Mohon tunggu...
Cak Nunuk
Cak Nunuk Mohon Tunggu... -

Mari Berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Bersama Pak Menteri [Part 1]

7 Mei 2011   02:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:59 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kenapa tidak bilang dari tadi kalau tidak punya uang. Ini Mas, pakai saja lagi uang yang tadi Mas kasih ke saya” Bapak penjaga mengembalikan uang yang saya berikan padanya atas jasa memperbolehkan dan menemani saya keliling Lawang Sewu.

“Ambil saja, Pak! Itu rezeki Bapak” kata saya, “Saya tidak punya uang itu dulu bukan sekarang. Sekarang sih saya sudah menjadi milyuner. Lihat nih buktinya saya naik becak”

“Yuk, Pak!” saya pinta Bapak pengemudi becak untuk segera menunaikan tugas mulianya. Dia pun naik, saya juga ikut naik, menyebabkan becak segera melaju.

“Eh, Mas gimana nih?” teriak Bapak penjaga gerbang.

“Sudah bilang saja begitu kalau PM datang. Uang dari saya mah pakai saja buat sunatan Bapak” jawab saya sambil berteriak.

Si Bapak penjaga gerbang melongo. Entah paham atau tidak dengan perkataan saya. Yang jelas saya dan Bapak pengemudi becak tertawa cengengesan.

Becak melaju. Belok kiri ke jalan Pandanaran. Melewati Toko Bandeng Juwana yang kata si Bapak pengemudi becak adalah toko yang asli, sedangkan yang saya akan tuju adalah yang palsu. Saya tidak mengerti kenapa dia bilang begitu. Padahal setahu saya Toko Bandeng Juwana yang saya tuju adalah cabang resmi dari Toko Bandeng Juwana yang tadi si Bapak tunjuk. Saya lihat itu di brosur. Dan kebetulan brosurnya sedang saya pegang erat-erat. Takut meletus lagi sebab tinggal empat.

Meskipun si Bapak begitu, tidak membuat saya membencinya. Justru semakin saya ajak mengobrol. Mengobrol apa saja. Seperti apakah Bapak masih punya ibu. “Sudah tidak punya, Mas” katanya.

“Pernah tidak suatu saat Bapak rindu?”

“Rindu apa?”

“Rindu ingin berkata-kata kasar kepada ibunya Bapak”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun