4. Tidak menambah utang luar negeri
Utang luar negeri hanya akan memperlemah nilai tukar rupiah, menguras kekayaan alam Indonesia dan membuat pemerintah tidak bisa membuat kebijakan yang mandiri, sebab setiap ada tambahan utang luar negeri yang baru, pasti disertai kompensasi yang menguntungkan pada pihak pemberi utang. Sebaliknya ini akan mengurangi kreativitas yang bisa dilakukan oleh bangsa Indonesia untuk meningkatkan kesejahteraan rakyatnya. Makanya, negara maju “berlomba-lomba” memberi utang Indonesia dengan berbagai macam cara. Sementara pemerintah Indonesia yang lugu, menerima dengan suka cita, bahkan bayar cicilan utang dengan utang baru. Tidak bayar utang dengan memperbaiki alokasi anggaran yang salah.
Kita bisa mempelajari apa yang terjadi pada negara-negara maju yang terlanjur menumpuk utang menggunung itu. Mereka saat ini mulai merasakan dampaknya, ada yang harus bayar utang dengan gali utang baru juga. Bahkan, ada yang sudah bangkrut.
Untuk itu Indonesia harus melakukan perbaikan sistem alokasi anggarannya, jangan sampai belanja pegawai bersaing dengan belanja infrastruktur. Ini jelas alokasi anggaran yang konyol !
5. Tidak obral investasi asing
Investasi asing dibedakan investasi langsung dan tak langsung. Investasi asing langsung tidak boleh dilakukan pada hal-hal yang strategis agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya kualitas garapannya tidak baik sehingga menimbulkan permasalahan baru, penyelesaiannya tertunda-tunda terus dari target waktu yang ditentukan, disusupi peralatan mata-mata asing, dll. Sedangkan dalam investasi tak langsung, kepemilikan saham asing harus dibatasi. Sehingga ketika tiba-tiba investornya keluar, maka tidak terlalu menggangu pada perkembangan ekonomi Indonesia. Untuk itu, rakyat Indonesia harus terus didorong untuk menjadi investor, bukan terus “diiming-imingi” dengan kemudahan kredit, agar sisi investasinya tidak direbut bangsa lain.
Kalau selama ini pemerintah justru mengandalkan pertumbuhan ekonomi dari sifat konsumtif rakyat, maka ini harus dikoreksi. Karena saat ini, rakyat belum waktunya untuk menikmati kehidupan yang serba mudah dan praktis.Semua pihak masih harus bergotong royong dan bahu-membahu memajukan perekonomian Indonesia. Bukan memajukan perekonomian bangsa lain.
6. Mau mencerdaskan rakyat
Seberapa cepat kemajuan suatu bangsa sangat tergantung pada tingkat kecerdasan rakyatnya dalam memahami konsep bernegara ( bukan kecerdasan keahliannya). Terbukti semakin banyak rakyat Indonesia yang memiliki gelar sarjana, bahkan lulusan luar negeri, ternyata negara Indonesia justru terpuruk berkepanjangan. Sementara negara tetangga, justru panen kesejahteraan dari Indonesia. Mengapa ? Karena pemerintah tidak pernah mencerdaskan rakyatnya, selain untuk menarik pajak saja. Padahal maju atau terpuruknya bangsa itu sangat bergantung pada sikap warganya. Kalau warganya tidak perduli, bagaimana negaranya bisa bangkit ?
7. Bekerja secara sinergi
Bekerja secara sinergi itu harus melibatkan semua bidang, tidak bisa hanya beberapa bidang saja, misalnya: memberantas korupsi dan pungli hanya melibatkan kerja sinergi aparat hukum saja. Sebab permasalahan bangsa ini saling terkait dan melibatkan kontribusi semua bidang yang ada, melibatkan semua komponen bangsa dari pejabat, birokrasi, pengusaha, sampai rakyat. Hanya saja porsinya yang berbeda-beda. Kalau pemerintah telah/bisa bersikap adil, maka kerja sinergi akan mudah diwujudkan, misalnya: mau menurunkan harga, mau meningkatkan nilai tukar rupiah. Itu semua membutuhkan kerja sinergi semua komponen bangsa. Bukan hanya urusannya bidang ekonomi saja atau hanya urusan pemerintah saja.