***
Itulah sedikit “kelebihan” yang bisa saya tonjolkan di sini. Selain butuh konduktor (pemimpin) yang handal dan para profesionalisme yang sangat ahli dalam bidangnya, negeri ini juga harus ada arsiteknya. Namun untuk sementara, terpaksa ini harus dirangkap dan dikerjakan sambil berjalan, karena selama ini kita memang tidak memilikinya. Kelak, di negara ini harus ada jurusan tata negara (menata negara secara komprehensif). Bukan hanya jurusan hukum tata negara (menegakkan pelaksanaan UU sebagaimana yang selama ini ada). Dengan demikian, nantinya kita bisa memiliki “arsitek-arsitek bangsa” yang selanjutnya akan membuat lembaga legislatif menjadi lembaga yang profesional.
Akhirnya dengan pengajuan lamaran ini, apakah Pak Jokowi mau menerima lamaran saya atau mengabaikan, itu tidak masalah. Yang penting sudah saya tunjukkan kepada sejarah Indonesia, bahwa di negeri ini ada seorang anak bangsa yang ingin berjuang dengan sepenuh hati untuk menyejahterakan bangsanya. Kalaupun ternyata ini juga merupakan hal yang sia-sia, paling tidak saya sudah “menunjukkan” kepada Tuhan, bahwa saya telah mengupayakan yang terbaik yang bisa saya lakukan. Tinggal menunggu waktu, bangsa ini akan dibawa ke mana ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H