"Dalam dunia politik, perempuan tak seharusnya selalu berada digaris akhir. Namun sudah saatnya tampil kedepan. Kaum hawa yang tak diragukan lagi memiliki kedudukan khusus dalam tatanan masyarakat islam tanpa mengurangi hak-hak mereka dan tidak menjadikan nilai kemanusiannya rapuh harus mampu menjadi martil bagi dirinya".
~Armand_Sholeh'
Menjelang pemilihan walikota (Pilwali) Kota Makassar 2013, nama-nama besar mulai bermunculan menghiasi media lokal Makassar dalam beberapa bulan terakhir. Mesin partai di daerah ini pun mulai dipanaskan untuk merebut hati konstituen-nya . Bukan itu saja, tim-pun dibentuk untuk melakukan survei mencari figure yang tepat sebagai jualan mereka diajang pesta demokrasi mendatang.
Yang "mengejutkan", ternyata disalah satu media ternama di Makassar memberitakan nama adik kandung mantan wapres RI Jusuf Kalla, Fatimah Kalla masuk dalam bursa Pilwali 2013 mendatang.
Pemberitaan Fatimah Kalla yang sekarang menjabat sebagai Direktur Utama (Dirut) Kalla Group yang menyatakan kesiapannya maju pada Pilwali mendatang memang cukup mengagetkan para praktisi dan pengamat di kota ini.
Fatimah Kalla yang tak mempunyai pengalaman politik seperti Jusuf Kalla yang telah teruji kapabilitasnya tetap mendapat sambutan positif dari publik Makassar. Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Hasanuddin, DR Darwis, seperti yang dikutip dari Tribun Timur, menyatakan Bahwa pencalonan ibu Fatimah ini merupakan hal yang cukup baik dijaman demokrasi saat ini. "Tentunya secara genetik ibu Fatima Kalla mewarisi kepemimpinan pak Kalla, namun mungkin berbeda kepiawaiannya dengan pak JK (Baca: Jusuf Kalla) dalam memutuskan," katanya.
Pada prinsipnya, Fatimah Kalla sebenarnya belum menyampaikan ia akan maju 100% dan siap bersaing di Pilwali mendatang, namun pemberitaan yang disuguhkan di media lokal Makassar kini menjadi pembicaraan yang cukup hangat dikalangan praktisi, pengamat, politisi hingga akademisi . Namun dari pernyataan Fatimah "kita lihat nanti" dapat "diasumsikan" bahwa ia siap menjadi pesaing dalam Pilwali Makassar 2013 mendatang.
Tidak hanya itu, Fatimah yang lebih dominan dalam dunia ekonomi ini pun mendapat dukungan dari Walikota Makassar dua priode Ir Ilham Arief Sirajuddin MM, yang juga akan maju pada Pilkada mendatang.
Ilham yang kini menjabat sebagai ketua DPD Partai Demokrat Sulawesi Selatan setelah hengkang dari Golkar karena kalah "telak" dari Syahrul Yasin Limpo, Gubernur Sulsel yang juga akan menjadi pesaingnya pada Pilkada mendatang, mendukung penuh Fatimah Kalla untuk maju di Pilwali Makassar.
Bahkan Ilham siap menjadikan Demokrat sebagai motor pendukung Fatimah, asalkan sesuai dengan prosedur partainya. Ilham pun ber-anekdot bisa jadi Makassar lebih baik jika ditangani oleh perempuan.
Jika benar Fatimah Kalla bersaing pada Pilwali mendatang dan terpilih menjadi Walikota Makassar, maka ini adalah sejarah. Dimana Makassar akan dipimpin oleh seorang perempuan untuk pertama kalinya dalam sejarah sejak Makassar (dulu Ujung Pandang) ada.
Nah untuk membuktikan kapabilitas seorang Fatimah Kalla, inilah moment bersejarah buatnya. Namun begitu Fatimah dan para calon walikota lainnya harus waspada dan jeli melihat situasi kondisi perpolitikan Makassar yang tak menentu. Kadang terang dan kadang gelap.
Jika direntet kebelakang, sejak satu dasawarsa terakhir. Terhitung sejak orde baru tumbang dan lahirnya reformasi.Tidak hanya pada bidang hukum, sosbud, pendidikan, ekonomi, perempuan-pun terus merambah hingga keranah politik.
Ini diawali dengan terpilihnya Megawati Soekarno Putri sebagai presiden ke-V, menggantikan KH Abdurrahman Wahid yang lengser pada 2001 lalu. Perempuan terus menancapkan dan memainkan peranannya pada bangsa ini. Hingga kini, keterwakilan perempuan di DPRI pun terus naik, yakni 103 orang dari 560 anggota dewan di senayan, atau sekitar 18 % dari seluruh anggota DPRI.
Walaupun ini masih jauh dari harapan 30% keterwakilan perempuan di senayan, namun ini sudah menunjukkan progres yang cukup signifikan. Data media Indonesia 2008 lalu melansir jumlah anggota dewan perempuan bertambah dari 44 orang pada tahun 1999 menjadi 61 ditahun 2004 atau sekitar 11,6%.
Kita kembali. Setelah Megewati terpilih menjadi presiden, giliran Sri Mulyani Indrawati sebagai Menkeu, disusul Ratu Atut Chosiyah yang sekarang menjabat Gubernur Banten dan perempuan-perempuan hebat lainnya. Pertanyaanya, Akankah Fatimah Kalla akan mengikuti jejak-jejak seniornya tersebut ??, akankah Fatimah Kalla akan mengikuti jejak abangnya yang sukses dilevel nasional??. Pertanyaan ini mungkin terlalu dini, namun disaat bangsa ini mengalami krisis kepemimpinan, Fatima Kalla hadir sebagai calon alternative Pilwali Makassar 2013 mendatang. (*)
~Armand_Sholeh'
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H