Senja datang begitu cepat, dingin mengharubirukan tulang dan kulit kami. Selimut dari kardus dan stumpuk ranjang sampah, sudahlah cukup untuk melepas kelelahan bekerja serta menyombongkan diri. Jika esok datang lagi padaku, segera saja aku terbangun dan memikirkan bagaimana caranya menjadi seseorang yang sombong untuk mempertahankan prestise saya atas profesi yang saya sukai ini, dan itu merupakan semangat untuk aku tetap hidup. Besok giliran saya memikirkan pelembagaan pemulung internasional. Ya! Pemulung internasional, atau gembel terhormat, berdasi. Tapi itu besok saja. Setelah pria itu ku buat menyesal. Besok ! saya tak pernah ingkar, kecuali dia membuat saya menghilangkan ingatan lara ini.
Perkenalkan saya pemulung!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H