NDT level II ,Quality Assurance in PT.jatim bromo steel construction

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ku Yakin (Nggak Pake Banget...!) Sampai di Sana

20 September 2015   20:37 Diperbarui: 20 September 2015   20:48 41
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

 

 

 

 

" alhamdulillah lulus bro..!!!" demikian tertulis di aplikasi pesan singkat Whats Up ponsel ku yang di dahului dengan getar dan nada dering yang mengagetkan tidur siang ku kala istirahat di mushola kantor setelah beraktifitas penuh beberapa jam inspeksi dan monitoring hasil pengelasan beberapa welder ku,

ternyata pesan WA itu datang dari salah seorang kawan sekelas dulu saat aku masih sekolah di bangku SMP Negeri di ujung barat kota surabaya,yach!!,,,,,,"Bripka KoHar" begitu sekarang banyak orang memanggil nya ,terutama para rekan sesama polisi di lingkungan POLDA jawa timur.

tidak terasa sudah lebih dari seperempat abad pertemanan kami jika di runut semenjak kami bertemu di bangku sekolah,sekarang telah 35 tahun usia kami masing -masing, Ia sukses mencapai karier nya di kepolisian sebagaimana yang sering Ia sampaikan saat masih berseragam putih biru dulu,hemmm... bagus lah gumam ku dalam hati.

"terima kasih atas bantuan dan support mu ya friend,,!! berkat draf makalah dari mu aq bisa lulus,untung lah aku punya teman yang pintar nulis,,sebab terus terang olah fikir otak ku sudah rada menurun konsentrasi nya sebab aku kan seorang executor di lapangan ,dalam arti tukang tangkep penjahat aja ,bukan pemikir ato penulis seperti kamu," demikian dia memulai percakapan didalam mobil ketika ia mengajak ku ngelayap ngalap berkah ke makam salah seorang wali masyhur di tanah bangkalan madura.

,hehehehe,, dalam hati tersanjung aku di puji macam begitu padahal aku rasa tulisanku pada draf makalah tersebut aku rasa biasa-biasa aja,walau mungkin belum bisa di sejajarkan dengan hasil karya tulis para kompasioner semacam om ninoy karundeng,opa tjip,maupun mas alan budiman sang spesialis MANTAN, tapi aku patut bersyukur apa yang telah aku kerjakan walaupun sedikit tapi bermanfaat bagi orang lain,semoga di lain waktu aku bisa lebih baik dalam menulis gumam ku dalam hati, "tapi mungkin jika aku sudah jadi perwira atau pimpinan aku pengen geser posisi di TIPIKOR aja bro.! ujar nya serius,lho kenapa? kataku,,! bukan nya kamu dah enak dan mapan di reskrim tanya ku? sambil minum air mineral botol, iya sih sebenar nya aku pun dah merasa nyaman cuma,,,,ada hal besar yang ingin aku lakukan buat masyarakat jawa timur timpal nya,sambil se sekali ia memperhatikan spion kaca mobil karena kami sudah mulai memasuki jalur padat di jalan kapasan surabaya yang tentu nya di butuh kan konsentrasi yang ekstra saat mengemudi mobil di kawasan perniagaan tersebut. bagus lah sahut ku lirih "untuk jadi seorang leader atau pimpinan nanti tentu nya kamu harus punya bekal yang mumpuni baik lahir maupun batin kawan,,,!

,sebab setiap pemimpin esok akan di mintai pertanggung jawaban nya kelak di akhirat,,,dalam khazanah kebudayaan nusantara engkau harus mampu menjalankan ASTA BRATA !!, "apa itu????? ujar nya,

oke,,untuk bekal dirimu menempuh pendidikan khusus perwira polisi aku terangkan sedikit buat mu,,,,!!

 Asta Brata merupakan 8 sifat inti seorang pemimpin dalam tradisi Jawa. Sikap yg harus dimiliki oleh penguasa jika ingin rakyat yg dipimpinnya menjadi tentram & sejahtera. Asta Brata yg dalam terjemahan bebas; delapan ajaran utama tentang kepemimpinan, merupakan petunjuk Sri Rama kepada adiknya yg akan dinobatkan sebagai raja Ayodya. Secara simbol, Asta Brata merupakan sifat-sifat mulia yg di ambil dari alam semesta & patut untuk dijadikan pedoman bagi seluruh pemimpin negeri ini.

       Asta Brata merupakan kebijaksanaan turun-temurun yg diselipkan dalam artefak-artefak Jawa, salah satunya melalui kesenian Wayang atau Ketoprak. Banyak makna yg mengacu pada jalan pencerahan yg akan menuntun siapapun, khususnya para pemimpin jika berhasil memahami esensi falsafah Asta Brata ini. Kebijaksanaan & keselamatan merupakan inti pemahaman yg akan didapatkan seorang pemimpin jika mempelajari & mempraktekkannya.

1. Laku Hambeging indra 

Seorang yg dipercaya menjadi pemimpin, hendaknya mengusahakan kemakmuran bagi rakyatnya & dalam segala tindakannya dapat membawa kesejukan & kewibawaan yg seperti bintang. Maknanya, seorang pemimpin haruslah kuat, tidak mudah goyah, berusaha menggunakan kemampuan untuk kebaikan rakyat, tidak mengumbar hawa nafsu, kuat hati & tidak suka berpura-pura. Seorang pemimpin haruslah adil seperti air, yg jika di seduh di gelas akan rata mengikuti wadahnya. Keadilan yg ditegakkan bisa memberi kecerahan ibarat air yg membersihkan kotoran. Air juga tidak pernah emban oyot emban cindhe “pilih kasih” karena air akan selalu turun ke bawah, tidak naik ke atas.

2. Laku Hambeging Yama

Pemimpin hendaknya meneladani sikap & sifat Dewa Yama, dimana Dewa Yama selalu menegakkan keadilan menurut hukum atau peraturan yg berlaku demi mengayomi rakyatnya. Harus menindak tegas abdinya, jika mengetahui abdinya itu memakan uang rakyat & mengkhianati negaranya. Dewa Yama memiliki sifat seperti mendung (awan), mengumpulkan segala yg tidak berguna menjadi lebih berguna. Adil tidak pilih kasih. Bisa memberikan ganjaran yg berupa hujan & keteduhan. Jika ada yg salah maka akan dihukum dengan petir & halilintar.

3. Laku Hambeging Surya

Seorang pemimpin yg baik haruslah memiliki sifat & sikap seperti matahari (surya) yg mampu memberi semangat & kekuatan yg penuh dinamika serta menjadi sumber energi bagi bumi pertiwi. Sifat matahari berarti sabar dalam bekerja, tajam, terarah & tanpa pamrih. Semua yg dijemur pasti kena sinarnya, tapi tidak dengan serta merta langsung dikeringkan. Jalannya terarah & luwes. Tujuannya agar setiap manusia sabar & tidak sulit dalam mengupayakan rejeki. Menjadi matahari juga berarti menjadi inspirasi pada bawahannya, ibarat matahari yg selalu menyinari semesta.

4. Laku Hambeging Candra

Pemimpin hendaknya memiliki sifat & sikap yg mampu memberikan penerangan bagi rakyatnya yg berada dalam kebodohan dengan wajah yg penuh kesejukan seperti rembulan (candra), penuh simpati, sehingga rakyat menjadi tentram & hidup dengan nyaman. Rembulan juga bersifat halus budi, terang perangai, menebarkan keindahan kepada seisi alam. Seorang pemimpin harus berlaku demikian, menjadi penerang bagi rakyatnya.

5. Laku Hambeging Maruta

Maruta adalah angin. Pemimpin harus menjadi seperti angin. Senantiasa memberikan kesegaran & selalu turun ke bawah melihat rakyatnya. Angin tidak berhenti memeriksa & meneliti, selalu melihat perilaku manusia, bisa menjelma besar atau kecil, berguna jika digunakan. Jalannya tidak kelihatan, nafsunya tidak ditonjolkan. Jika ditolak ia tidak marah & jika ditarik ia tidak dibenci. Seorang pemimpin harus berjiwa teliti di mana saja berada. Baik buruk rakyat harus diketahui oleh mata kepala sendiri, tanpa menggantungkan laporan bawahannya. Biasanya, bawahan bagitu pelit & selektif dalam memberikan laporan kepada pemimpin, & terkadang hanya kondisi baik-baiknya saja yg dilaporkan.

6. Laku Hambeging Bumi

Pemimpin hendaknya memiliki sifat-sifat utama dari bumi, yaitu teguh, menjadi landasan pijak & memberi kehidupan (kesejahteraan) untuk rakyatnya. Bumi selalu dicangkul & digali, namun bumi tetap ikhlas & rela. Begitu pula dengan seorang pemimpin yg rela berkorban kepentingan pribadinya untuk kepentingan rakyat. Seorang pemimpin haruslah memiliki sikap welas asih seperti sifat-sifat bumi. Falsafah bumi yg lain adalah air tuba dibalas dengan air susu. Keburukan selalu dibalas dengan kebaikan & keluhuran.

7. Laku Hambeging Baruna

Baruna berarti samudra yg luas. Sebuah samudra memiliki wawasan yg luas, mampu mengatasi setiap gejolak dengan baik, penuh kearifan & kebijaksanaan. Samudera merupakan wadah air yg memiliki sifat pemaaf, bukan pendendam. Air selalu diciduk & diambil tapi pulih tanpa ada bekasnya. Seorang pemimpin harus mempunyai sifat pemaaf, sebagaimana sifat air dalam sebuah samudra yg siap menampung apa saja yg hanyut dari daratan. Samudra mencerminkan jiwa yg mendukung pluralisme dalam hidup bermasyarakat yg berkarakter majemuk.

8. Laku hambeging Agni

Pemimpin hendaknya memiliki sifat mulia dari api (agni), yang selalu mendorong rakyatnya memiliki sikap nasionalisme. Seperti api, berarti pemimpin juga harus memiliki prinsip menindak yg bersalah tanpa pilih kasih. Api bisa membakar apa saja, menghanguskan semak-semak, menerangkan yg gelap. Bisa bersabar namun juga bisa sangat marah membela rakyatnya jika dizolimi & tetap memiliki pertimbangan berdasarkan akal sehat & bisa dipertanggungjawabkan.

       owhhhh,,gitu ya ajaran falsafah budaya jawa ,wah,,hebat,,semoga aku bisa seperti itu ya bro,,,!! " insya allah sahut ku,,,gak terasa mobil yang di kemudikan nya sudah memasuki gapura gang rumah ku, " aku turun di sini aja frend,,di ujung gang nggak bisa puter nanti mobil mu sebab ada orang punya hajat" ucap ku pada nya ,,ok terima kasih yo kawan,,balas nya salam buat anak istri mu timpal ku sambil membuka pintu mobil dan turun di muka gang rumah ku, selamat jalan sobat selamat menempuh karir mu doa ku semoga sukses,!!!

surabaya 20 september 2015

 

     

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun