Sementara itu, ancaman ASI juga tak kalah mencemaskan. ASI bisa berkembang tak terkendali. Banyak masalah etika bakal muncul pasca kemunculan ASI karena manusia akan makin mempertanyakan jatidiri dan alasan eksistensinya. Di masyarakat dunia, juga bakal terjadi perubahan radikal dan luas terkait dunia kerja dan kesejahteraan. Jika saat ini saja masalah kesetaraan gender, luas sempitnya kesempatan kerja dan pemerataan ekonomi masih memprihatinkan, bisa kita bayangkan bagaimana kondisi dunia saat nanti ASI muncul jika para pemimpin dunia gagal dalam mengelola kondisi rakyat mereka saat ini. Lagi-lagi, tidak bisa tidak, masyarakat lapisan bawah yang bakal menjadi tumbal perkembangan teknologi ini.
Dampak ASI Bagi Masa Depan Dunia Kepenulisan
Mengingat ASI memiliki potensi untuk melampaui batas kecerdasan manusia, tentu saja nantinya bakal ada peluang bagi ASI untuk menjadi penulis yang lebih bagus daripada para manusia penulis sendiri.
Seperti apa perubahan yang mungkin bisa terjadi? Sifat perubahannya bisa sangat radikal, tak cuma ASI ini bisa menulis cerpen atau novel sendiri tetapi bisa jadi ia akan membuat cara bertutur yang sama sekali berbeda dari cara bertutur manusia, dan menciptakan genre tulisannya sendiri, yang sama sekali baru dan berbeda dari genre-genre yang diciptakan para manusia penulis. Tak tertutup kemungkinan juga ASI bisa menciptakan pendekatan-pendekatan baru dalam karya sastra.
Para manusia penulis akan bisa menikmati kemudahan dalam melakukan beragam riset saat ingin menciptakan karya sastra atau tulisan nonfiksi. Jawaban ASI mungkin akan lebih baik dan kompleks daripada jawaban AI yang kita dapatkan saat ini.
Di era ASI nanti, para manusia penulis seperti saya dan Anda (jika kita masih hidup) jika ingin bertahan haruslah bisa belajar peran kurator atau pengarah tulisan. Peran ini berbeda dari yang saat ini kita lakukan sebagai produsen tulisan. Itu karena ASI bakal bisa menghasilkan tulisan sendiri bahkan lebih cepat dan bagus. Tugas kita nanti sebagai manusia penulis lebih pada mengarahkan dan memilah tulisan mana yang layak dipublikasikan ke khalayak ramai.Â
Namun, bukan berarti sudut pandang kita sebagai manusia tak lagi berharga. Justru dengan makin bertaburannya tulisan hasil ASI nanti, kita para manusia penulis harus makin rajin dan vokal dalam mengutarakan perspektif, opini, serta argumentasi mengenai suatu isu penting. Menyelami pikiran manusia menjadi makin penting di era ASI nanti. Karena itulah, tulisan dan konten hasil buatan manusia yang murni tanpa bantuan AI nantinya mungkin akan bisa bernilai lebih tinggi daripada konten dan tulisan ASI. (*/)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI