Hong wilaheng sekar bawono langgeng.
Jokowi baru saja melepas bebas burung-burung di kepulauan Seribu, pertanda kaum sufi melebur dalam nafas suci, kepak bebas di kehijauan nyiur melambai, di semak perdu merindu. “Lestari negriku, lestari bangsaku..,” seru Gombloh.
Itu juga sinyal kuat bahwa ia samasekali tak setuju program reklamasi 17 pulau di perairan Bandar Jakarta.
Reklamasi yang dirancang dengan bangunan megah meriah, dilandasi kilah bisa membuka lapangan kerja, distribusi beragam komoditi dan perolehan pajak pemerintah DKI Jaya.
Mmm, tak lebih dari kelanjutan penguasaan pulau-pulau di kepulauan Seribu sejak tahun 80-an dengan dalih destinasi wisata, penuh manipulasi, kongkalingkong dengan pejabat kotor negera ini – yang sebentar lagi bakal disebut: Seekor Koruptor.Pulau-pulau direhabilitasi diakui milik pribadi - private territory, yang mau mendekat harus punya permitt khusus, sekalipun penduduk aseli.
Kejadian serupa juga sudah terjadi di beberapa wilayah negara ini, termasuk di wilayah Bali.
Aku tahu kilah dan dalih itu sebenarnya berisi seruan buat golongan sendiri. Kuasai sebanyak-banyak: “materi, materi, materi, emas, emas, emas!”
Ambisi kalian ingin kuasai Nusantara, maaf, mirip orang-orang gila kuasa seperti Tsar, Kublai Khan, Hitler, Mussolini, Trump, dan semacamnya.
Aku ingatkan: sadarlah sebelum terlambat !