Mohon tunggu...
Arjuna Putra Aldino
Arjuna Putra Aldino Mohon Tunggu... Penulis - Universitas Indonesia

Mahasiswa Pascasarjana, Sekolah Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Harapan yang Hilang

10 Desember 2017   12:08 Diperbarui: 10 Desember 2017   12:59 1273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dengan keuntungan yang menggiurkan dan konsumsi batubara yang kian meningkat, eksploitasi industri batubara pun kian meluas. Namun meluasnya eksploitasi batubara ini membuat hutan di Indonesia kian rusak. Menurut studi yang dilakukan Greenpeace Indonesia, di Kalimantan Selatan dan Timur, hanya terdapat 400.000 hektar hutan yang tersisa (2007), 323.000 hektar diantaranya berada pada konsesi batubara. Sejak tahun 2000, 85.000 ha di Kalimantan Selatan dan 9.000 ha di Kalimantan Timur hutan hilang karena konsesi batubara.

Mongabay
Mongabay
Berdasarkan analisis mengunakan data tutupan hutan Departemen Kehutanan, total ancaman dari konsesi pertambangan adalah 0,18 juta ha dari konsesi aktif dan 0,81 juta dari konsesi yang direncanakan (0,08 juta status tidak tercatat), dengan total 1,1 juta ha. Di antaranya, 0,94 juta ha terletak di Kalimantan dan 0,13 juta di Sumatra.

Dengan kata lain, eksploitasi batubara salah satu penyebab utama meluasnya deforestasi di negeri ini. Dan hal ini membuat hutan sebagai penyimpan karbon terbesar semakin hilang.

Di lain sisi, konsumsi batubara yang terus meningkat menyumbang emisi karbon yang semakin besar. Perusahaan minyak dan gas bumi (migas) asal Inggris BP[6] mencatat konsumsi batubara di Indonesia meningkat 15 persen. Dengan lonjakan ini, BP mencatat terjadi peningkatan emisi karbondioksida hingga 5,7 persen.

Data Sign Smart[7] yang didapatkan lewat pengukuran emisi dari 514 kabupaten/kota di 34 provinsi itu mengungkap, pada tahun 2000, emisi karbon dioksida dari batubara masih 444.738 ton, tetapi pada tahun 2013 mencapai 2.290.082 ton. Meningkat pesat.

Angka deforestasi yang tinggi dan konsumsi batubara yang terus meningkat inilah yang menyebabkan semakin tingginya tingkat pemanasan global yang memicu perubahan iklim dan bencana alam. Dan dampak perubahan iklim ini menciptakan butterfly effect yang menimpa siapa saja. Bahkan menyerang mereka yang tidak ikut mengotori alam dan mengubah iklim dunia, seperti nelayan dan petani, mereka ikut terkena dampak.

Dan tentu, kerugian akibat bencana dan cuaca ekstrem tidak sebanding dengan keuntungan yang diperoleh dari hasil eksploitasi batubara. Industri batu bara hanya menyumbang 4 persen dari PDB Indonesia. Kerugiannya menimpa semua orang, hingga mengancam harapan hidup dan masa depan anak-cucu kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun