Belum disahkan pun di sekolah sekolah sudah ada program Safe School (sekolah yang aman) dimana tujuannya adalah melindungi staff dan murid yang condong ke homosexuality (LGBTQI). Tapi program Safe School ini sudah disinyalir akan mengajarkan juga variasi dari sexual activity dan sexual experimentation di kelas.
Bila nanti marriage equality jadi sah maka dikhawatirkan Gay and Lesbian sex education akan jadi bagian dari kurikulum. Tentu hal ini mengkhawatirkan bagi para orang tua yang masih banyak yang punya ketaatan pada agama, dan tak mau anaknya pada usia dini sudah diajarkan tentang macam macam variasi sex diluar sex yang normal darimana mereka terlahir (melalui sperm and egg dari ayah dan ibunya).
Bayangkan jika para murid harus mencerna wacana berikut ini: "Penis-in-vagina sex is not the only sex and definitely not the ultimate sex".
2. Gender Fluidity
Dan anak anak pun  akan bingung apakah mereka cowok atau cewek.
Bila gender dihapuskan dari undang undang perkawinan di Australia, maka besar kemungkinan gender pun akan dihapus dari sekolah sekolah. Murid akan diajarkan bahwa gender itu fluid, bisa berubah ubah dan bukan sesuatu yang terbawa dari lahir.
Sebagai konsekuensi dari gender fluitdity concept tsb maka anak laki laki yang kemayu dan merasa dirinya cewek harus dibolehkan pakai rok ke sekolah dan pakai toilet khusus cewek. Begitupun sebaliknya.
Ini bisa kacau balau bila nanti ada cowok iseng yang suatu hari pengin jadi cewek cuma agar bisa masuk ke toilet cewek.
Bukan saja gender menjadi fluid tapi semua record dan document yang biasanya pakai klasifikasi laki laki dan perempuan akan di gender-neutral kan, umpamanya dalam akte kelahiran tak ada lagi kata Bapak dan Ibu dari si bayi (anak) tapi akan diganti dengan kata "parents" atau orang tua, parent 1 and parent 2. Atau mungkin akan pakai kata father 1, father 2. Dan bisa juga pakai mother 1, mother 2.
Di Australia, sampai sekarang maximal ada dua parents dalam akte kelahiran. Namun hal ini bisa berubah sejalan dengan berubahnya konsep dan pengertian hukum yang berkaitan dengan anak dan keluarga. Karena same sex couple biasanya punya anak melalui surrogacy. Bisa jadi surrogate mother  pun nantinya akan bisa menuntut haknya sebagai parent. Sehingga ada kemungkinan nantinya surrogate mother dari si anak tercantum dalam akte kelahiran anak.
3. Dampak terhadap bahasa dan narrative