3. Karena banyak siswanya yang ikut bimbingan belajar, guru yang tidak bisa mengajar dengan baik merasa terbantu, dan siswa yang tidak ikut les kalau sering bertanya justru dicap sebagai anak-anak yang bodoh, padahal sebenarnya ternyata guru yang bersangkutanlah yang tidak bisa mengajar dengan baik. Akhirnya anak-anak yang tidak ikut les ini, bisanya hanya berharap kemurahan hati mereka yang ikut les untuk mau mengajarinya.
4. UN membuat wibawa guru rusak di mata anak didik, karena mereka tahu kalau hasil ujian sekolahnya nanti pasti disulap dapat nilai bagus-bagus. “Manipulasi” nilai ini dilakukan untuk mengantisipasi kalau anak didiknya jatuh di ujian nasional sehingga banyak anak didik santai-santai saja walaupun mau ujian sekolah.
Dari sisi orang tua
1. UN membuat kantong orang tua menjadi terkuras sehingga mendorong mereka untuk korupsi (kecil-kecilan sampai yang kakap), agar mereka bisa membayar uang bimbel untuk anaknya yang biayanya jutaan. Hal ini dilakukan, juga sebagai investasi bagi mereka agar anaknya nanti bisa di terima di sekolah favorit.
2. UN membuat orang tua yang tidak mampu mengikutkan anaknya les (termasuk saya) menjadi sedih juga, karena ibaratnya kita membiarkan anak-anak berjuang meraih masa depannya dengan bekal seadanya, sementara anak-anak yang lain bekalnya banyak sekali.
Dari sisi pebisnis
1. UN membuat bimbingan belajar laris-manis, walaupun mereka terkadang hanya melaksanakan secara asal-asalan, karena pesertanya sudah stres di sekolah karena banyak mengerjakan tugas-tugas sekolah.
2. UN membuat kreativitas tindak kejahatan semakin canggih, apapun bentuknya: tertulis maupun berbasis komputer. Apalagi di era sekarang yang bisa dikatakan semua orang sudah memiliki HP yang canggih. Bentuk bocorannya bisa berupa bocoran soal atau bocoran paket kunci jawaban.
Dari sisi pejabat
1. UN membuat pejabat di jajaran diknas atau kepala daerah menjadi munafik karena tidak berani menerima kenyataan bahwa kualitas anak didik di kotanya sangat buruk.
2. UN membuat menteri pendidikan takut kehilangan proyek besar tahunan, dan biasanya hanya mengatakan: UN berjalan dengan lancar, para siswa jangan beli bocoran, guru jangan memberi jawaban kepada siswa, tolak beli bocoran, yang berani lapor hebat, tanpa peduli bahwa apa yang di katakannya itu sesuatu yang percuma saja. Karena di negeri ini, anak didik dan guru-guru yang berani jujur bisa mendapatkan malapetaka. Hampir mustahil mereka mau mencelakakan diri sendiri. Kalaupun ada beberapa anak yang berani melaporkan tindak kecurangan di suatu kota, itu tidak sebanding dengan kerusakan moral massal yang telah dan akan terjadi lagi dalam setiap tahunnya.