Aku mengutuknya kali ini
Dia yang seorang diri menangis dalam hati
Meratapi nasib diri
Seakan tiada tempat berbagi
Duhai alangkah rapuh
Pikirannya ke mana melayang jauh
Sudah tak kuat menahan gaduh
Di hatinya tertambat pilu
Berisikan butir-butir kelabu
Aku mengutuknya kemudian lagi
Dia yang tak bisa menahan diri
Teriris lagi, lagi, dan lagi
Seakan kasih takkan mendekatinya pasti
Duhai alangkah keruh
Ketika rindu terbingkai malu
Terbisikkan hanya dari jauh
Menggores semu seakan palsu
Lagi, Aku mengutuknya dengan benci
Menamparnya dengan sangsi
Membekapnya penuh emosi
Berharap ia sadar diri
Lalu mekar kembali
Tapi duhai ternyata tak begitu
Dirinya justru berguguran jatuh
Menjadi layu waktu demi waktu
Dia bilang aku hanya bisa menunggu
Memberikan kesempatan lebih pada jarak dan waktu
Meski aku dan dia sama-sama tidak tahu
Kapan jarak dan waktu bisa membantu
Duhai dia, yang menulis luka dalam diaryku
Duhai dia, yang meluaskan kesabaran di hatiku
Duhai dia, diriku
tidak ada plus satu
tidak adaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H